Secepatnya aku memacu motornya kembali ke tempat kerja
Sesampai di tempat bengkel, terlihatnya pak Yahya duduk di bangku panjang yang disediakan untuk pelanggan
Kusalami pak Yahya, segera mempersilahkan ke tempat ruanganku, kupersilahkan duduk segera kuambilkan minuman dingin yang ada di show cash pendingin yang ada di ruangan itu,
“Baik pak memangnya ada perlu apa?” Tanyaku sopan
Nampak pak Yahya membenarkan posisi duduknya, kemudian berdehem
“Begini dek, apa adek belum bisa menjawab tawaran saya dulu?” Tanya pak Yahya to the point, tapi dengan suara yang terlihat hati-hati
Degg
aku baru ingat, sekitar dua tahun lalu pak Yahya, yang satu kampung dengan ibuku ini menawarkan putrinya untuk kunikahi, tapi aku beralasan belum siap, aku ingin beli rumah dulu, dan sekarang beliau menanyakan kembali ikhwal itu, secara kan aku sekarang sudah punya rumah, tak kusangka pak Yahya kekeh menunggu diriku
“Maaf dek, dengan tidak tahu malunya saya menanyakan kembali, tapi saya juga tidak memaksa dek Darto, seandainya saat ini dek Darto belum juga siap, maka saya akan mencarikan jodoh yang lain” kata pak Yahya
“kebetulan kemarin ada yang melamar ke saya, tapi saya perlu memastikan kalau dek Darto tidak juga siap, maka akan kami terima lamaran dari orang lain” lanjut pak Yahya
Aku sedikit bingung dengan tawaran kedua pak Yahya ini, entah mengapa, selama ini belum ada seorang gadispun yang membuatku bergetar hingga memutuskan menikah dengannya, apalagi putri dari pak Yahya ini aku belum pernah bertemu, hanya diberi foto sama pak Yahya.
Sedangkan putri pak Yahya ini, lulus SMP sudah di pondokkan, dan menurut cerita pak Yahya setelah lulus MAN setara SMA di pondokan; putrinya meneruskan kuliah di Universitas Islam, dan sekarang mengajar di SD dekat kampung ibuku
Mengingat latar belakang pendidikannya sebenarnya aku agak speechless,
‘apa yang dilihat pak Yahya akan diriku?’ sungguh aku tidak mengerti
Mengingat kembali akan keinginan ibu yang mengharapkan aku segera menikah, agar ada yang merawat diriku kata ibu, sebenarnya tawaran ini patut dipertimbangkan, toh umurku juga sudah mencukupi
“Bagaimana dek, apa jawabanmu?” Tanya pak Yahya mengagetkanku, yang ternyata dari tadi termenung,
“Bolehkah saya berunding dulu dengan ibu saya pak?”
“Baik dek secepatnya saya menunggu jawaban adek”
“Sebaiknya saya pamit, maaf telah mengganggu” kata pak Yahya berdiri terus berlalu setelah mengucap salam
“Ah nggak lah pak,”
“Sama-sama, hati-hati” sambungku berbasa-basi sebagai etika ketimuran
***
Sekitar jam lima sore, Darto pulang kerja
Sampai di depan pagar, dia membukanya dengan hati-hati, menjaganya agar tidak menimbulkan suara, dengan perlahan-lahan pula dia membuka pintu, dengan hati deg-degan dia melangkahkan kaki masuk, diamatinya ruang tamu, tidak ada sesuatupun yang mencurigakan, lanjut ke dapur, dilihatnya juga tidak ada sesuatu yang mencurigakan, dengan langkah tetap perlahan dan nyaris tak bersuara dia naik katas kamarnya, kamar yang kosong dibuka dengan hati berdebar-debar, setelah terbuka juga dia tidak menemukan hal aneh, kemudian dia melangkah nenuju kamarnya, dibukanya juga kamarnya dengan penuh waspada, kalau-kalau ada kejutan dari hantu itu,
Dan... jeng…jeng…
Ah... leganya, akhirnya hantu itu dapat kuusir juga’ gumam Darto saat tidak ada kejadian apapun yang mencurigakan
Di hempaskannya tubuhnya di kasur dengan penuh kelegaan
Dia tersenyum-senyum sendiri expresinya bangga atas keberhasilan mengusir hantu
Tanpa terasa matanya sedikit-sedikit mulai berat,
Darto terkejut ada sesosok wanita duduk di tepi ranjangnya, wanita itu memandangnya sambil tersenyum ramah,
‘sepertinya aku pernah melihat kemarin,’batin Darto, dengan spontan Darto duduk, “Maaf mbak, kog mbak bisa masuk kamarku.?” Wanita itu tersenyum sambil beringsut mendudukkan bokongnya di pinggir ranjang menghadap Darto “Kenalkan namaku Mayang.” Ucap gadis itu sambil mengulurkan tangannya, yang terlihat putih mulus, tepatnya pucat Darto yang introvert itu dengan malu-malu menerima uluran tangan gadis itu “Namaku Darto, aku pemilik rumah ini, oh ya bagaimana cara mbak masuk tadi?” Gadis itu tersenyum, Darto terpesona dengan senyum gadis itu, tanpa di sangka-sangka gadis itu tiba-tiba sudah berada di pangkuan Darto, dan dengan agresif mencium bibir Darto, Darto yang terkejut dan terkesima dengan perbuatan gadis itu, badannya terpaku tak bergerak, dia tiba-tiba tak berdaya dan tak bisa menolak, karena dengan cepatnya tubuhnya memberikan reaksi, secara kan Darto sudah cukup usia untuk menikah dan merasakan surga dunia, dan karena sifa
‘Ah, aku segera mandi saja, nanti aku tanyakan bab ini ke pak Gino karyawanku yang sudah tua, umurnya kira-kira 55 tahun, dan sering cerita alam ghoib, secara kan dia berasal dari desa yang terkenal dengan keghoibannya’ Darto mempercepat mandinya, dan segera berganti pakaian kerjanya, dan bergegas pergi dari kamar itu, sebelumnya dia bermaksud untuk ke dapur dulu membuat kopi, agar badanya kembali segar oleh efek kafein Dengan masih ada debaran di jantungnya atas peristiwa yang dialaminya, Darto bejalan dengan langkah lebar, dan sedikit berlari saat di tangga, dengan agak tergesa dia menuju dapur “Auwh” darto sedikit berteriak kaget, matanya kembali melotot dan dadanya kembali berdebar lebih hebat, bibirnya terbuka, saking hebat rasa terkejutnya kakinya bergetar, lututnya serasa tak sanggup lagi menahan beban tubuhnya demi rentetan peristiwa yang dialaminya ini Bagaimana tidak kaget, peristiwa kemarin terulang kembali, di atas meja sudah tertata denga
Gerakan ini sontak membuat Darto terpaku, tidak bisa bergerak, Darto diam saja membeku, tiba-tiba otaknya menjadi kosong, dan entah bagaimana kejadiannya, Darto secara tidak sadar telah melingkarkan tangannya ke pinggang obyek tak kasat mata itu, kalau di lihat oleh orang lain Darto seperti merangkul benda kosong, tapi tidak bagi Darto, dia bisa merasakan dan menyentuh seorang gadis, Meski Darto seorang pemalu tapi dia seorang pria normal, dan akan bereaksi kalau menerima godaan dahsyat semacam ini. Darto terbawa arus, menikmati gairahnya, dan kembali merasakan sensasi gairah seperti semalam, tanpa disadari dua insan yang sedang di puncak gairah itu sudah berada di atas sofa, Darto bergerak menggila di puncak gairahnya, dan akhirnya Darto kembali puas Darto tertelungkup di sofa panjang itu, dengan rasa lemas dan puas, kalau saja ada yang melihat posisi Darto, pasti merasa heran dan bertanya-tanya, bagaimana bisa darto tertelungkup dengan sedikit mengamb
Darto tersenyum lalu dia merangkul tubuh Mayang, tentu saja Darto merespon, dan tubuhnya kembali bergairah, Mungkin bisa di samakan dengan kemantin baru, setiap saat penuh gairah, dia kembali menegang, mereka kembali berpelukan dengan rapat, DERRRT DERRRRT Hand Phon Darto bordering, mereka menghentikan aktifitas panasnya, Darto mengambil gawainya di dalam sakunya, “Halo…!” suara Darto agak keras, karena dia sedikit merasa terganggu karena terputus kegiatan menyenangkan tadi “Halo Bos, ini ada pak Eka ingin bertemu, bapak datang apa tidak, ini sudah hampir jam 10 lho bos,” Cerocos Agung, karyawan kepercayaan Darto ‘Ah sial… aku sampai lupa kalau ada janji dengan pak Eka’ “Ok Gung suruh tunggu ya, aku OTW” *kebiasaan orang kita, padahal belum juga berangkat, “Mayang, aku berangkat dulu ya,” pamit Darto Tentu saja tidak ada jawaban, “aku pulang sekitar jam lima, kamu baik-baik dirumah”
Hari masih siang, jam satu saat matahari sangat terik Sampai di depan rumah, dengan tergesa Darto membuka pagar, memasukkan sepeda dan memarkirkan dengan asal, Saking tergesanya sampai mengabaikan sapaan pak Ustad tetangga depan rumahnya, pak ustad mengernyitkan dahi, dengan expresi rumit Setelah masuk kedalam rumah, Darto memanggil-manggil seseorang “Mayang…Mayang…!” Tiba-tiba tangan darto ada yang menggenggam menandakan kehadiran Mayang Darto terenyum, lega tatkala Mayang merespon panggilannya Tangan kasat mata itu membimbingnya ke sofa Darto mengerti maksud dari makhluk itu, yang artinya dia di suruh duduk di sofa Darto menghempaskan tubuhnya di sofa seperti keinginan Mayang, pikirannya sudah berkelana ‘apakah Mayang ingin mengajakku bercinta kembali di sofa?’ batin Darto sambil seulas senyum terbit di wajahnya Dia menunggu apa lagi gerakan yang akan dilakukan Mayang, Darto mendengar suara lan
Kini sudah satu tahun Darto menjalani kehidupan menyimpang seperti itu. Hari ini Hari minggu, Darto libur, sampai jam sembilan pagi dia belum juga bangun, tentu saja seperti sebelum-sebelumnya, semenjak ada wanita tepatnya Hantu yang berperan sebagai isrinya itu, Darto selalu saja minta dilayani, usianya menginjak tiga puluh tahun, dan selama ini tenang-tenang saja dalam menangani hasratnya, tapi semenjak mengenal nikmatnya bercinta dengan ada patnernya, dia jadi selalu menginginkannya, kata orang itu namanya masih hangat tai kucing, masih menggebu-nggebunya seperti kemantin baru, Mayang bekerja selayaknya seorang istri, memasak, mencuci, menyetrika, membersihkan rumah, tentu saja hanya dalam rumah yg bisa dia kerjakan, sebab di luar khan tidak mungkin, bias heboh kampung ini jikalau ada yang melihatnya hingga jam sebelas baru kelar pekerjaanya, Darto terbangun, saat perutnya terasa lapar, dia mengelengkan kepalanya hingga berbunyi kretek-kretek… setelah itu
“Maaf om… ini dari abah, depan rumah, lagi syukuran kakak Lulus sekolah” Seorang anak kecil Usia sekitar lima tahunan berdiri di depan pintu, sambil menyodorkan bungkusan, biasanya sih isinya sekotak nasi dan sekotak jajanan “Eh iya dek… terimakasih ya…semoga berkah…”timpal Darto sambil menerima bungkusan kresek itu Tiba-tiba anak itu mendellik, kemudian menutup matanya dengan tangan, “Waduh pacar om kog nggak pakai baju, hi…malu….” Cicit anak balita itu sambil berlari Darto terjengit, lalu menoleh ke dalam rumah, dia tidak melihat apa-apa, tapi yang di katakana anak itu sepertinya merujuk pada sosok Mayang, Darto berjalan kedalam sambil terus kepikiran kata-kata anak itu, bagaimana mungkin anak itu bisa melihat sosok Mayang, dia yang sampai bercinta dengannyapun sampai sekarang tidak bisa melihatnya, kecuali dalam mimpi “Mayang, apa benar anak itu bisa melihatmu,” <Sepertinya iya mas, dia tadi menatapku >
Darto bersungut-sungutsambil menahan ketidaknyamanan luar biasa di tubuhnya , bayangkan pas lagi tegang-tegangnya, kayak kucing pas lagi indehoi di siram air sama orang, apa nggak menderita tuh kucing… Darto mendekati pintu lalu dibukanya“Ups…,”Dia kaget, mengiranya anak kecil Indigo itu datang lagi, tadi Mayang disuruhnya buru-buru sembunyi, takutnya anak itu melihat Mayang lagi, dalam keadaan bugil lagi, tentunya gawat dong.Berdiri seorang gadis manis seusia anak SMA berkerudung di depan pintu“Assallamualaikum om, maaf mengganggu,” salam ramah gadis itu“Walaikkumussalam, iya ada apa dek,?” tanya Darto ramah pula, dia sedikit kikuk, apalagi dengan penampilan kacau seperti itu, tentu membuat Darto lebih Insecure,“Ini saya diutus sama pak RT, untuk mensensus warganya untuk data interen kampung, sekalian nanti, pak RT juga mengundang untuk rapat warga nanti malam jam t
Mereka melihat di depan ada seorang nenek dengan berkebaya kuno dan memakai jarik, yang berjalan tenang menyeberang jalan. Yai Sepuh menyipitkan matanya mengamati orang itu, sedetik kemudian matanya melebar, dadanya berdebar-debar. "Mungkinkah dia,?” batin yai Sepuh "Mbok Rah! " "Rah! " Darto dan yai sepuh berseru bersamaan. Darto kaget dengan seruan yai sepuh, demikian juga yai sepuh terkejut dengan seruan Darto, sontak mereka saling memandang "Kamu mengenalnya nak Darto?" "Ysi Sepuh mengenalnya? " Darto dan yai sepuh saling bertanya bersamaan "Ingeh yai beliau ikut dirumah kami beberapa bulan, kamarnya yang kita temukan botol keramat itu yai" Darto menjelaskan sedangkan yai sepuh manggut-manggut, sambil mengelus-elus janggutnya, sedetik kemudian mereka saling bertatapan dengan mata membulat, "Kita harus menangkapnya!" teriak mereka Darto dan yai sepuh bersamaan, Tanpa komando mereka berdua segera melompat keluar dari mobil dan berlari mengejar orang yang di maksud, me
“LEMPAR...,” suaranya melengking tinggi, tapi tertelan suara ombak yang menderu-deru, meski demikian ustad Reyhan yang memegang botol sangat sigap, segera dia melempar botol itu, tepat saat percikan air laut sudah menghantam bibir batu karang tempat mereka berpijak, ombak itu seperti makhluk laut yang sangat besar dan mengerikan “ALLAHUAKBAR...,” teriak guru dan murid itu bersamaan. SWING... CLUNG Botol itu terlempar tepat di tengah ceruk omba, yai Sepuh dan ustad yang lain berdiri kokoh di bibir tebing, sarung mereka berkibar kibar, di tengah suara ombak yang menderu-deru, masih dengan posisi yang sama ombak itu seakan hendak mencaplok mereka, puncak ombak itu bertahan di atas kepala mereka tapi seolah ada yang manahan, ustad Daru mengalunkan adzan dengan nada yang indah, sedangkan yang lain memejamkan mata dan mendengar dengan khidmat, tidak mempedulikan sekitar dimana alam seolah sedang bergejolak, “......LAA ILAAHA ILLALLAAH” ustad Danu menyelesaikan adzan dan segera menengadah
"Botol itu, botol itu, botol itu," gagap ustad Reihan sambil jarinya menunjuk di tempat botol itu diletakkan,HA...!Semua orang dalam mobil itu tersentak, matanya membelalak, mulutnya melongo, Tak terkecuali Darto sangat terkejut, hatinnya sungguh tergetar, dia takut, kalau-kalau botol itu hilang, lalau terjatuh di tangan orang jahat, atau botol itu pecah lalu penghuninya bebas bergentayangan, dia jadi ngeri, bagaimana dengan nasibnya. ‘Astaghfirullahhaladzim, kalian itu diuji sedikit saja sudah melupakan Allah, kita pasrahkan dan minta sama Allah, ingat tak selembar daun jatuh tanpa seijin Allah, dan apabila botol itu benar-benar hilang, itu berarti memang seijin Allah, mari kita berdoa dan berikhtiar, tenangkan hati kalian, ayo kita cari dengan tenang, karena saat kita panik atau marah, setan menutup mata kita,” tutur yai Sepuh tenang dan bijak, ASTAGHFIRULLAHHAADZYM Seru semua orang itu bersamaan, kemudian dengan tanpa komando mereka semua mengatur nafas agar lebih tenang, “A
DUARRRR ASTAGFIRULLAHAADZIM ... ALLAHUAKBAR seru semua penumpang mobil Mobil bergetar hebat, Darto yang memegang kemudi sampai tangannya terasa kesemutan, Spontan Darto menginjak rem, Ciiiiiiiiit BRUAKKK BRAK BRAK Darto dan semua penumpang saling berpandangan, mata mereka tampak terkejut, "Bagaimana ini Yai sepuh?" tanya Darto dengan suara bergetar, hatinya masih berdebar karena kaget, sedangkan penumpang yang lain hanya terdiam, semua nampak tegang, yah nampaknya sedang terjadi tabrakan beruntun, "Sabar dulu, kita diam dulu, anak-anakku, mari kita berdoa sama-sama, mohon petunjuk dan perlindungan sama Allah SWT, agar kita deberi jalan keluar yang terbaik" titah Yai sepuh pada semua yang ada dalam mobil, "Siap Yai, laksanakan dawuh" serempak para ustad murid Yai Sepuh menjawab, Yai sepuh segera melaksanakan sholat sunah dalam mobil, diikuti oleh para santrinya itu, tak terkecualli Darto, seusai sholat Yai Sepuh memanjatkan doa, suasana namapak hening dan mencekam, nyaris tid
PRUANGSemua tersentakASTAGHFIRULLAHHAADZIMSeru mereka semua bersamaan dan menoleh kearah sumber suara, dan tanpa komando mereka semua menuju ke arah sumber suara itu, betapa terkejutnya mereka dengan apa yang, terjadiUstad Danu sedang terpaku melihat pecahan beling dengan kuah yang berserakan di lantai, sementara Susi berjongkok memunguti pecahan beling,“Ya ampun mbak Susi, kenapa, apa mbak Susi, kurang enak badan ...?” seru Ninik khawatir, ikutan jongkok, dia melihat wajah Susi pucat, bahkan dilihatnya tangannya bergetar,“Eh, oh, nggak mbak Ninik, sa ... sa ... sa ....” Susi gugup hingga sulit menyelesaikan kata-katanya.Dalam hati Susi sangat malu sekali dengan kejadian itu, tanpa mereka ketahui dalam hati Susi sangat merutuki kecerobohannya sendiri, hanya karena tadi tanpa sengaja berpapasan dengan ustad Danu yang keluar dari kamar kecil, dia jadi gugup, dadanya berdetak dengan kencang, entah masih shok dengan kejadian waktu adegan pusaka atau hal lain, yang jelas dia begitu
Yai Sepuh melihat gelagat Darto, dia bisa memahami gestur Darto yang salah tingkah,“Hmm, baiklah, saya akan bicara berdua dengan nak Darto,” ujar Yai Sepuh, sontak membuat tim rukyah mengernyitkan dahi, tapi mereka sangat percaya Yai Sepuh punya perhitungan dan alasan sendiri,“Apakah kita bisa bicara berdua Nak Darto, bisa kita disiapkan kamar?” lanjut Yai Sepuh,“Baik Yai, mari ikut saya” ujar Darto, dia sedikit terkejut dengan manuver Yai sepuh, seolah tahu apa yang diresahkan olehnya,Segera Yai Sepuh mengikuti langkah Darto menuju mushola keluarga yang, dan segera menutup pintunya, kemudian mereka bersila berhadapan,“Dek Darto, aku tahu, kamu mengenal wanita dalam lukisan itu bukan?” tanya yai Sepuh lembut tanpa penekanan, dia ingin Darto terbuka dengan suka rela,“I_ya Yai ... “ jawab Darto gagap sambil menunduk, ada perasaan campur aduk, dia malu sekali mengingat masa gelap itu“Apa hubungannya denganmu?” cecar Yai Sepuh lagi, tetap dengan mode lembut.“saya, saya ... “ Darto
Ustad Mamad terlihat menggerakkan tangannya ke arah kanvas, dengan mata tertutup ustad Mamad meraih cat dengan kuasnya, kemudian menyapukan kuas dengan gerakan yang cepat, gerakan mengambil cat lalu menyapukkan diatas kanvas terlihat seperti sedang menari-nari, sesekali ustad Mamad berhenti sejenak, kepalanya meleng-meleng, kemudian melanjutkan lagi lukisannya,Ustad Mamad terus saja beraksi, sketsa wajah sudah mulai nampak, walau belum selesai sepenuhnya, semua yang ada disitu sudah dapat menganalisa wajah itu, rambut setengah pirang, wajah oval dengan mata belok, bibir menawan, tinggal sentuhan terakhir gar lebih jelas siapa sosok itu, tiba-tiba ....UGH, AAAA, UGH, Usdat Mamad gerakannya terhenti, tangannya yang memegang kuas seakan ada yang menahannya, ustad Mamad berusaha melepaskan diri dari cengkeraman tak terlihat itu, dia harus segera menyelesaikan tugasnya, tapi cengkeraman ghoib itu begitu kuat, Yai sepuh dan tim yang melihat itu tanpa komando, segera membentuk formasi mel
AAAAAAAAAAAAA Susi yang masih dalam posisi terduduk karena tabrakan dengan ustad Reihan tadi berteriak kencang, kedua telapak tangannya menutup wajahnya dengan menunduk, Ustad Danu dan ustad Reihan menoleh kearah Susi, dengan sorot mata penuh tanya, "Mbak ... mbak kenapa?" tanya ustad Reihan pada Susi, "itu ... itu...." Susi masih menutup wajahnya menunjuk-nunjuk ustad Danu yang masih dengan posisi berdiri dan membentangkan kain sarung menampung botol itu, Sontak ustad Reihan melihat apa yang ditunjuk oleh Susi, seketika matanya membulat, BUAHHHHHHHHHH HHHHHHH HHHHHH Ustad Reihan tertawa terbahak-bahak, sampai memegang perutnya, dia tidak berkata-kata apapun, hanya jarinya menunjuk-nunjuk dengna tertawa terbahak. Ustad Danu penasaran dengan apa yang bikin ustad Reihan tertawa lepas dan terbahak-bahak seperti itu, matanya mengikuti apa yang ditunjuk oleh ustad Reihan dan Susi, seketika matanya membulat, wajahnya memerah, senyumnya kecil tersipu-sipu, segera dia berseimpuh denga
Ustad Danu ikutan berjongkok dan melongok ke bawah ranjang, matanya seketika melebar, dan kemuidan menyipit untuk menajamkan penglihatannya, dilihatnya sebuah benda seperti botol kuno, dengan bodi botol bulat di bawah, kemudian lehernya panjang, dengan tutup seperti kain yang dibulatkan dan diikat seperti buntelan kecil untuk bisa menutup botol itu,Uastad Reihan segera meraih benda itu, setelah tergenggam oleh tangan, dia membawanya dengan hati-hati, kemudian benda itu di dekatkan kewajahnya, diamati benda unik itu, demikian juga dengan ustad Danu yang juga berjongkok dihadapannya ikut mengamati, wajah mereka berdua nampak serius, kening berkerut-kerut, nampak berpikir keras,Benda itu berbentuk botol dengan leher yang panjang, dan transparan, setelah diamati tidak tampak sesutatu yang aneh, tidak ada isinya, hanya sebuah botol kosong yang usang, tapi tidak bagi mereka, mereka tahu itu botol apa, fungsinya apa, tapi sayang ilmu mereka belum cukup untuk bisa mendeteksi, atau mengetah