Kimmy heran karena saat dirnya pulang dari kantor, teryata Tristan juga masih di kamar. Tadi siang sebenarnya Tristan sepat membantu ibu Kimmy membenahi kran air, karena malah tambah rusak akhirnya mereka menyerah dan memanggil tukang. Tristan kembali lagi ke kamar setelah itu dan menurut ibu Kimmy, dia memang belum keluar lagi.
Karena khawatir Kimmy pun hanya meletakkan tasnya di meja kemudian langsung menengok Tristan di kamarnya.
"Tristan..." dia memanggil dulu untuk permisi.
"Masuklah."
Kimmy semakin heran melihat Tristan yang sedang fokus menyusun sobekan kertas di atas nakas.
"Apa yang kau lakukan? "
Karena penasaran Kimmy pun langsung mendekat.
"Aku akan menghapalkannya untuk menciummu."
Kimmy langsung menyeringai aneh.
"Aku tidak akan memaksamu lagi, Kim," kata Tristan saat mendongak untuk menatap Kimmy yang masih berdiri di depannya.
"Aku akan sabar menunggumu sembuh dan siap untukku lagi."
Minggu pagi Kimmy buru-buru bangun karena sedang senang hatinya dan berniat untuk mengajak tristan jalan-jalan. Tapi saat dia turun ternyata Tristan malah masih belum kelihatan."Apa Tristan belum bangun, Bu?" tanya Kimmy menghampiri ibunya yang masih membuat sarapan pagi.Sang ibu hanya mengedikkan bahu yang artinya memang tidak tahu dan sama-sama belum melihat Tristan. Kimmy jadi curiga jika Tristan masih bersikeras hapalan lagi. "Tristan..." Kimmy memanggil dulu seperti biasa sebelum masuk ke kamarnya. Tapi kali ini Tristan tidak menjawab dan ternyata pria itu masih tidur bahkan nampak sedang malas bergerak.Kimmy berjalan pelan mendekati Tristan, untuk sekedar memastikan apa dia baik-baik saja karena jujur saja Kimmy juga mulai khawatir melihat Tristan seperti itu."Tristan kau demam!" kaget Kimmy begitu menyentuh dahinya yang terasa panas."Apa kau mandi lagi di malam hari?"Tristan tidak menjawab tapi sepertin
Tristan terlihat pucat dan tiba-tiba jatuh pingsan karena mungkin sejak tadi ia sudah coba menguatkan diri untuk membawa Kimmy sampai di rumah.Kimmy langsung panik dan lupa dengan keterkejutan bang Hanif karena setelah itu ia langsung sibuk menggoncang-goncang tubuh Tristan yang lemas tak bergeming di atas halaman paving."Tristan...bangun Tistan..." pria itu masih sama sekali tidak merespon dan telapak tangannya juga dingin."Bang tolong aku," Kimmy mendongak pada tunangannya yang masih berdiri kaku, kemudian Kimmy juga berteriak memanggil ibunya.Mereka semua membawa Tristan ke dalam rumah."Apa kita harus membawanya ke rumah sakit?"panik ibu Kimmy.
Pagi harinya Kimmy kembali ijin untuk tidak turun bekerja karena masih menghawatirkan kondisi Tristan. Kimmy minta untuk mengerjakan semua pekerjaannya dari rumah saja, toh Tristan juga belum ada di kantor jadi sebagian besar pekerjaan Kimmy masih bisa dia tangani dari rumah. Kimmy hanya bohong pada Jacline jika dirinya sedang kurang enak badan. Sebenarnya Kimmy juga tidak sepenuhnya bohong karena dia sendiri memang agak lesu karena kurang istirahat dan terlalu banyak pikiran.Tristan terlihat cukup sehat dan sama sekali tidak membahas apapun tentang ingatannya sejak ia bangun tadi pagi. Bahkan dia lebih sibuk membantu ibu Kimmy di banding menghiraukan Kimmy yang ada di rumah tapi masih sibuk dengan pekerjaannya.Tristan sedang membantu ibu Kimmy menyiram tanaman di halaman ketika Hanif datang. Tristan hanya terlihat acuh tak menghirauk
[jangan lupa minum obatmu tepat pawaktu]Kimmy meninggalkan secarik pesan di atas nakas yang langsung Tristan temukan begitu dirinya bangun.Kimmy sudah berangkat pagi-pagi karena ada beberapa laporan yang harus segera ia selesaikan sebelum rekan kerjanya uring-uringan di akhir bulan. Maklum dia sudah terlalu banyak mengambil libur bulan ini. Atau mungkin dia bisa di pecat bulan depan jika masih saja bekerja dengan kualitas seperti ini. Walaupun sejak awal Kimmy tidak pernah ingin bekerja untuk Tristan tapi bagaimanapun ia tetap harus memiliki tanggung jawab atas pekerjaannya.Sebenarnya ini masih pagi, karena itu dia masih tidak percaya ketika melihat Pamela sudah berada di lobby. Kimmy pikir mungkin ada urusan yang agak mendesak mengani tanggung jawab Tristan yang harus ikut dia sele
Tristan mendatangi kamar Kimmy di tengah malam ketika ayah dan ibunya tidur. Tristan berjalan hampir tanpa suara karena itu Kimmy juga sempat terkejut ketika tiba-tiba pria itu sudah ikut naik ke atas tempat tidurnya."Tristan kenapa kau ada di sini? " Kimmy buru-buru bangun untuk duduk."Tidurlah lagi aku bersumpah tidak akan mengganggumu dan akan kembali ke kamarku sebelum ayah dan ibumu bangun.""Tidak Tristan. Kembalilah ke kamarmu! " tegas Kimmy coba menatap Tristan dengan tegas meskipun dengan pencahayaan kamarnya yang masih agak gelap."Aku hanya ingin tidur bersamamu, dan aku bersumpah tidak akan menyentuhmu atau minta yang macam-macam."Kimmy beringsut mundur untuk mengambil
"Ibu pikir Tristan menjemputmu?" tanya ibu Kimmy begitu melihat putrinya pulang seorang diri dengan wajah malas."Tidak,Bu. Sepertinya Tristan pulang ke rumahnya sendiri.""Apa maksudmu?" ibu Kimmy langsung kembali bertanya sambil mengangkat gagang spatula dari penggorengan."Ingatannya sudah pulih dan dia mungkin tidak akan kemari lagi." Sedih Kimmy sambil melihat nasi goreng yang belum selesai dibuat ibunya."OH, sayang sekali." ibu Kimmy pun ikut memperhatikan nasi goreng yang baru setengah jadi dia buat. Meski sebenarnya bukan hanya sekedar makanan tersebut yang membuatnya sedih. Bagaimanapun Tristan sudah seperri anak laki-laki baginya.Nampaknya ibu Kimmy juga jadi enggan untuk
Walaupun Kimmy sudah bertekat untuk melanjutkan hidupnya sendiri tapi nyatanya hanya beberapa hari dia tidak melihat Tristan berkeliaran di rumahnya saja ia sudah rindu seperti ini. Kimmy juga tidak melihat Tristan kembali muncul di kantor, dan yang membuat Kimmy semakin tidak nyaman adalah tatapan rekan-rekan kerjanya. Sejak keributannya dengan Pamela tempo hari, semua orang jadi pada suka berbisik-bisik tiap kali dirinya berlalu di depan mereka. Ada yang menatap jijik, ada pulan yang menyeringai miris tanpa simpati. Kimmy yakin semua orang telah beranggapan kotor tentang dirinya yang telah menggoda Tristan Murai. Bahkan Jacline sama sekali tidak percaya jika tidak ada permainan kotor di antara mereka."Jangan bilang selama ini sebenarnya kau juga tahu kemana Tristan menghilang!" kesal Jacline karena Kimmy yang masih saja berkelit dengan semua tuduhannya sebagai penghianat yang tega menghianati pria sebaik Hanif."Apa kau juga ingin menghakimiku seperti mereka?" kata
Kimmy memang sudah berencana untuk mengundurkan diri akhir bulan ini yang artinya tinggal sekitar satu minggu lagi dirinya bekerja. Tapi sampai sekarang Kimmy masih belum berani membahasnya dengan Jacline, karena Kimmy benar-benar tidak tahu bagaimana harus mengucapkan perpisahan dengan rekan kerjanya itu. Kimmy suka Jacline dan mungkin dialah teman terbaik yang pernah ia temukan dalam seumur hidupnya.Sementra itu Jacline hanya tahu jika Kimmy akan menikah satu bulan lagi dan akan ikut pindah bersama suaminya ke Singapura, yang artinya ia akan kehilangan rekan kerja semanis Kimmy yang agak lemot tapi sebenarnya sangat baik hati. Jacline pikir karena Kimmy cantik jadi orang-orang yang pada iri semakin suka menggosipkannya belakangan ini. Padahal kalau dia bayangkan tidak enak juga berada di posisi Kimmy. Setiap hari dia masih harus melihat Tristan Murai yang mengabaikannya tapi semua ora
Hanif, Kimmy, dan Tristan duduk di beranda sambil menyaksikan anak-anak yang sibuk bermain dengan kuda poni. Al juga sudah lama tidak bertemu Sofia, nampaknya mereka juga sudah sangat rindu hingga sepertinya belum mau berpisah ketika Hanif hendak mengajak putrinya untuk pulang. "Menginaplah, Bang, mereka sudah lama tidak bertemu biarkan lebih puas bermain dulu." Tristan juga menawarkan kamar tamu yang dekat dengan kamar putranya di lantai dua, karena Al juga merengek ingin tidur bersama bang Hanif. Dulu Kimmy memang sering membiarkan putranya menginap di tempat Bang Hanif jika dirinya sedang bepergian untuk pekerjaannya. Meski bukan darah dagingnya sendiri tapi Hanif tetap menyayangi Al seperti putranya dan bocah laki-laki itu juga sudah biasa bermanja-manja padanya sejak bayi. Bang Hanif akhirnya setuju untuk kembali ke hotelnya beso
Menjelang akhir musim semi udara malam terasa semakin hangat, bercinta bisa menjadi kegiatan yang semakin menyenangkan karena mereka tidak perlu merasa khawatir bakal menggigil kedinginan meskipun tidur tanpa pakaian sampai pagi. Tristan sengaja membuka semua pintu balkon dan membiarkan udara malam ikut masuk menemani mereka berdua bergelung dalam gairah. Kimmy sudah terasa begitu lembut dan manis, menyambut dengan antusias setiap sentuhannya dengan begitu menyenangkan. Lenguhan rendahnya terlalu menggoda untuk di abaikan, Tristan tahu di mana wanita itu paling suka untuk di sentuh dan di manjakan. Tristan kembali menekan pinggul Kimmy yang sedikit terangkat karena sama-sama sedang tidak sabar ingin segera diselesaikan."Sabar, Sayang." Tristan baru saja hendak memasukinya ketika tiba-tiba Kimmy menjentikkan jari menyuruhnya untuk berhenti.
Sudah hampir tengah malam ketika hujan akhirnya reda, Kimmy dan Tristan sampai harus mengendap-ngendap masuk kerumah mereka sediri seperti pencuri yang takut tertangkap basah. Tristan membawa Kimmy melewati tangga putar dari samping menara ruang kerja kakeknya. Dari situ ada lorong sempit yang akan berujung pada pintu darurat dari kamarnya. Bahkan Kimmy sendiri tidak tahu jika ada pintu keluar lain dari kamar mereka. Karena jarang di lewati jadi lorongnya gelap tanpa penerangan dan agak berdebu. Belum apa-apa Kimmy sudah terbersin-bersin dan membuat Tristan menciumnya kemudian tertawa."Jangan berisik nanti kita ketahuan" seolah mereka berdua benar-benar remaja nakal yang sedang menyusup keluar dari kamar.Kimmy terbersin lagi dan Tristan menciumnya sekali lagi sebelum buru -buru menarik Kimmy melewati lorong.
"Siapa Arneta Seymour?" tanya Tristan pada Philippe yang baru duduk di depannya. "Maaf Tuan, apa maksud Anda?" Kelihatanya Phillippe langsung panik dengan pertanyaan mengejutkan tersebut, apa lagi dengan cara Tristan menatapnya kali ini. Mereka sedang berada di ruang kerja tuan Murai yang pastinya Tristan juga tidak sedang main-main sampai sengaja memanggilnya kemari. "Wanita yang dimakamkan tepat di sebelah kakekku." "Dia putri Sharlote," gugup Phillippe. "Apa hubungannya dengan kakekku?" Tristan tidak bodoh dan tahu jika kakeknya tidak akan menempatkan orang sembarangan di sebelahnya. Philippe merasa jika dirinya semak
Sudah lewat tengah hari ketika mereka semua tiba di Tuscany dan langsung menuju rumah keluarga Murai. Kedua orangtua Kimmy sepertinya juga nampak terkagum-kagum dengan keindahan perbukitan dan ladang-ladang anggur yang mereka lihat di sepanjang perjalanan tadi. Al juga tidak berhenti berceloteh sendiri sambil bernyanyi-nyanyi riang. Kimmy lega karena putranya tidak rewel, karena ini merupakan perjalanan jauh pertama baginya."Nanti akan kuajak berkeliling perkebunan dan gudang anggur," bisik Tristan pada putranya yang mengintip dari jendela.Tristan memiliki warisan perkebunan yang sangat luas dan sebuah rumah penghasil anggur ternama yang sekarang di kelola oleh beberapa teman kepercayaan kakeknya. Karena Tristan sendiri sudah tidak memiliki waktu untuk mengurus semua itu.Begitu mereka sampai para pengurus rumah berbaris menyambut mereka di halaman. Tristan memperkenalkan mereka satu-persatu karena sudah menganggap mereka semua layaknya keluarga. BibiSha
Hari masih pagi ketika keributan kembali terjadi. Philippe datang ke rumah Kimmy bersama seorang pria bersetelan rapi yang katanya petugas KUA. Baru kemarin Tristan membahas perkara pernikahan dan tentu saja Kimmy tidak menyangka Tristan serius dengan ucapannya tentang menyuruh Philippe."Tristan ini pernikahan kenapa kau tidak bicara dulu denganku?" protes Kimmy."Sepertinya aku sudah bicara padamu kemari."Kimmy langsung menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Ya, tapi..." tiba-tiba Kimmy jadi tidak bisa melanjutkan kata-katanya sangking keterlaluannya pria itu.Umumnya orang memang akan ribet jika membahas pernikahan tidak seperti Tristan Murai yang cuma hanya seperti sekedar membahas liburan di akhir pekan. Tapi masalahnya dari dul
Tidak biasanya Kimmy pulang tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Ibu Kimmy masih berdiri di tengah pintu menyaksikan putrinya pulang bersama Tristan yang sedang menggendong cucu laki-lakinya.Tristan menurunkan Al dari gendongannya untuk menghampiri ibu Kimmy dan memeluknya lebih dulu karena ternyata Tristan juga rindu dengan seorang ibu.Sebelumnya Kimmy juga sudah menceritakan semuanya pada Tristan termasuk mengenai orang tuanya yang juga sudah tahu mengenai Al sebagai darah dagingnya. Walaupun sebagai orang tua mereka tetap kecewa tapi mereka juga menghargai keputusan Kimmy dan percaya jika putri mereka akan bertanggung jawab dengan semua kesalahannya. Mereka hanya tidak menyangka jika Kimmy akan pulang dengan membawa Tristan bersamanya."Maafkan aku, Ibu."Ibu Kimmy hanya bisa balas memeluk pemuda itu dengan haru. "Setiap kali aku melihat cucuku rasanya aku juga bisa melihat dirimu ada di sana."Rasanya memang sudah lama sekali mereka tid
Sebenarnya Hanif tidak menyangka jika tiba-tiba Kimmy akan menciumnya lagi setelah sekian lama. Entah sudah berapa lama, walau ternyata ia sama sekali belum lupa seperti apa rasanya. Bibir Kimmy masih semanis yang ia ingat dulu, dulu sekali saat mereka sering seperti ini, mencuri waktu untuk sekedar berdua. Hanif juga suka menyenangkannya karena Kimmy adalah tipe gadis yang suka penasaran dengan hal baru dan tidak pernah gentar untuk mencoba walaupun kadang agak sembrono untuk menggodanya sebagai seorang pria. Tapi Hanif yakin sekarang Kimmy sudah lebih dewasa untuk tidak bertindak impulsif seperti dulu lagi. Karena itu walaupun kemarin saat mereka tinggal bersama pun sebenarnya Hanif tidak berani membayangkannya. Kadang dia hanya miris tiap kali melihat kamar yang telah mereka siapkan berdua harus terkunci rapat meskipun setiap hari mereka tinggal bersama.Jujur saja Hanif juga sempat terbawa suasana dan menanggapi ciuman Kimmy walau dia tahu jika sebenarnya wanita itu hanya
Setelah Pamela pergi rasanya Tristan masih saja merasa sangat bersalah karena telah menyakiti wanita itu. Tristan memang tidak bisa mencegah dirinya untuk tetap menginginkan Kimmy meskipun dia tahu seharusnya ia tidak boleh seperti itu.Kesehatan Pam memang mulai menurun sejak Tristan semakin acuh dan sibuk dengan perasaannya sendiri. Padahal mereka sudah berjanji untuk selalu bersama dan tidak akan membiarkan siapapun berada di antara mereka.Tristan sadar jika dirinya sendirilah yang telah menjadi pengkhianatnya. Walaupun sebelumnya Tristan juga biasa tidur dengan banyak wanita tapi dirinya mengakui jika tidak pernah ada yang ia tempatkan di dalam hatinya seperti Kimmy. Dan di situlah letak pengkhianatan yang diakuinya. Penghianatan yang tidak dapat dia cegah ataupun ia tolak. Mungkin jadi inilah karmanya sekarang. S