Share

URING-URINGAN

Penulis: Putri putri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Lengkingan suara tangis Mora berhasil menyelamatkan Zahra. Dengan sigap gadis itu langsung membuka pintu dan segera berlari untuk menenangkan Mora.

Davis mengerang seraya mengusap wajahnya kasar. Mungkin ia sudah keterlaluan karena mengingkari janjinya sendiri untuk tak menuntut apa pun saat Zahra telah menikah dengannya. Tapi bagaimanapun juga ia lelaki normal, siapa yang tahan untuk tak menyentuh seorang gadis yang telah sah menjadi istrinya.

Selama ini Zahra memang terlihat biasa saja di matanya. Wanita itu tak pernah berdandan atau berpakaian menggoda seperti Andin dulu. Bisa dibilang penampilan Zahra kampungan. Setelan baju tidur panjang atau kaos oblong dipadukan dengan celana jeans panjang atau pendek selutut menjadi outfit kesehariannya. Tapi hal itu tak menyurutkan pesona gadis itu yang selalu membuat David uring-uringan.

**

“Bu, telepon Zahra, bilang bapak minta uang. Sebentar lagi mau masuk musim tanam, kita butuh modal,” perintah Pak Sarip pada Bu Sumi.

“Kenapa harus minta
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • BAYI YANG KUBAWA PULANG   PASRAH

    Zahra menggeliat saat telinganya sayup-sayup mendengar ocehan Mora. Perlahan ia membuka mata dan melihat bayi itu sedang merambat ditubuhnya sembari menepuk-nepuk mukanya.“Jangan ganggu Bunda, Sayang. Sini sama Ayah.”Zahra mengurungkan niatnya untuk membuka mata saat David tiba-tiba terbangun dan mengangkat Mora dari tubuhnya. Bunda? Sejak kapan lelaki itu menyematkan panggilan tersebut? Perasaan selama ini Zahra selalu menyebut dirinya dengan panggilan Tante jika bersama Mora.Zahra membuka matanya sedikit, ia bisa melihat David sedang menuangkan bubuk susu formula ke dalam botol lalu memberinya air dari termos yang sudah ia siapkan sebelumnya. Beberapa kali lelaki itu terlihat mengecek tulisan dalam kaleng susu yang Zahra yakin itu adalah takaran pembuatan susu.David menuangkan sedikit susu yang baru saja dibuatnya untuk mengecek suhu. Meski baru pertama kali membuat, tapi ia sudah sering melihat cara Zahra menyiapkan susu untuk anaknya. Setelah dirasa pas, lelaki itu menghampiri

  • BAYI YANG KUBAWA PULANG   BENARKAH?

    “Aku berangkat dulu. Baik-baik di rumah.” David mendaratkan kecupan singkat di dahi Zahra lalu mengelus lembut rambutnya.Zahra diam mematung melihat suaminya melayangkan senyum ke arahnya sebelum lelaki berjalan keluar. Tak seperti sebelumnya, hidup Zahra kini penuh dengan kejutan. Sikap dan perlakuan manis yang ia terima dari David membuatnya merasakan hal yang luar biasa timbul dari hatinya.Tangan Zahra terulur menyentuh dahinya, memang setiap hari David selalu berpamitan saat akan berangkat kerja, tapi baru kali ini lelaki itu bersikap demikian. Meski keduanya pernah lebih dari itu, tapi perlakuan David barusan membuat Zahra seperti sedang naik roller coaster dalam posisi menukik, nano-nano rasanya.[Gimana rasanya jadi nyonya David Ardian? Udah bulan madu kemana? Udah dibeliin apa aja? Emas, berlian atau mobil?]Zahra mengernyit heran melihat pesan yang baru saja masuk ke ponselnya dari nomor baru yang belum disimpannya. Penasaran, Zahra menyentuh ikon kontak tersebut dan terpam

  • BAYI YANG KUBAWA PULANG   PERNYATAAN

    Suasana hening menyelimuti kebersamaan David dan Zahra yang sedang duduk bersama sambil menonton televisi. Sebenarnya bukan menonton, melainkan ditonton karena keduanya sibuk dengan ponsel masing-masing.Waktu masih jam delapan malam, masih terlalu awal untuk pergi tidur. Akhir-akhir ini interaksi keduanya memang sudah lebih santai jadi tak masalah lagi jika Zahra harus duduk berdua dengan David, toh pertahanannya sudah jebol.“Mora sudah tidur? Perasaan dari tadi enggak ada suaranya?” tanya David sembari terus fokus pada ponselnya.“Belum, kalo udah tidur pasti Wati turun," jawab Zahra“Kayaknya kita enggak perlu cari pengasuh, Wati aja udah cukup.”Zahra mengangguk mantap.“Kata Wati yang penting gajinya cocok, semua pasti beres."David terkekeh, atas saran Zahra ia baru saja menaikkan gaji Wati dua kali lipat dari sebelumnya. Itu dikarenakan Wati sekarang mempunyai tugas ganda yaitu asisten ru

  • BAYI YANG KUBAWA PULANG   BERULAH

    “Selamat pagi, Sayangnya Ayah.”David mengangkat Mora yang sedang duduk di kursi bayi lalu mencium pipi gembulnya dengan gemas. Zahra yang sedang menyiapkan sarapan mencuri pandang ke arah mereka dan tersenyum saat melihat Mora tertawa karena David tak henti-henti menciumnya.Seperti biasa, saat memasak sarapan Zahra akan selalu ditemani Mora karena anak itu selalu bangun lebih awal. Ia tak mau selalu merepotkan Wati karena wanita itu pun punya banyak pekerjaan yang harus diselesaikan setiap pagi. “Ayo kita lihat Bunda,” ucap David berjalan mendekati Zahra.Ada desiran aneh yang terasa saat David selalu menyebutnya dengan panggilan Bunda. Antara bahagia dan tak percaya jika saat ini ia telah memiliki suami dan anak yang cukup memberi warna dihidupnya.“Bunda masak apa?”“Na-nasi goreng.” Zahra melirik pada lelaki yang kini berdiri tepat di sampingnya. Dagu David yang hampir menyentuh pundaknya berhasil membuat tubuhnya sedikit gemetar.“Cicip dong, Bunda. Kelihatannya enak,” ujar Dav

  • BAYI YANG KUBAWA PULANG   BUAYA

    Zahra terus mengecek jam diponselnya. Berkali-kali ia melongok keluar jendela berharap lelaki yang sedari tadi ditunggu menampakkan ⁷batang hidungnya. Sudah jam sembilan malam, tapi belum ada tanda-tanda jika suaminya akan pulang. David sudah telat tiga jam dari jam pulang biasanya dan itu cukup membuatnya was-was. Sejak pagi perasaannya sudah tak karuan, bahkan seharian ia sama sekali tak melakukan aktivitas apa pun termasuk makan dan mengasuh Mora. Seharian anak itu full dipegang oleh Wati bahkan hingga saat ini pun anak itu tidur bersama Wati.Keringat dingin mulai membasahi tubuh Zahra, rasa mual, pusing dan lemas mulai terasa. Berkali-kali ia melihat deretan foto yang semalam dikirimkan oleh Andin. Foto yang berisi gambar kakaknya dengan suaminya dengan pose mesra cukup membuat hatinya tak karuan.Cemburu? Bukan cemburu, lebih tepatnya tak rela jika lelaki yang telah menjadi miliknya ternyata masih menemui mantan kekasihnya. Pagi tadi Zahra sangat syok saat melihat pesan yang d

  • BAYI YANG KUBAWA PULANG   SESEORANG

    Huqbungan Zahra dan David kembali dingin seperti semula. Rumah yang tadinya mulai ramai, kini kembali sepi. Jarang ada obrolan saat sarapan atau setelah makan malam seperti biasanya. Lagi pula akhir-akhir ini David terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Meski tak pernah pulang telat tapi lelaki itu malah membawa kerjaannya ke rumah. Alhasil saat di rumah sebagian besar waktu David dihabiskan di depan laptop.“Ngapain pulang kalo masih kerja?” sindir Zahra. Entah mengapa setelah tahu David bertemu Andin, perasannya selalu sensitif dan selalu ingin marah.“Aku enggak mau kamu curiga gara-gara pulang terlambat, makanya aku bawa pulang kerjaannya,” jelas David.“Alasan! Aku juga enggak bakal marah kok kamu mau pulang jam berapa.”“Oh, ya? Nanti tengah malam marah-marah kayak kemarin.”David berusaha menggoda Zahra. Meski ia sendiri kerepotan meladeni kemarahan istrinya, tapi David jujur saja David suka melihat sikap Zahra

  • BAYI YANG KUBAWA PULANG   SADAR

    “Gimana perkembangannya?” tanya seorang lelaki yang berdiri dibalik meja bar.“Nihil!” Andin menyesap rokok putihnya kuat-kuat lalu mengembuskan asapnya ke atas.“Gimana tanggapan adikmu?” Sahid menuang beberapa jenis minuman dari botol lalu memberikannya pada Andin.“Entahlah, paling dia udah terkena gombalan David. Maklum gadis bodoh.”Ruangan dentuman suara musik yang keras, lampu kelap-kelip yang cukup remang menjadi tempat kerja Andin sejak ia mengenal kerasnya kehidupan di kota. Nekat merantau dengan modal minim pendidikan juga keahlian membuat Andin memilih jalan pintas. Awalnya Andin memang bekerja di toko roti, tapi hasilnya hanya cukup untuk makan saja. Hal itulah yang membuatnya menerima ajakan seseorang untuk terjun ke dunia malam. Bermodal wajah cantik dan tubuh indahnya Andin bisa cepat di terima dan terkenal di kalangannya.“Ndin, yang itu cowok tajir tapi sayang istrinya penyakitan, coba kamu dekatin,”

  • BAYI YANG KUBAWA PULANG   SAAT YANG TIDAK TEPAT

    “Aduh, jangan tanya-tanya terus, Mbak bos. Aku pusing! Yang jelas hubungan Mas bos sama mendiang Bu Alin itu rumit, paham! Kalo mau tahu kejelasannya mending Mbak bos tanya orangnya langsung. Aneh, orang suami istri kok enggak terbuka. Cuma dikamar aja terbukanya,” sindir Wati.“Coba ulangi!” Zahra memandang tajam ke arah Wati.“Maaf, Mbak bos. Piss ...” Wati mundur perlahan.“Sekali lagi bahas gituan, aku tahan gaji kamu tiga bulan!” ancam Zahra.“Jangan Mbak bos, nanti aku enggak bisa kirim emak uang. Kasihan dikampung lagi musim paceklik, banyak kondangan pula.”Zahra terkikik melihat wajah memelas Wati. Meski kadang sikapnya absurd tapi hanya Wati satu-satunya hiburan Zahra, kecuali Mora tentunya.Sepanjang perjalanan pulang, Zahra terus berpikir tentang hubungan masa lalu David. Benarkah David tersiksa di pernikahan sebelumnya sehingga terpaksa mencari pelampiasan yang akhirnya mempertemukannya

Bab terbaru

  • BAYI YANG KUBAWA PULANG   RENCANA

    Zahra menghentikan langkahnya saat melihat seorang wanita bermake up tebal serta berpenampilan glamor sudah berdiri di ruang tamu bersama seorang wanita paruh baya yang duduk di kursi roda.“Silakan masuk,” sambut David dingin.“Terima kasih, maaf jika mengganggu, aku hanya mengantar mama yang penasaran dengan keluarga baru mantan menantunya,” jelas Marta sambil membukan kaca mata hitamnya.Seketika Zahra mematung, entah mengapa ia menjadi tak suka jika harus berurusan dengan keluarga mantan istri suaminya.“Apa kabar, David?” tanya wanita bernama Sarni sambil membenarkan posisi kursi rodanya.”“Ba-Baik, Ma.”David tak menyangka setelah sekian lama akhirnya ia bisa bertemu dengan mantan ibu mertuanya. “Mama apa kabar?” David berjongkok menyejajarkan tubuhnya dengan tubuh Bu Sarni.“Gara-gara kamu enggak mau nengokin mama, dia jadi maksa minta ke  sini. Lagian apa salahnya

  • BAYI YANG KUBAWA PULANG   TAMU

    Suka cita menyambut anggota keluarga baru begitu kentara di rumah David. Suara tangis bayi sesekali terdengar menghiasi rumah mengimbangi teriakan Wati yang semakin kewalahan mengasuh Mora. Anak itu kini sudah pintar berlari, berbicara dengan nada cadel dan melakukan segala hal sesukanya termasuk mengganggu adiknya.Mikola Ardian adalah nama yang disematkan pada bayi berumur dua bulan 0yang kini melengkapi kebahagiaan David dan Zahra termasuk Mora yang begitu antusias dengan kehadiran Miko ditengah-tengah mereka. Anak itu berkali-kali ingin memegang dan mencium adiknya bak bermain boneka.“Diam di situ ya, Sayang. Mbak mau mandi sebentar,” tutur Wati pada Mora.“Ote.” Gadis kecil berponi itu mengangguk semangat.“Titip bentar, Mbak bos.”“Santai, aman kalo sama aku,” jawab Zahra.Zahra meraih Mora dalam pangkuannya. Semenjak Miko lahir, perhatian Zahra memang harus terbagi. Tapi bukan berarti ia melupakan Mora sepenuhnya. Setiap hari ia tetap berusaha meluangkan waktu untuk sekedar be

  • BAYI YANG KUBAWA PULANG   NGELUNJAK

    Seorang wanita bertubuh kurus yang memakai kaos longgar berwarna biru duduk termenung dipojok ruangan. Rambutnya yang kusut dicepol asal hingga memperlihatkan tulang selangkanya yang begitu jelas menandakan tubuhnya yang semakin mengurus. Wajah yang dulu terlihat cantik, mulus dan terawat, kini berubah menjadi kusam dengan beberapa bekas jerawat terlihat di sana.Belum genap satu tahun menjadi penghuni rumah tahanan, Andin sudah merasa tak tahan dan selalu ingin cepat-cepat keluar dari tempat sempit dan menjijikkan seperti sekarang ini. Siapa orang yang tahan menghabiskan harinya ruangan pengap tanpa jendela dan terkurung jeruji besi tanpa bebas keluar masuk tanpa tujuan pasti. Tidur dengan beralaskan kasur tipis nan keras tanpa pendingin ruangan ataupun kipas angin juga harus berbagi dengan dua orang tahanan lainnya yang tak pernah ia kenal sebelumnya.“Arrgghh ...!” pekik Andin sembari menjambak rambutnya kasar.“Berisik! Bisa diem enggak, sih! Lebay banget, sih!” bentak wanita bert

  • BAYI YANG KUBAWA PULANG   KEKHAWATIRAN

    “Ada hubungan apa kamu sama Marta?”“Maksud kamu apa, Sayang?”Zahra melempar kasar ponsel suaminya ke atas ranjang. Hanya berselang beberapa saat setelah Yoga pergi, ia langsung mencecar David.Yakin ada yang tidak beres, David segera mengecek ponselnya. Benar saja, ia menemukan satu pesan yang membuat istrinya begitu marah.“Aku enggak ngelarang kami berhubungan sama siapa pun termasuk keluarga mendiang istrimu. Tapi aku enggak suka kalo kamu menyembunyikan sesuatu dariku!” ujar Zahra.“Aku tak pernah menyembunyikan apa pun. Kamu salah paham!”“Salah paham apanya? Sudah jelas dia bilang terima kasih atas transferannya, itu berarti kamu habis memberinya uang, kan?”“Aku bisa jelasin semua.”“Terserah kamu, Mas.”Zahra hampir saja pergi meninggalkan kamar saat David dengan sigap menahannya. Kesalahpahaman seperti ini tak bisa dibiarkan begitu saja karena ia takut mengganggu pikiran Zahra yang bisa berakibat buruk pada janin di perutnya.“Duduk dulu, ya,” tutur David lembut sambil menu

  • BAYI YANG KUBAWA PULANG   CURIGA

    David duduk seraya menopang dagu saat melihat pemandangan indah di depannya. Seorang wanita berpakaian daster bunga-bunga selutut tengah sibuk berkutat dengan masakannya. Perutnya yang semakin membesar sama sekali tak membuat penampilan wanita itu menjadi buruk, bahkan bagi David istrinya itu kini lebih terlihat seksi.“Ada yang bisa dibantu?” David mendekat lalu melingkarkan tangannya ke perut Zahra.“Mau bantu?” Zahra menghentikan gerakannya mengaduk nasi goreng.David mengangguk, ia mencium tengkuk Zahra sekilas. Meski tak memakai parfum, bau tubuh Zahra seakan menjadi candu bagi David.“Kalo mau bantu, sekarang lepas dan duduk manis di sana?” Zahra menunjuk arah meja makan.“Kan aku mau bantuin.”“Lepas, Mas! Malu kalo Wati lihat.”Bukannya melepas, David malah semakin mengeratkan pelukannya.Saat ini Wati tengah membawa Mora berjalan-jalan ke taman kompleks. Hal itu dilakukan agar anak itu bisa lebih luas mengeksplor lingkungannya. Di sana anak itu bisa beraktivitas bebas di alam

  • BAYI YANG KUBAWA PULANG   KELAKUAN

    Usia kehamilan Zahra memasuki bulan keempat. Selama ini tak ada kendala yang berarti selain morning sicknes yang Zahra rasakan setiap bangun tidur dan akan hilang dengan sendirinya saat menjelang siang. Untung saja, Wati saat ini sudah kembali bekerja setelah dinyatakan sembuh dan siap untuk kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Meski terkadang masih sedikit trauma, namun bagi semboyan wanita itu belum berubah, uang adalah nomor satu dan ia tak bisa berlama-lama berdiam diri di rumah.“Mbak bos, rujak buah sudah siap!” Wati memanggil dengan suara khasnya yang mirip dengan peluit.Dengan sigap Zahra langsung beranjak menuju dapur meninggalkan Mora yang tengah asyik duduk di kuda karetnya sambil berjoget menikmati lagu yang diputar dilayar televisi di depannya.Wajah Zahra langsung berbinar saat melihat berbagai macam potongan buah dalam piring yang tersaji di atas meja lengkap dengan saus gula merah yang tersaji di mangkuk kecil di dekatnya. It

  • BAYI YANG KUBAWA PULANG   APAPUN

    Tiga hari berlalu, namun sikap David belum banyak berubah. Meski tak secara terang-terangan menunjukkan rasa bencinya pada Mora, tapi bisa terlihat jelas jika lelaki itu terus berusaha menghindar untuk bersentuhan langsung dengan Mora.Kemarin Zahra telah memenuhi janjinya untuk mengajak ibu dan Dila jalan-jalan. Meski hanya mengunjungi mall dan arena bermain namun itu sudah cukup membuat kedatangan keduanya ke kota menjadi berkesan.Hari ini keduanya memutuskan untuk pulang. Libur semester yang hampir usai dan Bapak yang sudah berulang kali menelepon membuat Bu Sumi dan Dila tak lagi bisa berlama-lama menemani Zahra. Keduanya pun kemarin sudah menyempatkan waktu untuk berpamitan dengan Andin dan Johan di rutan.“Maaf kami tidak jadi mengantar, Mas David ada pekerjaan yang tak bisa ditinggalkan,” ujar Zahra beralasan.“Enggak apa-apa, Nak. Lagian kamu lagu hamil muda, enggak baik bepergian jauh-jauh. Sehat-sehat kamu di sini, ya. Kalo ada apa-apa langsung telepon.” Bu Sumi memeluk era

  • BAYI YANG KUBAWA PULANG   BERUBAH

    “Mas bisa pegang Mora sebentar, aku mau siap-siap.”Zahra menyerahkan Mora pada David. Bayi itu sudah cantik dengan setelan baju baby doll berwarna pink dipadukan dengan celana leging panjang berwarna putih. Dikepalanya dipasang bandana bunga yang membuat wajahnya terlihat menggemaskan.Hari ini Zahra dan David akan memenuhi janjinya untuk mengajak Bu Sumi dan Dila jalan-jalan. Selain itu mereka juga berniat membeli oleh-oleh untuk dibawa ke kampung.Zahra sedang memoles lipstik dibibirnya saat mendengar suara tangis Mora melengking keras. Tak membuang waktu, ia langsung berlari keluar menuju arah sumber suara. Bu Sumi dan Dila yang sedang berada di kamar pun ikut berlarian karena suara tangis Mora terdengar sangat kencang.“Mora kenapa, Mas?” tanya Zahra mengambil alih anak sambungnya.Ia menimang Mora sebentar agar tangisnya reda. Namun bukannya semakin tenang, tangisan Mora malah semakin menjadi dan betapa terk

  • BAYI YANG KUBAWA PULANG   GADIS KAMPUNG

    “Mas, aku telat 2 minggu.”“Telat?”David masih berpikir. Ia belum terlalu paham dengan arah pembicaraan Zahra hingga istrinya meletakkan sebuah benda kecil di genggaman tangannya.Sejenak ia memperhatikan benda pipih berwarna putih dengan 2 garis merah tertera di sana. David beralih menatap Zahra kemudian benda itu bergantian. Seketika ada euforia yang membuncah di dadanya namun ia belum bisa mengekspresikannya.“Ini beneran? Kamu ha-mil?”“M-Mungkin,” jawab Zahra ragu.Sedetik kemudian David sudah membawa Zahra ke dalam pelukannya. Diciumi wajah istrinya bertubi-tubi seraya terus mengucap syukur dalam hati.“Terima kasih, Sayang,” bisik David.Akhirnya apa yang ia impikan terwujud. Meski ini bukan anak pertamanya karena ada Mora sebelumnya. Namun kali ini pertama kalinya ia akan menjadi seorang ayah yang sesungguhnya yang bisa menemani dan memantau tumbuh kembang calon anaknya mul

DMCA.com Protection Status