"Ini pesanan Anda." Zeta segera meletakkan cappuccino buatannya di atas meja di depan Daru. Wanita ini bertolak pinggang dengan sebelah tangan, sementara sebelah tangan lagi memegang baki coklat. "Silakan dihabiskan, lalu setelah itu silakan pergi dari tempat ini. Kopi itu gratis!" ucap Zeta ketus, lalu wanita ini membalikkan tubuh untuk segera pergi dari hadapan Daru. Di samping dia kesal dengan mantan kekasihnya itu, jantungnya pun tak bisa ia kendalikan jika berhadapan dengan Daru. Selalu, sejak dulu sampai detik ini. Dan Zeta tahu, jika usahanya untuk melupakan Daru selama sepuluh tahun ini tak pernah berhasil. Bagaimana Zeta bisa yakin? Tentu saja dia sangat yakin dan memahami dirinya sendiri. Apalagi setelah kejadian Daru tak menampakkan diri sejak wanita ini sengaja membuat Daru mundur untuk mendekatinya. Hidup Zeta seperti tersiksa. Ralat, buka
*REBECCA WIRYAWAN TERLIHAT SEMAKIN SERING BERKUNJUNG KE RUMAH KELUARGA BRATADIKARA. APAKAH KABAR YANG MENGATAKAN ANDARU BRATADIKARA DAN REBECCA WIRYAWAN AKAN RUJUK BENAR ADANYA?*TAK!!Zeta meletakkan kasar ponselnya ke atas meja kasir setelah membaca judul berita terpanas yang tiba-tiba saja muncul di layar ponselnya.Hati wanita ini memanas hanya karna berita itu. Andaru dan Rebecca
Hening beberapa saat. Hanya deru napas tiga orang yang berada di ruangan ini yang terdengar. Sampai tak berapa lama, mama Daru kembali berbicara."Anggota keluarga Bratadikara tidak boleh ada yang mencoreng nama baik keluarg—""Coret Ansel dari keluarga Bratadikara."Wanita paruh baya ini tertegun sesaat mendengar jawaban dari anaknya. Lalu tak berapa lama, senyum sinis muncul dari bibirnya. "Wah... hebat sekali. Kamu tidak ingat siapa k
Tubuh Zeta lemas seketika, sampai Daru langsung melangkah pasti untuk merengkuh tubuh Zeta agar wanita ini tak terjatuh. Mereka saling pandang dengan jarak sedekat ini. Napas mint Daru menerpa bibir Zeta."Kamu tidak apa-apa?" tanya Daru cemas.Zeta memperhatikan wajah Daru dengan seksama. Apakah ucapan mantannya ini bukan candaan? Tapi kalau hanya candaan, tidak mungkin wajah Daru terlihat penuh penyesalan seperti ini."Ka-kamu serius melakuk
Matanya nyalang menatap Daru. Sebelah tangannya mengusap kasar bibir yang baru saja Daru nikmati. "Aku bukan wanita murahan, Ansel!" ucap Zeta tajam. Mata wanita ini berkaca-kaca."Hiks... a-aku—"Sreeet!Zeta terkejut saat Daru menarik sebelah tangannya sampai tubuh wanita ini kembali berada di dalam rengkuhan Daru.
"Ki-kita udah sampai di depan rumahku. Kamu... kamu masih mau pegangin tangan aku terus?" tanya Zeta menyindir, namun suaranya terdengar gugup. Wajah Zeta masih merona malu. Dirinya tak menyangka bisa kembali menjalin hubungan dengan Daru.Daru terkekeh geli sambil menatap tangan kirinya yang sejak pria ini mengemudi, bolak balik memegang tangan kanan Zeta. Pria ini mengusap sayang punggung tangan Zeta, yang membuat tubuh Zeta meremang."Aku gak lagi mimpi kan, bisa genggam tangan kamu lagi kayak gini?"
Zeta menguap, sesekali mengusap matanya, karena matanya masih saja lengket minta dipejamkan. Memang sih semalam wanita manis ini tidur sangat larut. Alasannya apa lagi kalau bukan hubungan yang baru kembali dibinanya dengan Daru. Sepanjang malam, Zeta tak pernah berhenti tersenyum dengan jantung berdetak kencang. Wanita ini masih tak habis pikir dengan dirinya sendiri yang berani mencium Daru lebih dulu. Padahal hanya mencium di pipi, tapi rasanya seperti melepaskan semua pakaiannya di depan Daru. Antara malu, tapi senang tak terkira. Bagaimana jika nanti wanita ini benar-benar ‘polos’ di depan Daru?Zeta segera menggelengkan kepala guna mengenyahkan pikiran tak pantas yang tiba-tiba saja hadir di kepala. Pa
Bibir Daru tak pernah berhenti tersenyum sejak ayah Zeta merestui hubungan mereka. Pria tampan ini masih betah bersandar pada dinding depan toilet restoran di salah satu mall besar di kota ini.Depan toilet wanita? Ya, pria ini sejak keluar dari rumah Zeta setelah meminta izin pada Setyo untuk membawa Zeta menghabiskan waktu bersama, tak pernah melepas Zeta sedetikpun. Seperti sekarang, saat sang calon istri pergi ke toilet, Daru bahkan mengikutinya layaknya anak ayam yang takut tersasar. Padahal mereka sedang makan, tapi Daru memilih meninggalkan makanan mereka, dan meminta seorang pelayan di sana untuk tak membereskan dulu meja mereka.
“Bagaimana nasib Evan jika media menghujat anakmu, Becca? Menuduh anakmu sebagai anak haram setelah nanti media tahu bahwa Andaru bukan ayah kandung cucu mama. Pikirkan itu! Seandainya kamu tidak menyerahkan dirimu pada Kafka, semua ini tidak akan terjadi! Ingat, kamu yang salah di sini, karena sudah menjadi wanita murahan!” desis Mayang tajam, yang membuat kaki Rebecca lemas seperti jelly.Rebecca akui dia salah, tapi apakah kesalahan harus dilimpahkan padanya semua? Rebecca tahu dirinya bodoh karena menyerahkan diri pada Kafka. Tapi haruskah Mayang menghinanya seperti itu?
BAB MENGANDUNG DUA PULUH SATU PLUS-PLUS!SADAR DIRI BUAT YANG MASIH UNYU-UNYU DAN BARUNETASYES.KUPANTAUDARI JAUH NIH.YANG TETAP NEKAD BACA2 BAGIAN PALING BAWAH BAB INI, TAR KUSURUHZETANYEMBURKALIAN PAKAI KOPI RASA AIR LAUT.WWKKWKW...Happy Reading,&
BAB MENGANDUNG DUA PULUH SATU PLUS-PLUS!SADAR DIRI BUAT YANG MASIH UNYU-UNYU DAN BARUNETASYES.KUPANTAUDARI JAUH NIH.YANG TETAP NEKAD BACA2 BAGIAN PALING BAWAH BAB INI, TAR KUSURUHZETANYEMBURKALIAN PAKAI KOPI RASA AIR LAUT.WWKKWKW...Happy Reading,
"Calonnya belum datang ya?"Zeta hanya dapat tersenyum kecut saat salah satu penjaga butik tempat dirinya dan Daru akan mencari pakaian pernikahan sesuai keinginan mereka menanyakan hal yang sama lebih dari lima kali. Ingin rasanya Zeta mencongkel bola mata wanita itu, dan menarik kuat bibirnya karena senyum sinis sang penjaga butik, yang saat ini menatapnya mengejek.Tatapan seperti itu sudah hampir dua minggu lebih didapat Zeta setelah Daru mengumumkan hubungan mereka pada media. Kafenya bahkan belakangan ini ramai, hanya karena banyak yang ingin melihat dirinya, lalu menatap sin
“Bagaimana nasib Evan jika media menghujat anakmu, Becca? Menuduh anakmu sebagai anak haram setelah nanti media tahu bahwa Andaru bukan ayah kandung cucu mama. Pikirkan itu! Seandainya kamu tidak menyerahkan dirimu pada Kafka, semua ini tidak akan terjadi! Ingat, kamu yang salah di sini, karena sudah menjadi wanita murahan!” desis Mayang tajam, yang membuat kaki Rebecca lemas seperti jelly.Rebecca akui dia salah, tapi apakah kesalahan harus dilimpahkan padanya semua? Rebecca tahu dirinya bodoh karena menyerahkan diri pada Kafka. Tapi haruskah Mayang menghinanya seperti itu?
Bibir Daru tak pernah berhenti tersenyum sejak ayah Zeta merestui hubungan mereka. Pria tampan ini masih betah bersandar pada dinding depan toilet restoran di salah satu mall besar di kota ini.Depan toilet wanita? Ya, pria ini sejak keluar dari rumah Zeta setelah meminta izin pada Setyo untuk membawa Zeta menghabiskan waktu bersama, tak pernah melepas Zeta sedetikpun. Seperti sekarang, saat sang calon istri pergi ke toilet, Daru bahkan mengikutinya layaknya anak ayam yang takut tersasar. Padahal mereka sedang makan, tapi Daru memilih meninggalkan makanan mereka, dan meminta seorang pelayan di sana untuk tak membereskan dulu meja mereka.
Zeta menguap, sesekali mengusap matanya, karena matanya masih saja lengket minta dipejamkan. Memang sih semalam wanita manis ini tidur sangat larut. Alasannya apa lagi kalau bukan hubungan yang baru kembali dibinanya dengan Daru. Sepanjang malam, Zeta tak pernah berhenti tersenyum dengan jantung berdetak kencang. Wanita ini masih tak habis pikir dengan dirinya sendiri yang berani mencium Daru lebih dulu. Padahal hanya mencium di pipi, tapi rasanya seperti melepaskan semua pakaiannya di depan Daru. Antara malu, tapi senang tak terkira. Bagaimana jika nanti wanita ini benar-benar ‘polos’ di depan Daru?Zeta segera menggelengkan kepala guna mengenyahkan pikiran tak pantas yang tiba-tiba saja hadir di kepala. Pa
"Ki-kita udah sampai di depan rumahku. Kamu... kamu masih mau pegangin tangan aku terus?" tanya Zeta menyindir, namun suaranya terdengar gugup. Wajah Zeta masih merona malu. Dirinya tak menyangka bisa kembali menjalin hubungan dengan Daru.Daru terkekeh geli sambil menatap tangan kirinya yang sejak pria ini mengemudi, bolak balik memegang tangan kanan Zeta. Pria ini mengusap sayang punggung tangan Zeta, yang membuat tubuh Zeta meremang."Aku gak lagi mimpi kan, bisa genggam tangan kamu lagi kayak gini?"
Matanya nyalang menatap Daru. Sebelah tangannya mengusap kasar bibir yang baru saja Daru nikmati. "Aku bukan wanita murahan, Ansel!" ucap Zeta tajam. Mata wanita ini berkaca-kaca."Hiks... a-aku—"Sreeet!Zeta terkejut saat Daru menarik sebelah tangannya sampai tubuh wanita ini kembali berada di dalam rengkuhan Daru.
Tubuh Zeta lemas seketika, sampai Daru langsung melangkah pasti untuk merengkuh tubuh Zeta agar wanita ini tak terjatuh. Mereka saling pandang dengan jarak sedekat ini. Napas mint Daru menerpa bibir Zeta."Kamu tidak apa-apa?" tanya Daru cemas.Zeta memperhatikan wajah Daru dengan seksama. Apakah ucapan mantannya ini bukan candaan? Tapi kalau hanya candaan, tidak mungkin wajah Daru terlihat penuh penyesalan seperti ini."Ka-kamu serius melakuk