"Terus kalau siang? Sore? Atau malam boleh?"
Bukannya Ya'qub yang ciut, malahan Nayyara lah yang sekarang meneguk ludahnya susah payah, "Lo nafsuan banget jadi cowok!" simpulnya.
"Lo istri gue."
"Ya tapi-"
"Pikiran lo yang ngawur banget, kejauhan. Gue gak nafsu sama lo," potong Ya'qub enggan menunggu Nayyara menyelesaikan kalimat, yang mana sangat dia yakini kalimatnya itu akan menyimpulkan mengenai Ya'qub yang padahal tidak benar.
Mata Nayyara justru terbelalak, membuat Ya'qub ikut terbelalak, bedanya Nayyara tampak terkejut, sedangkan Ya'qub heran.
"Lo beneran gak nafsu sama gue? Jangan-jangan lo beneran gay? Astaga gue salah dinikahi orang?! Ya kali nanti lo bilang lo gak pulang malem karena nginep sama temen cowok elo? Iwh, gue jijik banget!"
"Ya kenapa? Lo jangan cemburu!" balas Ya'qub dengan santainya, tidak tahu saja respon Nayyara bagaimana hebohnya.
"YA'QUB, jujur! Lo beneran gay?!"
Si empu nama langsung menoyor kepala Nayyara yang terbalut hijab, yang mana membuat rambut kepala gadis itu tidak ada satupun yang terlihat, tentunya jauh lebih cantik ketimbang ketika rambut Nayyara diperlihatkan. Sadar baru saja memuji Nayyara, walau hanya di dalam hatinya, Ya'qub dengan segera mengenyahkan nya.
"Pikiran lo makin sembrono! Gue normal, malah jauh lebih normal ketimbang lo!" jelas pria berpeci putih terlapis surban itu.
"Woy!" pekik Nayyara tidak terima.
"Biar gue perjelas agar lo tidak menyangka yang aneh-aneh! Dengerin jangan dipotong! Gue benci dipotong! Apalagi oleh lo yang lebih dulu tidak pernah gue sukai sejak lama!"
"Hari ini memang hari pernikahan gue, seharusnya bukan dengan lo, tapi dengan seorang gadis yang gue cinta! Namun, dia pergi setelah semuanya sudah terencana."
"Kemudian gue bertemu dengan lo, maka dari itulah lo yang menjadi pengantin pengganti gue," sambungnya.
"Jadi, lo jadiin gue di sini pelampiasan?" tanya Nayyara ingin memperjelas.
"Sebelum gue jawab itu, lo rasa mengapa lo bisa ada di sini?" Ya'qub balik bertanya.
"Gue inget kok, karena gue dikorbankan, gue bersama lo karena menjadi bayaran ganti rugi pacar gue."
"Berarti lo sudah paham, mulai sekarang dan sampai kapanpun percayalah pernikahan kita atas dasar saling tidak menyukai. Tidak ada yang senang dalam pernikahan ini," tutur Ya'qub, akhirnya berhenti mondar mandir dan duduk di tepian ranjang.
"Hmm, malah sepertinya selain tidak suka, lo juga membenci gue ya?"
"Right, semua sifat, tingkah laku, dan kelakuan lo tidak ada satupun yang gue sukai! Apalagi berbagai tindakan iseng lo yang tidak baik itu, gue membenci lo karena itu," jawab Ya'qub.
"Jadi ini pernikahan kontrak dengan adanya batasan?" simpul Nayyara bertanya-tanya.
"Gak juga."
Kening Nayyara mengernyit dalam mendengar itu, "Lalu apa? Lo mau kita selamanya?"
"Entahlah-"
"Gue yang gak mau kita selamanya," sela Nayyara.
Langsung mendapatkan tatapan tajam dari lelaki itu, bukankah sudah Ya'qub katakan bahwa dia tidak menyukai dan cenderung membenci jika kalimatnya dipotong? Dan baru beberapa menit Ya'qub melontarkan nya, Nayyara sudah langsung melanggarnya.
"Satu poin gue semakin tidak suka dengan lo."
"Hey! Gue gak ngerti, terus kita gimana? Lo jadiin gue pelampiasan sekaligus menyuruh gue untuk bersandiwara kan? Bersandiwara di depan wanita yang ninggalin lo itu agar dia cemburu dan kembali kepada lo, kan?"
Wajah Ya'qub tampak tenang saja, kontras dengan Nayyara yang sudah lama mengernyit tanpa henti. Pria itupun kemudian menjawab, "Gue juga gak ngerti."
"Lah terus selanjutnya bagaimana?" bingung Nayyara.
Bukannya memberikan jawaban, Ya'qub justru meletakkan tangannya di puncak kepala Nayyara dan membaca doa. Membuat Nayyara mengomel di dalam hati, nih cowok napa aneh banget deh, pas gue lagi nanya malah doa, kenapa gak dari tadi aja atau nanti dulu?
"Walhamdulillahi robbil alamin," tutup Ya'qub atas do'anya kemudian menyapu wajahnya menggunakan kedua tangan.
"Gue padahal tidak berencana mencari dan tidak ingin melampiaskan, tapi bertemunya gue dengan mantan pacar lo itu membuat otak gue langsung kepikiran untuk menjadikan lo pelampiasan. Gue tidak memikirkan hingga jauh, jadi untuk yang ke depannya gue belum kepikiran apa-apa, lo bisa tunggu keputusan gue nanti," ucap pria itu panjang lebar kepada Nayyara.
"Ganti baju lo itu, akan gue panggilkan MUA untuk membantu, jika mereka bertanya berikan jawaban yang jangan macem-macem!"
"Bersandiwara lah seolah-olah lo benar pengantin, agar mereka yang melihat gue dengan lo menilai kita cocok, plus juga agar lo tidak tersakiti karena dibanding-dibandingkan dengan mantan calon istri gue."
***
Tangannya membentang di depan kipas angin, dia sedang menikmati sekaligus menunggu angin menerpa tubuhnya guna menghilangkan keringat dan rasa kegerahan yang dia rasakan kini. "Masa Nayyara Chalista Jahriz udah jadi bini orang sih dari hari ini? Cepat banget ya kehidupan, rasanya baru kemarin gue kelayapan sama Arthan, tapi itu seru loh," gumamnya sendirian menyebutkan nama lengkapnya sendirian, karena memang hanya ada dia di kamar yang dihias dengan begitu indahnya ini karena dikatakan sebagai kamar pengantin. "Semantara Ya'qub ini kayaknya kebanyakan aturan, ya kali gue terkekang sampai mati? Gak banget! Eh tapi bagus juga kayaknya peraturan-peraturan agama kalau semakin didalami? Hemm."Tetiba saja memori otaknya memutar segala momen kebersamaannya dengan sang mantan kekasih, yakni Arthan. Pria yang dia cintai dengan segala perlakuan manisnya kepada Nayyara, sekaligus juga pria yang menyakitinya karena mengorbankan nya sebagai bayaran ganti rugi, seolah-olah harga diri Nayyara se
"Enggak, gue ada di sisi lo kini karena dikorbankan, dan dinilai pengantin pengganti karena lo mencari pelampiasan.""Gue nangis karena Arthan," ungkap Nayyara, jujur juga akhirnya, sepertinya tatapan mata Ya'qub yang sangat tajam itu mampu menguliti fakta atau rahasia yang disembunyikan si lawan tatapnya. "Oh." Ya'qub membalas dingin dan beranjak dari ranjang kemudian mendudukkan diri di sofa tempat Nayyara duduk tadi. Karena balasan dingin dari Ya'qub itulah membuat Nayyara kembali kepikiran. Lantas, bagaimana dengan Ya'qub? Apa pria itu juga sama dengan Arthan? Akan mudah mengorbankan nya ketimbang uang? Apalagi dalam keadaan kepepet? "Arthan itu tega banget, padahal gue sudah sangat mencintainya, tetapi dia korbankan gue yang sama sekali tidak bisa gue tolak karena tidak ada celahnya," kata Nayyara lagi, entah kenapa juga kepikiran menceritakan apa yang dia pikirkan. "Makanya jangan terlalu mudah cinta," pesan Ya'qub, terdengar tulus oleh dirinya sendiri, pun bagi Nayyara juga
"Gue gak suka diatur, Ya'qub!" peringat gadis berambut coklat yang diurai itu dengan tangan berkacak di pinggang. "Gue suami lo!" tegas Ya'qub membalas. "And gue tidak pernah merasa diri gue adalah seorang istri, apalagi istrinya lo!" Nayyara tidak mau kalah. "Belum apa-apa, baru satu langkah semut pernikahan kita, mana mungkin lo udah berhak mengatur segala hal tentang gue? Lagipula peraturan yang lo bikin begini malah bikin gue makin kesel sama lo, mood gue jadi ancur nih!" omel gadis itu lagi. "Yaudah terserah lo, tapi jangan sekali-sekali menghubungi gue kalo kenapa-napa, gue ada jadwal operasi hari ini," balas Ya'qub. "Memang terserah gue, kan ini kehidupan gue, bukan hidup lo, lo gak perlu ikut campur. Nayyara bisa sendiri, ngapain gue hubungin lo? Satu lagi, gue gak nanya lo ada jadwal apa hari ini," kata Nayyara menepuk-nepuk dadanya pada kalimat bisa sendiri tadi, disebabkan karena dia bangga. Satu menit setelah itu Nayyara dibuat terbelalak karena tiba-tiba saja ujung
Tetapi, tau bagaimana respon dokter Arif? Lelaki paruh baya itu malah tergelak di posisinya. "Malah diketawain! Saya beneran nikah loh!" decak Nayyara kesal karena tampaknya dia tidak dipercayai oleh dokter kepercayaannya itu. "Kok gak ngundang saya?" "Pernikahannya dadakan, yang diundang hanya orang terdekat dan keluarga besar mempelai pria," tutur gadis itu sembari menatap langit-langit ruangan. "Kamu pasti dijodohin!" Dokter Arif berpendapat dengan sangat yakin. "Enggak! Ah elah jangan bahas pernikahan saya, males! Kasih saya sesuatu obat yang membuat saya tidak akan pernah kambuh!" desak Nayyara mengalihkan pembicaraan. "Tidak ada, Nayyara. Sudah jadi kodrat bagi kebanyakan penderita kanker hati mengalami muntah, kelelahan, dan gatal. Kamu tidak bisa menyembunyikannya."Mendengar kalimat jawaban itu Nayyara menggaruk kepalanya hingga jadi acak-acakan, "Argh! Bagaimana ini jika Ya'qub mengetahuinya?" ujarnya frustasi kepada dirinya sendiri. "Siapa? Ya'qub?" beo dokter Arif i
Bini lo kemana? Kok keluar sendirian? Lo biarin penampilannya begitu? Atau nunggu umi turun tangan menegurnya? Klik... Tidak hanya itu isi pesan yang didapatkan Ya'qub di aplikasi whatsapp di handphone nya, tetapi dia tidak ingin membaca semuanya sampai selesai, pasalnya jika dia menyelesaikan membaca itu bisa dipastikan dia akan terlambat melakukan pengoperasian pasiennya. Ya'qub Lutfi Al Lathif memanglah berprofesi sebagai dokter bedah, dia adalah dokter muda yang sudah memiliki cukup banyak bakat dan pengalaman, pria itu lulus dalam kategori lulusan terbaik di angkatannya karena kemampuannya memahami sesuatu dengan cepat. Pesan tadi berasal dari kembarannya sendiri, yakni Yusuf Lukman Al Lathif, meskipun kembar mereka tidak selalu sama, terutama semenjak dewasa dan bisa memutuskan untuk diri sendiri. Maka dari itulah profesi mereka berbeda,Ya'qub memilih merintis karier baru yakni menjadi dokter, sedangkan Yusuf meneruskan pekerjaan abi mereka di perusahaan family Al Lathif, ya
"Apa yang harus gue katakan atau gue lakukan saat bertemu?"Detik itu juga Yusuf terdiam lama, dia tengah memikirkan jawaban apa yang bisa dia berikan atas pertanyaan Ya'qub barusan, memang benar saja, apa yang kiranya harus dan akan dikatakan Ya'qub ketika pria itu bertemu dengan Medina setelah rentetan kejadian ini? "Mungkin lo ingin membahas hubungan kalian," jawab Yusuf akhirnya. "Sisi mana lagi di dunia yang harus gue bahas dengannya? Terutama tentang hubungan? Masih adakah satu kata sahaja yang harus gue katakan padanya?" cecar Ya'qub, bukan untuk memojokkan Yusuf, tetapi agar keinginan di hati Yusuf untuk mendorong Ya'qub mencari Medina menciut tidak lagi ingin. "Cinta gue kepada Medina memang besar, sama besarnya dengan ketidaksukaan gue kepada Nayyara. Tapi tindakan Medina pergi di hari pernikahan menurunkan kadar cinta itu secara drastis, memang masih tersisa, tapi tidak bisa gue gunakan untuk kembali menambah kadar cinta kepadanya, sebab itu terpaksa digunakan agar gue t
Nayyara tidak mengharapkan respon dari Ya'qub atas pekikan nya ini, sebab dia berkata yang sebelumnya saja tidak digubris. Tapi ternyata dugaannya salah sepenuhnya karena nyatanya Ya'qub menghentikan langkah. Malah tidak hanya itu, pria itu juga tiba-tiba memeluknya. Namun, sakit di perut Nayyara lebih tidak tertahan, hingga membuatnya merasa nyaris kehilangan kesadarannya. Jangan pingsan, Nayyara. Jangan! Atau Ya'qub akan mengetahui tentang itu! katanya dalam hati berusaha bertahan. Seharusnya mungkin Nayyara tidak akan pingsan jika tidak berada dalam pelukan Ya'qub, tetapi gegara ada dalam pelukan pria itu yang membuatnya lebih meletup-letup, alhasil dia pun kehilangan kesadarannya juga akhirnya. Yang terakhir kali Nayyara lihat adalah sorot kekhawatiran dari binar mata Ya'qub. Entah memang benar sorot kekhawatiran atau hanya Nayyara saja yang berprasangka berlebihan dalam kata lain kegeeran. "Nih cewek pakai pingsan segala! Ck!" decak Ya'qub ketika dua kelopak mata Nayyara telah
Ekspresi Ya'qub yang memang sudah datar selalu kini menjadi semakin datar ketika matanya melihat wajah seorang pria yang bersimbah darah. Dia mengenal jelas siapa pria itu walaupun dengan tampang kacau begini, itu adalah Arthan, mantan kekasihnya Nayyara jika mereka tidak berpacaran lagi tanpa sepengetahuan Ya'qub. Lalu Ya'qub langsung kepikiran, apa jangan-jangan Nayyara pergi ke luar tadi untuk mendatangi Arthan? Akhirnya mau tidak mau Ya'qub bersyukur Nayyara pingsan, sebab karena itulah Nayyara batal bertemu dengan Arthan. "Kamu mengenalnya, Ya'qub?" tanya dokter Cakra menyadarkan lamunannya si empu nama. Untuk kali ini Ya'qub terpaksa berbohong dengan menjawab, "Tidak."Seandainya dia bukan seorang dokter yang dipercayai rumah sakit bisa menangani pasien dengan cekatan dan lugas. Maka bisa dipastikan Ya'qub lebih memilih tidak ikut serta dalam pengoperasian Arthan. Dia tidak suka Nayyara masih mencintai pria ini, jika Arthan selamat peluang Nayyara untuk kembali kepada pria it