Share

Bab 3

Author: Anggrek Bulan
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Malam Pertama Izzah dan Alif

Pukul sepuluh malam, Izzah masuk terlebih dahulu ke kamarnya, yang kini telah diubah menjadi kamar pengantin. Aneka hiasan dengan lampu temaram dan bunga mawar yang berserak rapi, sesungguhnya menimbulkan suasana yang romantis bagi pasangan pengantin baru yang tengah di mabuk cinta. Namun berbeda dengan apa yang kini di rasakan Izzah, justru dia sedikit risih dengan semua itu.

Gegas dia membersihkan diri kemudian melaksanakan salat isya, tanpa menunggu imam barunya yang masih menemani keluarganya di luar itu. Setelah itu, dia segera membaringkan tubuhnya di ranjang.  Pikirannya kini tengah berkecamuk, bertolak belakang antara hati dan pikirannya.

Hatinya mengingingkan dia untuk menolak malam pertama ini, namun pikirannya berkata meski bagaimanapun keadaanya, Alif kini telah secara sah menjadi imamnya, yang tentunya sangat berhak mendapatkan jatah malam pertama ini darinya.

Baru saja dia ingin memejamkan mata, pria yang baru saja menghalalkannya itu, telah masuk dan mengunci pintu. Gegas Izzah duduk dan memakai hijabnya. 

Sementara Alif, sama sekali tak menoleh pada Izzah. Apa yang dirasakan Izzah, juga dirasakan olehnya. Perasaan kikuk dan tak enak karena berada di dalam kamar dengan seorang gadis cantik, meski kini telah sah menjadi istrinya.

Setelah membersihkan diri, Alif kemudian duduk di sofa panjang yang ada di dalam kamar itu, dia segera memejamkan mata tanpa menoleh sedikitpun pada Izzah yang tetap duduk di pinggir ranjang.

Izzah merasa tak nyaman dengan keadaan seperti ini, sampai kapan mereka akan terus diam satu-sama lain seperti ini. Dan bukankah pernikahan ini harusnya menjadi pernikahan pertama dan terakhir untuknya, jadi untuk saat ini, Izzah akan berusaha mencairkan suasana.

"Mas, apa kamu sudah makan?" ujar Izzah lirih.

Ada sedikit desir yang tak bisa dipungkiri oleh Alif, tatkala mendengar ucapan Izzah itu. Dia juga tak menyangka, bahwa gadis yang kelihatannya kalem itu, ternyata berani mengajaknya bicara duluan.

"Aku sudah makan tadi," jawab Alif singkat tanpa menoleh pada Izzah.

Mendengar jawaban dari suaminya itu, membuat Izzah bingung harus bertanya apa lagi untuk mencairkan suasana. Beberapa saat keduanya kembali terdiam. Hingga kemudian Izzah memantapkan hatinya, untuk menawarkan diri pada suaminya itu. Bukankah jika seorang istri menawarkan atau meminta duluan akan mendapat pahala yang besar?

"Mas apa malam ini kamu tak menginginkanku?" tanya Izzah yang kini telah berdiri di samping Alif.

Seharusnya sebagai seorang pria yang normal, Alif tentu akan langsung mengiyakan tawaran gadis secantik istrinya itu. Namun dia tak ingin melakukan hal itu tanpa didasari oleh rasa cinta, sesungguhnya dia juga tahu, bahwa Izza juga terpaksa menjalankan pernikahan ini.

"Duduklah di sini, tenang saja aku tak akan melakukan hal itu hingga kita berdua benar-benar merasakan cinta, saat itulah kita baru akan melaksanakan malam pertama ini," ucap Alif tanpa memandang wajah Izzah.

Demi mendengar ucapan suaminya itu, Izzah langsung tersenyum lega, "terima kasih atas pengertiannya Mas. Aku tahu saat ini kita sama-sama terjebak dalam perjodohan ini. Namun aku memberi kebebasan padamu, jika sekarang kamu ingin kita mengakhiri semua ini," ucap Izzah.

"Tidak, aku bukan lelaki pengecut, yang lari sebelum berperang, yang pasti juga aku akan menjalankan amanat dari Bapakku dan Papamu. Sudah sekarang kamu tidur saja Dek, aku tak janji tak akan mengganggumu," ujar Alif.

Izzah terdiam beberapa saat, memang dia suka dengan sikap Alif yang menghargainya. Namun jika besok Papanya melihat ada kecanggungan darinya dan Alif, pasti beliau akan kecewa, mengingat Papanya juga sangat ingin segera memiliki cucu. Sebuah ide terlintas dibenaknya, dan segera diungkapkan pada Alif.

"Mas, aku boleh meminta satu hal padamu?" tanya Izzah.

"Ya, katakan saja, jika aku bisa, maka akan kukabulkan, dan begitu juga sebaliknya."

"Aku ingin saat di depan orang lain, kita terlihat mesra seperti suami istri yang telah menikah umumnya. Agar orang tua kita, terutama Papaku, menjadi yakin kita bahagia dengan perjodohan ini. Bagaimana ?" tanya Izzah.

"Oke aku setuju dengan hal itu. Tapi apa kamu nggak marah jika mungkin nanti di depan orang-orang kamu kugandeng atau kupeluk?" ucap Alif yang kini telah menoleh kepada istrinya itu.

"Emmm...nggak apa-apa deh, Mas. Toh kita ini kan pasangan halal. Untuk awal anggap saja kita ini teman dekat atau sahabat," ucap Izzah sambil tersenyum.

"Oke-oke siap Dek. Semoga semua berjalan sesuai rencana kita. Ya sudah sana kamu pindah, aku ngantuk banget nih!" ujar Alif yang mulai tak canggung lagi.

"Iya...iya, pakai ngusir segala! Ingat loh ya, kamu nggak boleh macam-macam dulu!," ucap Izzah sambil mulai berbaring di kamar.

"Hemmm...aku itu laki-laki baik-baik nggak gampang tergoda oleh wanita. Ya sudah jangan ngajak ngomong lagi, ngantuk nih aku!" Alif kemudian menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

Izzah tersenyum melihat tingkah suaminya itu. Dia senang ternyata Alif orangnya baik dan sopan, jauh dari perkiraannya kemarin. Hal ini tentunya akan membuat Izzah menjadi lebih nyaman menjalani kehidupan kedepannya itu.

Sementara itu, disebuah rumah kecil yang kotor, Bu Citra dan anak-anaknya kini mulai mengemasi pakaian mereka. Dengan percaya diri, mereka yakin bahwa mulai besok Izzah akan mengajaknya pindah kerumah bak istana itu.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Risnawati
bagus jalan ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • BENALU    Bab 4

    Hanya SandiwaraKumandang adzan subuh, membuat Izzah langsung terjaga. Dia pun kemudian mengecek semua pakaiannya, dan begitu lega, karena ternyata masih utuh, matanya pun mencari keberadaan suaminya itu, dan tentu saja saat itu, Alif masih bergelung dengan selimutnya di sofa yang empuk itu.Hati Izzah kembali lega, karena Alif ternyata tak membohonginya. Dia pun akan segera ke kamar mandi untuk mengambil wudhu, setelahnya dia pun melaksanakan salat subuh dengan khusyuk.Setelah selesai shalat dan berzikir, Izzah kemudian berusaha membangunkan Alif, untuk shalat subuh. Dia pun menoel kaki suaminya itu berkali-kali."Lif, ayo bangun! Nggak shalat subuh kamu?!" ucap Izzah yang mulai kesal karena tak direspon sama sekali.Akhirnya Alif pun membuka selimut yang menutupi wajahnya dan menguap."Apaan sih? Masih malam gini kok sudah ganggu orang tidur!" ucap Alif sambil mengerjap."Malam katamu?! Ini sudah waktunya shalat subuh, kamu nggak shalat?" kata Izzah sembari berkacak pinggang."Nant

  • BENALU    Bab 5

    Kedatangan Keluarga Benalu Di RumahBaru saja Izzah akan membuka pintu, ternyata pintu itu sudah diketuk duluan.Tok tok tokkk"Assalamualaikum!" teriak suara seorang wanita dari balik pintu."Waalaikumsalam." Meski pintu belum terbuka, Izzah dan Pak Hasan menjawab salam itu."Cepat buka, Za. Siapa sepagi ini sudah bertamu," ucap Pak Hasan.Izzah pun langsung membuka pintu, dan betapa kagetnya mereka, saat di depan pintu telah ada empat orang dewasa dan satu anak kecil, sambil membawa benerapa tas dan koper, dan mereka adalah keluarga Alif."Maaf, Tuan. Tadi kami sudah melarang mereka masuk, karena ini masih pagi. Tapi mereka terus memaksa dan marah, dan mengancam memecat kami," ucap Supri, satpam rumah ini dan Jaenal yang menghampiri di depan pintu."Ya iyalah, dasar kalian satpam nggak tahu diri! Belum tahu ya, siapa kami? Kami ini keluarga dari Pak Alif, salah satu bos kalian!" sungut Bu Citra dengan pongahnya."Sudah- sudah, mereka ini keluarganya Pak Alif, mulai sekarang kalian

  • BENALU    Bab 6

    Karena Janji Adalah Hutang (Pov PakHasan)"Ayo...katanya mau ngajak papa jalan-jalan di kompleks lagi? Yuks, mumpung papa semangat banget nih," ucapku pada Izzah yang masih duduk di sofa.Aku sebenarnya saat ini juga mempunyai pikiran yang sama dengan Izzah, yaitu berpikiran buruk tentang kedatangan keluarga Bu Citra ini. Namun, sebisa mungkin kututupi segalanya dari Izzah.Semua ini memang sesungguhnya, hana kulakukan karena balas budi, dan juga karena janji. Bagiku, janji adalah hutang, jadi harus tetap dilaksanankan bagaimana pun keadaannya nanti. Herman, memang satu-satunya sahabatku saat SMA, aku yang saat itu hanya seorang yatim.piatu, selalu dibantunya, dalam segala hal, karena saat itu, orang tuanya adalah seorang bos pabrik tahu.Dia tak pernah pamrih padaku, dia juga selalu memberikan materi padaku, saat aku tak bisa membayar uang sekolah, maka orang tuanya lah yang akan menyeleaikan semuanya. Dan aku pun sudah dianngap sebagai anaknya sendiri.Meski termasuk anak orang ka

  • BENALU    Bab 7

    Mulai Berulah"Ayo...katanya mau ngajak papa jalan-jalan di kompleks lagi? Yuks, mumpung papa semangat banget nih," ucap Pak Hasan pada Izzah yang masih duduk di sofa.Akhirnya, Izzah pun menuruti permintaan Papanya itu. Dan seperti biasa, Izzah akan terus mendorong kursi roda Papanya itu berkeliling kompleks.Sekitar satu jam kemudian, mereka pun sudah kembali sampai di rumah. Izzah dan Pak Hasan pun sedikit heran, karena saat ini masih pukul enam pagi, tapi makanan sudah siap di meja makan, dan itu pun ada beraneka ragam masakan. Padahal biasanya mereka hanya sarapan roti dan susu atau nasi goreng saja."Kok tumben pagi-pagi gini sudah matang, Bik? Sarapannya kan masih lama, keburu dingin loh nanti... lagian kok menunya banyak banget, kayak mau ada acara syukuran aja, Bik, hehehe," ujar Izzah pada Bik Karmi yang sedang menata makanan."Itu, Non, yang minta Bu Citra," bisik Bik Karmi."Oh...nyonya baru itu ya?! Kok banyak amat ya, Bik?" tanya Izzah lagi.Izzah patut kaget, soalnya d

  • BENALU    Bab 8

    Main Cantik Aja Deh"Ibu mau apa?! Jangan gampang ringan tangan, apalagi mengancam akan memecat. Semua yang bekerja di rumah ini saya yang bayar, dan hanya saya yang bisa memecatnya! Ingat di sini, Ibu itu hanya tamu! Jangan sok berkuasa!" ucap Izzah yang tak lagi bisa menahan amarahnya.Izzah yang sudah sangat emosi itu mencengkeram tangan ibu mertuanya dengan keras, dia memang tak suka dengan orang yang sombong dari dulu.Bu Citra, dan anak-anaknya, tentu amat kaget dengan apa yang dilakukan Izzah. Mereka tak menyangka, jika Izzah yang terlihat amat lugu dan pendiam itu, bisa berbuat seperti ini."Maaf...maafkan ya menantu, Nak Izzah. Habisnya aku itu kesel dengan pembantu ini, kerjaan kok nggak ada yang beres sih," ucap Bu Citra sambil meringis kesakitan.Selain mencengkeram dengan erat, Izzah juga sedikit memelintir tangan kiri ibu mertuanya itu. Sejak pertama bertemu dengan keluarga Alif, dia sudah tahu jika mereka ini akan menjadi benalu nantinya.Dari sorot mata saja, Izzah su

  • BENALU    Bab 9

    Ingin Cepat Kaya"Kamu nggak ke kantor?" tanya Pak Hasan."Ya ke kantor, Pa. Ada banyak berkas yang harus kutanda tangani," jawab Izzah sambil tersenyum."Alif nanti kamu ajak ke kantor 'kan? Beri dia jabatan sesuai keahliannya." Pak Hasan memerintahkan kepada putrinya itu."Emmm...memangnya dia pernah punya pengalaman apa selain jadi driver ojek, Pa?""Dulu, dia pernah bekerja sebagai staf administrasi kata Pak Herman," jawab Pak Hasan."Ya sudah, kalau begitu nanti kupekerjakan dibagian itu aja, Pa.""Tapi, apa nanti suamimu mau di beri jabatan biasa seperti itu? Saran Papa sih, berikan dia jabatan sebagai wakil direktur, kebetulan kan jabatan itu lagi kosong.""Tapì apa skill-nya mumpuni untuk jabatan itu, Pa? Aku nggak suka sama orang yang main-main," jawab Izzah lirih."Saat ini mungkin belum, tapi dia kan bisa belajar, nanti biar dia ambil kuliah kelas ekstension juga. Karena biar bagaimanapun, saat ini dia adalah suamimu, menantuku, masak iya dia hanya diberi jabatan staff bias

  • BENALU    Bab 10

    Adik Ipar Menyebalkan"Iya tuh, lengkap semua keluargamu, Mas! Tadi sih, sedang sarapan pagi," jawab Izzah tenang."Kenapa kamu nggak bilang dari tadi, sih?!" Alif seketika bangun, dan membuang selimutnya asal, kemudian segera berlari keluar kamar.Sementara itu, Izzah akan segera mandi, karena badannya sudah terasa amat gerah.Tokk tokk tokk"Mbak Izzah!"Sebuah teriakan dan ketukan pintu, mengagetkan Izzah dan membuatnya langsung membuka pintu."Eh, kamu Ven, ada apa? Kok pakai teriak-teriak." Ternyata yang mengetuk pintu itu adalah, Vena, adik iparnya.Vena, yang masih kelas tiga sekolah menengah atas itu, telah siap memakai seragam lengkap dan juga menenteng tasnya."Aku mau minta uang saku, Mbak..." jawab gadis belia itu sambil tersenyum."Uang saku? Kamu nggak dikasih sama Mas Alif?" tanya Izzah.Tentu Izzah kaget, saat tiba-tiba adik iparnya itu minta uang saku padanya. Padahal, sebelumnya mereka tak pernah bicara, dan cuma pernah bertemu satu kali."Dikasih sih, tapi cuma dua

  • BENALU    Bab 11

    Pak Hasan MeninggalSetelah bersiap, Izzah pun menuju meja makan, ternyata di sana telah menunggu Pak Hasan dan juga Alif. Izzah sedikit kaget, kapan dan di mana kira-kira Alif bersiap? Padahal dari tadi kamarnya di kunci dari dalam."Ayo Za, kita sarapan bareng-bareng, mumpung papa lagi mood sarapan ini," ucap Pak Hasan sumringah.Izzah pun segera duduk di samping Alif, dan mulai menyendokkan nasi goreng ke mulutnya."Kamu tadi ganti baju di mana, Mas? Kan tadi pintunya kukunci dari dalam?" tanya Izzah tanpa menoleh."Tadi di kamar tamu yang ditempati Ibu. Ibu kan juga bawa baju-bajuku," jawab Alif cuek."Izzah...Alif...papa minta kalian jadi pasangan suami istri yang saling menyayangi. Meski awalnya, kalian memang di jodohkan, tapi papa yakin jika kalian bisa melewati semua rintangan di awal pernikahan ini.Papa dan Pak Herman tak bisa menemani kalian, tapi kami harap kalian tetap bisa menjaga janji suci pernikahan. Apapun cobaan yang dihadapi, jika disikapi dengan lapang dada, in

Latest chapter

  • BENALU    Ending

    Bab 67Ending.Bubur memang benar tak mungkin lagi bisa diubah menjadi nasi lagi. Seperti apa yang saat ini terjadi pada keluarga benalu itu. Kesalahan fatal yang dibuat oleh Bu Citra, kini membawanya pada rumah sakit jiwa. Menerima vonis dari hakim saja sebenarnya sudah membuat wanita tua itu shock, ditambah lagi dengan bully-an yang dia terima di dalam penjara.Hotel prodeo itu memang sebuah tempat yang keras, meski itu hanya sel yang khusus untuk para napi wanita. Karena semua yang sekarang menginap di hotel prodeo itu adalah para wanita yang bermasalah, maka tak kaget lagi jika banyak terjadi pembully-an disana. Siapa lemah akan menjadi bahan bully-an dan yang memang akan menjadi ketua suku, dan dihormati oleh semuanya.Kini, Bu Citra telah resmi menjadi penghuni rumah sakit jiwa itu. Karena pemeriksaan intensif oleh petugas memang menunjukkan jika dia terganggu otaknya. Alif dan Desi mau tak mau tentu saja harus bisa menerima semua kenyataan yang terjadi ini."Aku akan membalas

  • BENALU    Bab 66

    Bab 66Waktu berlalu begitu cepat, sudah sebulan lamanya Bu Citra menjalani hidup sebagai seorang tahanan. Meski Alif dan Desi selalu datang seminggu sekali, tetapi nyatanya hal itu Seperti tak ada artinya sama sekali bagi Bu Citra. Yang dia ingin hanya keluar dari hotel prodeo ini sekarang juga!Hidayah pun sepertinya tak sedikit pun menyentuh hati ibunda Alif itu. Meski telah banyak hal terjadi, dia tak bisa mengambil hikmahnya. Yang ada malah hatinya semakin membatu saja."Bu, nggak pingin solat? Ayo bareng ke musholla!" ajak teman satu sel Bu Citra. Memang di lapas wanita itu ada mushola untuk memudahkan para napi shalat berjamaah."Ngapain sih kamu ngajak-ngakak!? Sok alim saja kamu ini. Sudah cepat pergi! Jangan sok ceramah seperti Izzah kamu ya!" Bentak Bu Citra, hampir setiap diajak oleh beberapa temannya untuk mendekatkan diri pada Allah.Sedikit pun tak ada penyesalan dalam hati wanita paruh baya itu. Yang ada malah hanya dendam dan dendam saja."Semua orang di dunia ini mem

  • BENALU    Bab 65

    Bab 65Hari ini adalah sidang terakhir Bu Citra, alias pembacaan vonis tentang pembunuhan berencana yang wanita itu lakukan pada Pak Hasan, yang tak lain adalah besannya sendiri saat itu. Karena emang semua bukti sudah lengkap, jadi tak perlu waktu lama lagi untuk hakim mengambil keputusan.Tentu saja saat ini Izzah hadir, begitu juga anak-anak dari Bu Citra. Absen si Vena saja yang memang hingga saat ini tak diketahui kabarnya. "Lif, bagaimana jika nanti ibu mendapatkan hukuman yang berat?" tanya Desi yang kini duduk di samping adik kandungnya itu.Alif menarik nafas dalam-dalam dan memang saat ini dadanya pun merasa sesak sekali."Entahlah, Mbak. Aku pun telah melakukan berbagai cara agar Izzah mau mencabut laporan itu, tetapi semua usahaku itu nihil. Sekarang sepertinya kita hanya bisa pasrah saja pada mereka," jawab Alif sambil menunjuk pada deretan hakim."Dasar memang si Izzah itu sombong banget! Kok ada si manusia tak punya hati nurani seperti dia itu? Wajah saja terlihat sepe

  • BENALU    Bab 64

    Bab 64Mau tak mau, tentu saja akhiranya Alif pun pergi dari ruangan wanita yang secara negara masih sah menjadi isterinya itu. Dilema tentu saja saat ini terus bergelayut di dalam hatinya. Sebagai seorang anak yang berbakti, tentu dia ingin membebaskan Bu Citra dari hukuman polisi. Karena memang sejak dulu Alif adalah seorang anak yang sangat berbakti pada ibunya. Apa lagi ketika dia ingat dengan almarhum ayahnya, yang sebelum meninggal dulu telah menitipkan dua saudara perempuannya dan juga sang ibu."Ya Allah, kenapa semua menjadi seperti ini sih!" Alif merasa frustasi saat ini. Lelaki tampan yang kini sudah kembali ke ruangannya itu pun mengusap wajahnya dengan kasar. Tentu dia menyesali kesalahan besar yang telah ibunya buat."Jika ibu tidak menghabisi nyawa Pak Hasan, tentu semua ini tak akan pernah terjadi!" Kembali Alif berucap dengan frustasi.Tetapi di sisi lain, hati nuraninya pun membenarkan segala keputusan yang diambil oleh Izzah.Apa yang dilakukan oleh Bu Citra memang

  • BENALU    Bab 63

    Bab 63Waktu berlalu dengan begitu cepat bagi Alif, sudah satu bulan sejak keluar dari penjara itu, kini dia dan Widodo sudah kembali bekerja di perusahaan milik Izzah. Namun, tentu saja semua tak bisa seperti dulu. Meski dia berharap penuh, namun sama sekali Izzah tak pernah mengajaknya bicara. Hanya sekedar formalitas saja seperti Bos pada pegawainya. Sebenarnya perasaan yang ada dalam hati Alif tak jauh beda dengan yang dirasakan oleh Izzah. Wanita itu pun merasakan jika telah menaruh hati pada Alif. Namun tentu saja hal itu terus saja berusaha dia dipungkiri.Tak mungkin rasanya dia menjalin hubungan dengan anak dari pembunuh Papanya, meski dia tau jika Alif adalah lelaki yang baik. Ego masih terus saja merajai hatinya saat ini.Siang ini, Alif memberanikan diri untuk mendatangi Izzah di ruangannya ketika istirahat siang. Bukan untuk mengatakan isi hatinya yang terus membuatnya tersiksa. Tetapi untuk memperjuangkan nasib ibunya, yang besok adalah sidang terakhir dan waktunya hak

  • BENALU    Bab 62

    Bab 62Setelah kepergian Izzah dan pengacaranya. Alif segera mengajak Desi dan Widodo untuk pulang. Tentu saja kali ini mereka pulang dengan menaiki angkot. Selama perjalanan yang hampir memakan waktu satu jam itu, mereka tak saling berbicara, karena memang bergelut dengan pikirannya masing-masing.Alif sebenarnya masih tak ingin percaya jika saat ini dia dan Izzah akan sah berpisah. Lelaki tampan itu sesungguhnya masih berharap jika Izzah mau kembali menerima dia. Meski menang hal itu pasti sulit, karena tindakan ibunya yang sangat sulit untuk dimaafkan.'Jika memang jodoh, pasti kita akan bertemu lagi Zah. Aku pun ingin menunjukkan kepada kamu jika aku tak seburuk yang kamu pikirkan!' gumam Alif dalam hati.Bersamaan dengan uang yang diberikan oleh Izzah tadi, ada juga alamat rumah baru untuk mereka. Rumah itu bukanlah rumah mereka yang direnovasi dahulu, tetapi Izzah sengaja membeli sebuah rumah di kompleks perumahan untuk mereka, lengkap dengan segala isinya."Wah. Ternyata rumahn

  • BENALU    Bab 61

    Bab 61Sedikit pun Izzah tak berkomentar saat ini. Hanya dengan cepat dia mengambil surat itu dan memberikannya kembali pada sang pengacara. Yang kemudian langsung memasukkannya kembali ke dalam tas."Begini memang sepertinya jalan yang terbaik, Lif. Cinta itu tak mesti harus memiliki bukan?" Seloroh sang pengacara yang bisa melihat cinta Alif pada Izzah itu.Semua hanya diam, sementara Desi dan Widodo masih melanjutkan makan.Lelaki berdarah tionghoa itu pun kemudian melanjutkan ucapannya. "Sebuah hubungan yang didasari oleh niat yang buruk dan tak pas, akhirnya pun akan berujung dengan hal yang tak mengenakkan. Aku yakin almarhum Pak Hasan pun akan mengerti dengan hal ini. Sedikit rasa yang sudah terbit dalam hati, biarkan saja tetap seperti itu. Jika memang kalian masih berjodoh, tentu tak akan kemana bukan?" Alif dan Izzah spontan tersenyum bersama, hanya saja mereka masih tak bersuara. Si pengacara kembali berucap agar suasana tak terus terasa tegang."Oh iya, Zah. Apa ada lagi

  • BENALU    Bab 60

    Bab 60Setelah menemui Bu Citra yang berakhir dengan rasa kesal mendalam, akhirnya Izzah pun kembali menemui pengacaranya. "Apa sudah selesai, Om?" tanya Izzah sembari mencoba menurunkan emosi yang ada dalam hatinya, karena mertuanya yang tadi itu.Si pengacara langsung mengangguk dan tersenyum. "Semua sudah beres kok, Zah. Itu Alif dan saudaranya sudah menandatangani berkas," jawabnya sambil menunjuk ketiga orang benalu yang kini sudah bebas itu.Mereka Izzah pun langsung menoleh pada tunjukan tangan itu. Ada secercah bahagia dalam hatinya karena melihat Alif bebas. Tetapi Izzah sedikit pun tak menganggap jika itu adalah bagian kecil dari yang dinamakan cinta."Om, kita ke kantin sebentar ya. Tolong ajak mereka kesana. Ada sesuatu yang ingin saya sampaikan pada mereka," ucap Izzah yang langsung dijawab dengan anggukan oleh sang pengacara.Izzah pun berangkat terlebih dahulu ke kantin kantor polisi itu. Menurutnya ini adalah tempat yang pas, dari pada harus membawa ketiga benalu itu

  • BENALU    Bab 59

    Bab 59Proses hukum pada Bu Citra tetap berjalan untuk saat ini. Tetapi hari ini memang Izzah kembali datang ke kantor polisi bersama sang pengacara untuk mencabut tuntutan pada Alif, Widodo dan juga Desi. Serta memberikan surat gugatan cerai dari suaminya itu.Sebenarnya sang pengacara telah mengurus surat pencabutan itu sejak kemarin, jadi hari ini ketiganya sudah bisa menghirup udara bebas.Sebelum membebaskan ketiga orang itu, saat ini Izzah lebih dulu ingin bertemu dengan Bu Citra. Ada beberapa Hal yang ingin dia sampaikan. Sementara sang pengacara mengurus berkas.Bu Citra datang dengan langkah gontai, karena dia tahu jika menantunya itu membiarkan dia mendapatkan hukuman yang setimpal. Wanita setengah baya itu pun duduk sambil menunduk."Bu, tolong maafkan saya ya. Karena meski telah mencoba, nyatanya saya tetap tak bisa membiarkan ibu melenggang bebas setelah menghabisi nyawa Papa," ucap Izzah yang berusaha sekuat tenaga menahan emosi.Bu Citra langsung mendongak demi mendeng

DMCA.com Protection Status