Beranda / Fantasi / BEHIND / Aturan Mangsa

Share

Aturan Mangsa

Penulis: Ira Yusran
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-07 12:53:00

Aku masih sibuk berguling ke sana kemari meski pagi mulai datang. Semalam suntuk mataku enggan terpejam. Rencana Ayah masih terus terngiang di kepala.

Aturan-aturan yang semestinya memberi kedamaian, malah membuatku berpikir terlalu keras. Terlebih bagi seorang pemburu seperti Ben Hardy. Mengawasi banyak iblis di dunia tentu saja bukan hal mudah. Beruntung, saat ini tak banyak iblis tersisa.

Kini, bagaimanapun juga aku harus segera menemui Jonathan. Ialah satu-satunya kunci agar semua aturan bisa ditegakkan. Bukan untukku, melainkan demi keselamatan semua orang.

"Kau mencintainya?" tanya Hard.

Mendengar pertanyaannya tentu saja diri ini enggan menjawab. Alih-alih berdalih, aku malah asyik menatap mata kebiruan Ayah.

"Ibumu jatuh cinta saat menatap kedua mataku, Grace, jadi berhenti menatapku seperti itu."

"Setelah seratus tahun, akhirnya aku menemukan keluarg

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • BEHIND   Ya, Ini Keputusanku

    "Jangan pikirkan apa pun, Grace, tapi coba kau renungi ini. Selama lebih dari seratus tahun kau menemui banyak pria, tak ada yang mampu membuat hatimu menghangat. Lalu, saat kau temukan sosok itu, relakah kau jika dia diambil paksa dari sisimu? Hatimu akan membeku, untuk sekali lagi.Kehilangan, kau akan merasakan hukuman yang teramat berat saat menyadari segalanya telah berubah. Apalagi, kau juga turut andil dalam keberdayaan untuk membuatnya terbunuh. Lalu, masih bisakah kau bernapas lega?"Aku mengerjap, tak mampu menjawab. Dalam hitungan detik aku terpaku, untuk menggerakkan bibir pun kelu.Setelah Hard mengedipkan matanya, ia tersenyum, sedangkan aku kembali mampu menggerakkan anggota tubuh. Lekas, aku bangkit dan mendelik, menuntut jawab."Apa-apaan, Hard?""Maaf, Grace, kau merasa tak nyaman?""Konyol! Pertanyaan macam apa itu?""S

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-08
  • BEHIND   Beri Aku Solusi!

    "Kita hanya harus mengalahkannya sekali! Lalu kau bebas menentukan segalanya!"Aku berdiri, menatapnya penuh kesungguhan. Setidaknya, ia harus benar-benar menganggap ini sebagai rencana semata. Pernikahan tertulis, tanpa dasar cinta."Aku tau! Hanya saja, menikah bukan satu-satunya jalan!" Ia melipat tangan di dada. Sifat keras kepalanya sungguh menyusahkan."Kalau begitu, bisakah kau pastikan bahwa kau lebih dulu bertemu denganku daripada dengan Jean palsu itu?"Dalam ruangan kedap suara berukuran lima kali enam itu, terdapat meja kerja dan pelbagai furniture bertema industrial. Hitam dan kayu lebih banyak mendominasi ruang."Kita bertemu lebih dulu, Grace! Aku tau betul itu!"Kali ini ia menatapku tajam. Meski hanya beberapa detik, aku mampu menangkap keseriusan dalam tatapannya. Lantas, ia kembali menatap ke arah jendela besar di samping meja kerja.

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-09
  • BEHIND   Ketakutan Jean

    "Kita hanya punya waktu tak lebih dari delapan jam sebelum ia bisa kembali kemari, Jo!"Sekali lagi, kedua mata bulat pria beriris cokelat muda itu membeliak. Mungkin, ia terkejut dengan pernyataanku barusan."Apa? Kenapa? Siapa yang memberimu batas itu?"Padahal, beberapa menit yang lalu ia baru saja tenang. Ia baru menerima usulanku untuk menikah sebagai solusi utama. Kini, ia kembali histeris bak Cinderella yang kehilangan sepatunya."Kau tau, ada dua dunia yang berbeda dengan waktu dan kehidupan yang jauh dari kata sa--""Apa masalahmu sebenarnya?" Hanya dengan memotong ucapanku saja, ia bisa membuatku terintimidasi."Harusnya aku yang bertanya! Bukankah sejak awal sudah kukatakan? Ada banyak hal yang harus kau ketahui sebelumnya. Tapi, jika ingin cepat, solusi terbaik hanyalah penikahan! Dan sekarang aku lagi yang akan kau salahkan, huh?!"

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10
  • BEHIND   Mulai

    Dekorasi serba putih dan mint menjadi perpaduan feminim nan elegan. Dari depan gereja sudah terlihat jelas dua nama yang akan melakukan pemberkatan nikah.Salah satu foto prewedding dibingkai indah pada salah satu sudut akses keluar-masuk tamu undangan. Gambar pria dan wanita yang tengah bahagia, duduk bersanding pada sebuah motor klasik berwarna senada. Pemandangan senja serta percikan deburan ombak pun menjadi latar belakang saksi bisu pemotretan mereka.Masuk ke dalam gereja, semua tamu undangan memakai warna pakaian yang sama: broken white dan mint. Beberapa bridesmaid yang kompak memakai dress dan setelan mint dipadukan dengan warna khaki. Perpaduan yang tepat untuk menunjukkan sebuah ketenangan yang hakiki."Tanda tangan di sini."Aku mengerjap, lantas semua bayangan itu sirna seketika kala mendengar suara Hard yang datar nan menggema. Entah kapan kali terakhir aku membayangkan menjadi seorang

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-11
  • BEHIND   Tenanglah!

    "Sekarang bagaimana? Ke mana dia? Pria yang katanya pemburu iblis, Grace?! Jean dibawa! Apa yang akan terjadi padanya?"Khawatir, tentu saja. Keduanya punya naluri untuk saling menjaga, lantas terpisah begitu saja oleh marabahaya. Kedua mata Jonathan tampak mulai berair. Ia yang frustrasi lantas menyugar lalu memijit pangkal hidungnya pelan."Lanjutkan saja, Jo! Ia hanya ingin kita berhenti di sini!"Pijatannya terhenti. Kemudian, ia menatapku sengit. Penuh amarah. "Kau tak memikirkan temanmu?"Aku lelah dengan semua ini. Sampai kapan Jo akan selalu berpikiran buruk tentangku? "Karena ia temanku, Jo, jadi kita harus segera mengakhiri ini demi keselamatan Jean!"Jonathan menutup kedua matanya pelan. Please, Jo, percayalah."Cepat berjanji!" pintaku sembari memegang kedua tangannya.Jonathan batu saja membuka mulut hendak menguntai janji sa

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-12
  • BEHIND   Kecamuk Hati

    Sudah dua jam sejak pengantin priaku dibawa lari oleh Nathalie. Sejak itu pula, ada desir aneh yang terus menjalar, merajai hati. Ada kecamuk yang seolah-olah terus terngiang bahwa akulah penyebab semua ini.Kugigit ujung kuku jempol perlahan sembari terus mondar-mandir memikirkan banyak hal. Termasuk mengenai jejak di mana iblis itu menyembunyikan Jonathan."Grace, tidakkah kau khawatir?"Aku menghela napas panjang. Ini bukan saatnya untuk mendramatisir keadaan. "Jean, apakah aku terlihat biasa saja sejak tadi?"Jean menunduk. Gadis itu ... mungkin lebih cemas daripada aku. Kudekati ia yang berada di sofa dudukan tiga. Saatnya bagiku memanusiakan manusia seperti yang lalu-lalu."Dengar, Jean. Kau percaya padaku, 'kan? Aku akan menyelamatkan Jonathan. Aku dan Hard.""Bagaimana denganku?" tanyanya cepat.Aku tak tahu sebesar apa kekhawatir

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-13
  • BEHIND   Terbakar

    Setelah melesat di langit malam lebih dari dua jam, akhirnya aku sudah sampai di gurun Karakum. Tempat di mana dua dimensi dijadikan satu oleh sebuah portal raksasa.Di depan sana, kawah sebesar lapangan sepak bola begitu menerangi gelapnya malam. Betapa tidak, bahkan jarakku yang jauhnya kemungkinan lebih dari puluhan kilometer pun sudah merasakan panasnya."Hard, kau yakin aku bisa melaluinya? Itu ... benar-benar seperti gerbang menuju kematian bagiku."Pria yang usianya jauh lebih tua dariku itu saling menautkan jemarinya di balik tubuh. Ia menatap jauh seperti sedang mengingat sesuatu."Hard?"Ia tergagap, lalu menatapku lekat. Sekilas pada kedua matanya yang tajam terlihat sorot yang tak dapat kuartikan maknanya. "Aku tak apa, Grace, kita bisa! Kau adalah anak iblis yang pada dasarnya memang diciptakan dari api.""Aku manusia, Hard. Hanya saja ada gen ib

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-14
  • BEHIND   Ditakdirkan

    "Kau gila, huh?! Aku baik-baik saja! Lihat seluruh tubuhku! Tak ada yang salah, Grace! Jadi kumohon untuk tetap tenang. Ok?"Aku masih meringkuk, memeluk lutut sembari sesenggukan. Tak kusangka, dunia bawah tanah yang sering diceritakan Hard benar-benar ada dan nyata. Tak ada yang berbeda dari permukaan dunia. Hanya saja, di sini penuh dengan kegelapan."Tapi aku benar-benar melihat tubuhku terbakar habis di kobaran api itu, Hard. Semua menjadi abu."Kulihat dengan jelas pria itu berkacak pinggang. Sesekali ia menggeleng sembari menyapa beberapa penduduk yang melewatiku dengan tatapan penuh tanya."Dengar, Grace, di sini tak pernah ada yang menangis! Bangunlah! Kau membuatku malu!"Kulepaskan tautan jemari yang sebelumnya erat memeluk dengkul. Lantas, mengedar pandang ke segala penjuru arah.Aku baru sadar bahwa sejauh mata memandang langit tampak berwarna ke

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-15

Bab terbaru

  • BEHIND   Akulah, Titisan Dewi

    Kubuka mata pelan sembari memecing berulang. Seberkas cahaya putih membuatku harus menutup mata lagi untuk beradaptasi."Kau sudah sadar?"Suara Jonathan terdengar begitu dekat nan cemas. Aku mengangguk meski belum tahu pasti di mana diri ini merebah."Kau pingsan dua hari."Aku menanap. Dua hari katanya? Saat membuka mata itulah aku melihat sosok Jonathan dan Jean. Aku .... "Di mana Hard? Bagaimana dengan Nathalie?"Jean mendekat, lalu menggenggam jemariku kuat. "Tenang, Grace. Semua sudah berakhir sesuai rencana kalian."Kulihat Jonathan juga tersenyum ke arahku. Senyum yang membuatku merasa tenang dan aman. "Mana Hard?""Kita tak melihatnya selama ini. Mungkinkah dia kembali ke dunia bawah tanah?"Aku memberengut. "Lalu bagaimana bisa diriku ada di sini? Siaap yang membawaku kemari?""Seorang p

  • BEHIND   Berdebum

    Udara dingin merasuk hingga ke tulang belulang saat kami telah saling berhadapan. Jarak kami masih sangatlah jauh, tetapi melihat kekuatan para iblis itu tak begitu menyusahkan. Sepertiku, pasti tak butuh waktu lama untuk sampai ke sana.Mereka terlihat banyak, menggerombol di ujung padang pasir dekat dengan pintu masuk ke dunia bawah tanah. Aku mulai gusar, tapi Hard makin terlihat kian membara."Jangan pikirkan jumlah, Grace. Kita menang banyak. Bahkan, Pangeran dari Neraka pun memihak."Kulirik para jenderal perang. Mereka telah siap dengan wujudnya masing-masing. Lekas, kuubah diri menjadi jati diri yang sebenarnya. Sementara Hard, tiba-tiba jubahnya bersinar seterang bulan yang menguasai malam. Aku bahkan tak pernah tahu jubah itu bisa menyala dalam gelap.Hanya dalam sekejap mata, Nathalie telah berada di hadapan Hard. Ia melirikku sebentar. "Kau akan meneruskan ini atau akan memberikan Grace s

  • BEHIND   Kesediaan Pangeran

    Hari telah tiba. Matahari di ujung peraduan tampak malu-malu untuk menerik, menghangati bumi. Atau, bisa jadi ia enggan untuk sekadar melihat kerusakan yang akan terjadi.Ini hari terakhir, sebelum esok tiba. Malam nanti, bulan purnama akan bersinar terang untuk yang ke 6500 usai pertempuran pertama.Aku dan Hard masih di dalam mobil, menunggu seseorang yang katanya akan segera datang. Sayangnya, sudah lebih dari dua jam ia tak kunjung menampakkan batang hidungnya."Ke mana pangeran itu?"Hard menggeleng. Aku mengalihkan pandang ke arah luar. Lantas, tercium aroma gairah yang begitu lembut nan menggoda, tetapi juga kuat nan tajam. Entahlah, aku tak bisa mendeskripsikannya.Jauh di ujung jalan sana, kulihat ada seorang pria yang tampaknya melihat ke arahku. Ia mengulas senyum. Ah, bukan. Seringai, ia melempar seringai padaku. Salah satu tangannya diangkat, telunjuknya melambai.

  • BEHIND   Sabarr

    "Sabarlah. Kita hanya harus menyelesaikan ini agar semua usai."Aku mengangguk. Ya. Kita sudah sejauh ini setidaknya harus usai setelah ini. Lima hari lagi. Dan semua akan berhenti. Entah aku atau Nathalie yang mati."Kalian tak perlu ikut bersama kami. Cukup diam di sini. Lindungi aku dengan cara melindungi kalian sendiri. Jangan pergi ke mana pun seorang diri."Akhirnya Jonathan mau mendengarkanku. Begitu pula Jean. Beruntung aku punya keterikatan yang mematikan. Jika saja tak ada ikatan itu, mungkin mereka masih akan bersikeras untuk ikut."Turki adalah negara yang aman. Tak ada iblis murni di sini. Jangan pernah menyahut saat ada yang memanggil kalian. Tak ada yang mengenal nama kalian di sini. Jadi, jika ada yang memanggil nama kalian dengan sangat jelas, bisa kupastikan mereka suruhan Nathalie."Jonathan dan Jean mengangguk, lantas saling berpandangan dalam diam. "Haruskah

  • BEHIND   Harus Sembunyi

    Perempuan ini, dia terus menatapku tanpa henti. Tatapan yang mengunci, seolah-olah akulah mangsanya yang terakhir. Sedangkan pria di sampingnya, ia malah menatap nyalang, seakan-akan akulah musuh bebuyutan."Aku tau, masing-masing dari kalian punya motif tersendiri. Jadi aku meminta bertemu hanya untuk meyakinkan, bahwa Grace memanglah gadis yang diramalkan."Keduanya mendesis bersamaan. Pasangan ini memang tampak serasi. Satunya cantik dengan bagian bawah tubuhnya bak ular, sedangkan yang satu pun terlihat lebih tampan dari iblis kebanyakan. Tubuhnya penuh sisik dengan jambul di kepalanya. Perpaduan manusia dan ular yang menarik."Kalian tau, kekuatan kami tak sebanding dengan banyaknya pasukan yang telah disiapkan di barat gate. Banyak dari mereka punya kekuatan yang lebih daripada kami," ucap Damballa."Aku tak meminta kalian untuk bertarung berdua. Kita bersama. Ada banyak, mungkin lebih dari dua

  • BEHIND   Dinding Transparan

    "Kau yakin, mereka aman di sana?"Hard mengangguk. Diembuskannya asap sisa pembakaran sigaret yang terjepit di antara kedua jemarinya. Ia tampak tenang, seperti biasa."Kalau mereka berontak? Menyusul ke Turkmenistan, apa yang bisa kita lakukan?"Kali ini, tatapan teduh Hard menatapku dalam nan lekat. "Kau tau, Grace. Meski Jonathan punya kekuatan sepertimu, dia tetap manusia biasa seperti pada umumnya. Sedangkan yang akan kita hadapi nanti adalah peperangan sesama iblis yang tak punya belas kasih. Jika Jonathan mati di sana, tak berguna lagi peperangan ini tercipta.""Lantas, untuk apa separuh kemampuanku ditransfer padanya?"Hard terdiam. Ia meraih bahuku setelah meletakkan sigaret di asbak. "Itu bukan keinginan kita. Itu kerja alam. Timbal balik dari penyatuan kalian berdua."Aku menghela napas panjang, lantas melihat ke sekitar. Lantas, tersentak saat sad

  • BEHIND   Next Plan

    Hari sudah gelap saat pesawat yang kami tumpangi baru saja mendarat dengan mulus. Penerbangan dari Miami ke London memakan waktu lebih dari delapan jam. Terhitung, sudah seminggu aku dan Hard mengumpulkan banyak sekutu.Menurut perhitungan dari laporan seluruh iblis yang menerima persekutuan, sudah ada sekitar 18 iblis murni yang mengulurkan tangan. Belum iblis turunan yang memang mereka ikut sertakan."Itu bahkan sebelum seperempat dari total iblis murni yang memihak Nathalie, Hard."Ucapan Jonathan memang benar adanya. Namun, hampir semua iblis yang telah rela mengubah haluan itu adalah para barisan makhluk tertua. Bahkan, terkuat pada eranya.Terlebih Jersey. Ia tak akan mati semudah itu. Tak ada yang tahu apa kelemahannya, kecuali aku. Pukulannya mampu membelah bebatuan besar. Jika ia masih memegang janjinya, aku tak perlu khawatir pada musuh yang mungkin tubuhnya lebih besar.

  • BEHIND   Jersey

    "Kau beruntung tanduknya bisa tumbuh lagi, Grace."Aku membuang muka. Bukan salahku jika harus meladeni amarahnya, 'kan?""Memang bukan salahmu karena membela diri. Hanya saja, kau lupa bahwa ada peraturan mengenai hak wilayah perburuan. Bukan hanya manusia yang punya dasar-dasar aturan. Kita juga punya."Kuhela napas panjang, lantas kembali menatap titik-titik cahaya di dekat telaga. Mungkin, para manusia itu sedang mencari sumber suara geraman yang tercipta tadi. Aku tak yakin, mereka akan menyimpulkan ini ulah hewan buas. Kerusakan yang terjadi di luar nalar dan batas binatang."Biarkan mereka dengan opini masing-masing. Setidaknya, jangan sampai manusia tahu banyak iblis berada tak jauh dari mereka."Aku bergeming, lantas menatap Hard dan Jersey bergantian. "Ia tak kembali ke wujud manusia?"Hard mendekat, lalu duduk bersisian denganku. "Dia bukan iblis s

  • BEHIND   Waktu yang Terhenti

    "Beraninya kau melanggar batas!"Suara berat itu menggelegar, membuatku sedikit terguncang. Ia melompat, dalam sekejap saja sudah berada di hadapan. Seluruh tubuhnya yang merah, serta tanduk yang memanjang membuatku ngeri menatapnya lebih lama.Tubuhnya yang gempal langsung membekap dan membawaku bersamanya. Dari ketinggian, kulihat Jonathan yang bergeming di bawah sana. Pun Hard yang juga mematung di tempat.Cepat kubentang sayap hendak meloloskan diri dari cengkeraman tangan besarnya yang kuat. Sayangnya, untuk bergerak seidkit pun aku tak mampu. Apalagi hendak membentangkan kedua sayap."Kau tak akan bisa lepas!"Sekali lagi, suara itu menggema bak lindu yang mengguncang. Kulihat sekeliling, mengabaikan embusan angin. "Hard!"Brak!Tubuhku dibanting, aku terpelanting hingga menabrak bebatuan di pinggiran danau. Kepalaku pusing. "Tu ...

DMCA.com Protection Status