Daniel terus memacu wanita teman bercintanya tanpa jeda. Ranjang kamar hotel itu pun sampai bergoyang mengikuti setiap gerakan pinggangnya. Memuaskan hasrat pria itu memang sedikit menguras tenaga. Wanita yang sedang dia masuki dari belakang itu sampai terlihat kepayahan.
"Ahhh ... Tuan Daniel, apa anda belum sampai juga?"
"Tutup mulutmu, dan nikmati saja!" Daniel meremas dua gundukan sintal milik wanita malam itu.
Bagaimana bisa menikmati, lutut wanita itu sudah hampir copot karena perbuatan Daniel. Deru nafas dan desahannya terdengar memelas. Namun, Daniel tidak ingin berhenti, Ia semakin menghujam hingga mengerang panjang. Entah kenapa Daniel langsung mengeluarkan miliknya, hingga mayonnaise-nya berceceran di ranjang.
"Bersihkan dirimu dan ayo kita mulai lagi!"
"A-a-apa Tuan?" wanita itu malah ketakutan.
_
_
_
_
Sementara itu, di dalam kamar Ghea. Gadis itu dan Jenny sama-sama terdiam. Sudah hampir setengah jam mereka tak mengeluarkan suara. Jenny bahkan menunduk menangkup kepalanya.
Beberapa jam yang lalu
"Jen-jenny, jenny!"
Teriakan Ghea membuat perempuan itu buru-buru masuk ke dalam kamar. Jenny heran mendapati artisnya histeris, Ghea gemetaran tak karuan.
"Ada apa Ghe? apa kamu kesakitan, ayo kita ke rumah sakit saja!" Dalam kepanikannya Jenny menangkup pipi Ghea, badan gadis itu terasa dingin. "Tunggu! aku akan minta disiapkan mobil."
Jenny yang berdiri pun seketika tertahan dengan ucapan Ghea.
"Je, bagaimana kalau aku hamil?"
"Apa?" Jenny membelalakkan matanya tak percaya. Ia bertanya ke Ghea terbata. "A-a-apa ya-yang kamu katakan?"
"Aku sudah melakukan itu Je, aku sudah tidak perawan." Pundak Ghea bergetar hebat. Namun, entah kenapa Ia merasa dadanya sedikit lega. Jujur Ghea sebenarnya gelisah memendam rahasia besar itu seorang diri selama ini.
"Kapan? kapan kamu melakukan itu?" Jenny memukul lengan Ghea-emosi. Layaknya seorang ibu yang mendapati anaknya melakukan kesalahan besar, Jenny pun menangis. "Apa yang harus aku katakan ke ibumu saat aku bertemunya di akhirat ha? kamu tahu kan Ghe, aku diminta menjagamu! kenapa kamu seperti ini?"
Ghea hanya terdiam, menerima pukulan Jenny tanpa memberi perlawanan.
"Sekarang katakan! katakan kepadaku, kapan kamu berbuat itu, dan siapa pria yang tidur denganmu?"
Mengingat perjanjiannya dengan Daniel yang salah satunya berbunyi akan menutup rapat rahasia one night stand mereka, Ghea pun memilih berbohong bahwa dia tidak ingat apa-apa.
"Saat aku dicekoki obat laknat itu."
"Apa?"
"Ini salahmu, kenapa sebagai manager kamu tidak datang menjemputku seperti Kris menjemput Noah."
"Kenapa kamu malah menyalahkan orang lain karena perbuatanmu sendiri!? aku sudah bilang memperbolehkanmu pergi ke klub asal bisa menjaga diri, aku ini managermu, bukan ibumu. Jadi aku tidak harus mengawasimu satu kali dua puluh empat jam."
Ucapan Jenny membuat Ghea terdiam. Begitupun Jenny yang langsung merasa bersalah karena membawa ibunda Ghea yang sudah tiada.
"Maaf Je, maafkan aku!" lirih Ghea.
Jenny pun mencoba mengatur nafasnya, dadanya naik turun, Ia benar-benar emosi. Namun, melihat Ghea, Ia juga tidak tega.
"Aku akan mencarikanmu tespek, bisa saja dugaanmu itu salah," ucap Jenny sambil berlalu meninggalkan Ghea sendirian.
_
_
_
Jenny melirik kembali tespek yang diletakkan Ghea di atas meja. Dua garis merah muda nampak di sana. Gadis itu benar-benar tengah mengandung.
"Katakan padaku siapa pria itu?"
"Aku tidak tahu Je, aku tidak sadar. Aku bahkan tidak mengingat rupanya," dusta Ghea.
Jenny mendengkus kasar, Ia benar-benar bingung. Jika wartawan sampai tahu kalau Ghea sedang hamil, karir gadis itu dan pekerjaannya pasti hanya akan tinggal kenangan. Apalagi bintang Ghea sedang bersinar terang.
"Istirahat lah! aku juga ingin beristirahat, aku tidak bisa memikirkan jalan keluar sekarang!"
***
Setelah Jenny pergi, Ghea hanya bisa berbaring meringkuk sendirian di dalam kamarnya. Ia sedang berpikir, haruskah dia meminta Daniel bertanggung jawab? atau haruskah dia menggugurkan kandungannya? bisakah dirinya mengubur semua mimpinya, Ia juga masih ingin melakukan sebuah konser tunggal. Pikiran itu berlarian di dalam benak Ghea, hingga akhirnya dia menangis memanggil nama ibunya sampai tertidur pulas.
_
_
_
"Aghh .... shitt!"
Tubuh Daniel mengetat, untuk yang kesekian kalinya mayonnaise miliknya tumpah. Sementara wanita yang baru saja memompanya terlihat langsung tergeletak lemas.
"Kamu boleh memakai kamar ini, tapi ingat aku tidak akan membayar kelebihannya jika sampai kamu telat check out," ucap Daniel sambil mengancingkan kemejanya.
Wanita itu mengangguk paham, Daniel memang selalu memesan kamar tipe president suit setiap kali bercinta dengan wanita.
Keluar dari kamar hotel menuju mobilnya, Daniel melihat sebuah notifikasi berita yang memang kerap kali muncul di layar ponselnya. Raut mukanya datar-datar saja membaca berita pingsannya Ghea saat sedang mengisi sebuah acara.
"Apa tidak ada artis lain yang bisa diberitakan?" gerutu Daniel.
***
Ghea memandangi lima tespek yang dia jejer di atas kasurnya. Gadis itu masih berharap salah satunya menunjukkan garis satu. Namun, sayangnya ia harus rela menelan pahitnya kenyataan. Semua tespek menunjukkan dua garis, artinya kemungkinan dia memang hamil sudah tak terelakkan lagi.
"Apa aku sedang mengandung bayi kudanil?"
Ghea mengguyar rambut lantas memakai lututnya sebagai bantalan kepala. Matanya menerawang ke luar jendela kamarnya. Ia meneteskan air mata lagi. Tak sedikit pun terlintas di benaknya, dia akan hamil di luar nikah seperti ini.
"Jika ibu masih hidup, apa aku akan dimarahi?" gumamnya.
"Ya, pasti kamu akan dimarahi." Jenny masuk ke dalam kamarnya tanpa permisi. "Karena kamu sudah melakukan sesuatu yang seharusnya tidak kamu lakukan."
Ghea hanya terdiam, Ia tidak ingin berdebat. Ia lelah menangis meratapi kebodohannya semalam.
"Bersiaplah! aku tunggu lima belas menit kalau kamu mau mandi dulu!"
"Mau kemana pagi-pagi?"
Ghea memandangi Jenny yang berjalan mendekat ke arah ranjangnya, wanita itu mengambil salah satu tespek yang dia jejer rapi. Jenny terdiam memandangi benda itu kemudian berkata, "Aku akan membawamu ke dokter Kandungan."
"Je!"
"Tenang saja! aku sudah memastikan dia tidak akan membocorkannya kepada wartawan. Kita harus memastikan kondisimu." Jenny meletakkan tespek milik Ghea kembali.
"Meski sudah sangat jelas kalau kamu memang sedang hamil, tapi aku ingin memastikan berapa usia janin yang kamu kandung itu untuk mengambil langkah selanjutnya."
Jenny langsung keluar meninggalkan Ghea sendirian, sikap dingin wanita yang sudah dianggapnya kakak itu sukses membuat hatinya mencelos.
_
__Di sisi lain, pagi itu Nova yang duduk di ruang makan terlihat memasang muka masam, wanita itu baru saja membaca info dari grup perkumpulan Patinnya, bahwa sinetron Ikatan Batin tidak akan ditanyangkan untuk beberapa hari ke depan, sebab Ghea sang pemeran utama sedang sakit.
"Apa sakitnya parah? haruskah aku kirimkan vitamin dan makanan ke rumahnya?"
Sebagai anggota perkumpulan Patin, Nova hanyalah salah satu penggemar Ghea yang berasal dari golongan sultan. Bahkan banyak dari anggota perkumpulan itu yang menginginkan Ghea menjadi menantu mereka.
Saat Nova masih bingung dengan rencananya mengirimkan makanan untuk Ghea, Daniel yang baru saja turun dari lantai atas langsung duduk dan menyambar sarapannya. Matanya sesekali melirik sang mama yang sedang sibuk sendiri dengan benda pipih di tangannya.
"Bukankah dulu mama mengajari, kita tidak boleh melakukan hal lain selain makan saat berada di meja makan? sepertinya mama lupa, jangan-jangan mama sudah pikun," sindir Daniel.
Masih sibuk menatap layar ponselnya. Nova tidak menggubris sama sekali ucapan putranya, tapi jelas dia mendengar sindiran Daniel barusan.
"Apa yang harus aku kirimkan ke dia?" gumam Nova. "Ish ... akun lambe ember, suka banget bikin gosip murahan, masa Ghea dibilang hamil. Padahal punya pacar aja enggak."
UHUK
Daniel tersedak roti yang sedang dia kunyah, Nova pun menatap anaknya itu dengan kening yang terlipat halus.
"Mila! ambilin Daniel air!" teriaknya ke sang pembantu sambil menatap heran putranya. Wanita itu tak berpikir macam-macam kenapa Daniel tiba-tiba saja seperti itu, dan memilih kembali menatap layar ponselnya setelah melihat Jamilah keluar.
"Ya mama pikun karena sudah tua, makanya kamu cepat sana nikah dan bikinin cucu buat mama," ketus Nova menganggap Daniel tersedak karena kena tulah setelah mengatainya.
Daniel memilih diam, entah kenapa sosok Ghea begitu menempel di otaknya. Padahal jelas gadis itu bukanlah wanita pertama yang dia ambil keperawanannya.
"Niel, mama ingin mengirim sesuatu untuk orang sakit, menurutmu apa yang harus mama kirimkan?" tanya Nova ke sang putra.
Menenggak air di dalam gelasnya sampai habis, Daniel hanya terdiam tanpa bisa menjawab pertanyaan mamanya.
"Mama ngefans banget sama Ghea ga tau kenapa, mungkin karena bakat dan jalan hidupnya, apa kamu tahu? dia tinggal di kota ini sendirian, ibunya sudah meninggal dan ayahnya tinggal di Jogja, bukankah dia gadis tangguh, pantas banyak yang mengidolakannya, bahkan teman-teman mama berebut ingin menjadikannya menantu."
"Kirimi saja dia bunga dan ucapan semoga lekas sembuh," sambung Daniel yang langsung berdiri dari kursinya.
Memijat keningnya sambil berlalu, entah kenapa Daniel merasa sosok Ghea tidak bisa pergi dari pikirannya, terlebih sang mama ternyata malah fans berat gadis itu.
Jenny membawa mobilnya ke pinggiran kota. Sesekali Ia melirik Ghea yang duduk di sebelahnya. Gadis itu terdiam sambil memandang ke luar jendela. Ya, Jenny sudah memikirkan ini semalaman, bahkan dia tidak tidur untuk mencari dokter kandungan yang bisa memeriksa kondisi Ghea secara diam-diam.Masuk ke sebuah rumah yang merupakan tempat praktik seorang dokter kandungan, Ghea terkejut karena samar Ia mendengar suara erangan kesakitan dari sebuah ruangan. Gadis itu semakin terkejut saat beberapa menit kemudian seorang wanita keluar dengan memegangi bagian perutnya."Apa wanita itu baru saja melahirkan? lalu kemana bayinya?" Ghea tak sebodoh itu untuk bisa menerka apa yang sebenarnya terjadi di sana. Ia hanya berusaha menenangkan diri."Je, apa kamu-""Ibu Jenny, silahkan masuk!"Pertanyaan Ghea terjeda karena seorang wanita memanggil nama Jenny dan memintanya masuk ke dalam. Keduanya pun berdiri, baik Jenn
Sudah dua bulan usia kandungan Ghea, karena sudah menemukan solusi dan memutuskan apa yang akan dia lakukan ke depannya, gadis itu kembali ceria seperti biasa. Bedanya Ghea mau menerima endorse sebanyak-banyaknya, tujuannya untuk menabung pundi-pundi sebelum dia mundur dari dunia keartisan. Bahkan Ghea baru saja membeli tanah untuk membangun rumah kontrakan.Semua yang dilakukan Ghea tak lepas dari saran Jenny. Managernya itu benar-benar mengarahkannya dengan baik, mereka bahkan melakukan kerja sama dengan membuka sebuah toko oleh-oleh di Jogja. Jenny pun sudah berjanji kepada Ghea, dia tidak akan mengasuh artis lain selama Ghea vacum dari dunia hiburan nantinya.Ghea menjalani aktifitasnya dengan lebih semangat, Ia membaca banyak referensi soal kehamilan di internet, dia yakin dengan sebuah pernyataan yang menyebutkan, bahwa janin mengerti apa yang dirasakan dan dibicarakan oleh ibunya, maka dari itu setiap malam Ghea berbicara sambil mengusap perutnya yang masih data
"Richie!"Nova membuka kaca jendela mobil, tangannya melambai ke arah putra bungsunya yang baru saja kembali dari Italia. Richard masuk ke dalam setelah menyerahkan koper miliknya ke sopir.Memeluk erat wanita yang setahun ini tidak dia jumpai. Pria berumur dua puluh tujuh tahun dengan muka blasteran yang sangat kentara itu, mencium pipi dan menanyakan apakah Nova baik-baik saja selama dia pergi."Dasar bocah gila!" gerutu Nova yang setahun ini memendam rasa rindunya ke sang putra.Ya, selama setahun ini mereka tidak pernah sekalipun bertemu, bukannya Nova tidak memiliki uang untuk menyusul putranya ke Italia, atau Richie yang tidak bisa pulang ke Indonesia. Putranya itu sengaja pergi, dan enggan bertemu keluarganya untuk menyembuhkan luka dan rasa bersalahnya."Bagaimana kabar Kak Niel?""Dia sedang sakit."Mengernyitkan dahinya, Richie
Belakangan ini, Jenny disibukkan dengan kegiatan menyaring beberapa tawaran pekerjaan, yang masih bisa diambil Ghea sebelum benar-benar mundur dari dunia hiburan.Entah kenapa, mendekati hari dimana Ghea akan menyampaikan keputusannya di depan wartawan, kontrak dengan nominal yang lumayan bertubi-tubi masuk, bahkan beberapa diantaranya meminta Ghea menjadi brand ambassador dengan durasi dua sampai lima tahun."Jika saja kondisimu wajar, aku bisa menyebutnya rejeki dedek bayi, tapi karena kamu hamil tanpa tahu siapa yang menghamilimu, aku bisa bilang ini cobaan."Ghea hanya menipiskan bibir, Ia menyambar beberapa kertas yang sedang managernya periksa. "Bagaimana kalau mengambil yang ini?" Ghea mengulurkan sebuah kertas permintaan menjadi brand ambassador dari sebuah produk perhiasan."Bukankah yang di foto hanya bagian tangan dan wajah, tidak perlu seluruh badan. Kamu bisa mengajukan kita memakai foto
"Kamu tahu berapa banyak wanita yang sudah berkencan denganku?"Dalam situasi seperti sekarang, pertanyaan Daniel membuat Ghea tak habis pikir. untuk apa pria itu bertanya hal yang jelas dia tidak tahu jawabannya, dan juga merupakan ranah pribadi, tapi sejatinya Daniel sedang tidak bertanya. Kalimat itu hanya pengantar penjelasannnya saja."Ratusan, aku bahkan puluhan wanita yang berbeda setiap bulan," imbuhnya."Ya Tuhan, Ibu ...." Ghea malah tiba-tiba saja histeris mendengar ucapan Daniel. "Apa kamu ingin berkata bahwa telah menulariku HIV?"Mendengar pertanyaan Ghe, kini giliran Daniel yang histeris, "Ya Tuhan, apa kamu sedang menyumpahiku?"Masih menangis karena takut tertular penyakit, Ghea pun bertanya apa maksud Daniel memberitahunya bahwa dia sudah melakukannya dengan ratusan wanita."Aku ini Casanova beda dengan pemerkosa, untuk berkencan dengan wani
Ghea tersenyum ceria, dengan baju berwarna hijau pastel dengan rambut kuncir kuda, gadis itu duduk setelah menyapa beberapa wartawan yang sudah berkenan hadir dalam acara konferensi persnya.Para wartawan itu jelas sudah tahu alasannya saat menerima informasi kenapa Ghea tiba-tiba saja melakukan semua ini, tapi yang mereka belum tahu adalah alasan Ghea yang tiba-tiba saja ingin mundur dari dunia hiburan di saat karirnya tengah berada di puncak.Tak ingin menunggu lama, Ghea pun mulai berbicara, dengan ciri khasnya yang suka bercanda.“Terima kasih teman-teman sudah mau hadir, sebenarnya aku tidak ingin melakukan ini, tapi aku takut kalian tiba-tiba merindukan aku, kalau aku sampai tidak berpamitan ke kalian.”Riuh tawa terdengar di sana, Ghea pun tersenyum dan kembali melanjutkan ucapannya. “Jadi untuk beberapa bulan ke depan, aku ingin istirahat dari dunia hiburan.”&n
Belum juga Ghea sadar dari rasa terkejutnya, sosok Daniel sudah menyusul di belakang karyawan ayahnya yang bernama mba Rahmi itu. Ia pun terbengong, bingung kenapa pria ini sudah ada di hadapannya.“Ka-ka-kamu, ngapain di sini?”Ghea malah takut mendapati sosok Daniel. Bagaimana tidak? penampilan anak sulung Nova itu sangat mencolok dengan kemeja berwarna biru langit dipadukan dengan celana pendek, dilengkapi jam tangan mahal di pergelangan tangan, juga kacamata hitam yang masih dikenakannya, aura pria itu jelas berbeda dengan orang-orang yang berada di sana.Ghea menengok, menatap para karyawan Pak Asman yang sedang menjemur batik menggunakan baju partai untuk membandingkan, Gadis itu lantas melihat dirinya sendiri, daster batik motif sogan model oversize sepanjang lutut, rambut cepol berantakan dan dia juga belum mandi. Jika disandingkan dengan Daniel, dirinya nampak seperti pembantu pria itu.Rahmi yang m
Ghea terlihat cemberut, ia membuka pintu mobil miliknya dengan sedikit malas, sementara Daniel terlihat tersenyum dan melambaikan tangan ke Pak Asman, sambil bertanya. “Bapak tidak ikut pulang?”“Nanti kalau sudah tutup, bapak bisa pulang bareng anak buah bapak yang lain.”Menyalakan mesin mobilnya, Ghea merasa sepertinya sang ayah sangat menyukai Daniel. Melihat senyum sumringah ayahnya, gadis itu sama sekali tidak rela karena yang membuatnya seperti itu adalah kudanil.“Berapa harga tanah di sini?” Daniel membuka jendela mobil, melihat pemandangan yang masih didominasi pepohonan dan sawah itu. Toko Batik milik ayah Ghea memang terletak di sebuah desa wisata yang masih dijaga kelestariannya, jarak antara rumahnya dan toko mungkin sekitar empat kilometer.“Kenapa? apa kamu berniat membuat usaha di sini? Tidak usah! Aku tidak ingin orang asing masuk dan membuat desa yang indah ini menjadi kawasan industri, aku ingi
"Kamu pasti belum tahu, kalau Istri Reymond masuk ke rumah sakit jiwa." Ghea yang duduk memangku Sean di dalam mobil, setelah mereka pergi jalan-jalan pun seketika menoleh, dia masih tidak menyangka kalau Nabila benar-benar mengalami gangguan kejiwaan. "Bagaimana dengan pria itu?" tanya Ghea ragu. "Reymond? aku tidak mungkin menjeratnya karena masalah memberikan obat ke minumanmu dulu, aku takut hal itu malah menjadi boomerang untuk kita." Ghea mengangguk paham, dia menunduk memerhatikan wajah Sean yang tengah terlelap. Sejatinya dia tidak bisa membayangkan jika saat itu dia benar terkena jebakan Reymond. Memalingkan wajah ke luar jendela, Ghea merasa lega hari itu dia, Daniel dan Sean bisa menghabiskan waktu bersama. Namun, dia juga mencemaskan sesuatu, tamu bulanannya yang sepertinya tak datang tepat waktu. _ _ _ Kebahagian Ghea dan Daniel seperti tak ada habisnya. Mereka masih bergelung di bawah selimut dengan tubuh polos dan Daniel memeluk erat Ghea dari belakang. Ghea
“Maaf aku harus melakukan ini, tapi aku tidak akan melepaskanmu sampai polisi datang. Meski ini hotel milikmu kamu tidak akan mungkin lolos, kamu sepertinya tidak sadar berhadapan dengan siapa,” Ucap Daniel ke Nabila yang masih meronta karena dia mengunci tangan wanita itu kuat-kuat. Ghea benar-benar menghubungi polisi, dan satu hal yang langsung dia minta saat polisi datang adalah mengamankan semua file CCTV di hotel sebelum kejadian mengerikan yang membahayakan nyawa Sean dan dirinya tadi, Hal ini Ghea lakukan bukan tanpa alasan. Nabila yang merupakan putri pemilik hotel pasti akan dengan mudah melenyapkan semua barang bukti. Untuk Reymond si brengsek yang mengakui bahwa dia lah yang memberikan obat perangsang ke Ghea, Daniel memilih untuk tidak menyampaikannya ke polisi, karena menurutnya hanya akan mengancam karir Ghea sebagai artis dan penyanyi. “Sean!” Ghea berlari mendekati seorang polisi wanita yang menggendong putranya, mengambi
BUGG Satu pukulan melayang lagi dari Daniel. Ucapan Reymond membuatnya murka, belum lagi nyawa putranya yang kini dalam bahaya. “Brengsek!” Daniel mencengkeram kerah baju Reymond dan meninju kembali muka pria itu. Dadanya bergemuruh, meskipun yang diucapkan pria itu tak sepenuhnya salah. Ya, tidak bisa dipungkiri Daniel memang bisa bertemu Ghea karena malam itu. “Apa yang kalian lakukan?” Nabila berteriak dengan kencang. Wanita yang sepertinya mengalami gangguan jiwa itu menatap nyalang Ghea, dia melotot seolah mengancam dan nekat mengarahkan ujung pisau yang tajam ke leher Sean. “Aku mohon jangan!” Ghea seketika histeris, dia berjalan mendekat membuat Nabila mundur dengan Sean yang masih ada di gendongan. Bayi itu terbangun karena kegaduhan yang terjadi di kamar itu. Melihat wanita asing jelas membuat Sean ketakutan dan menangis kencang. Daniel berdiri, dia menco
Ghea hanya tertawa dengan sangkaan Daniel, dibelainya pipi suaminya itu penuh cinta. “Dari pada memikirkan pria itu, bukankah lebih baik kita menghabiskan waktu bersama, kita ke sini untuk itu ‘kan?” Senyuman manis terbit di bibir Daniel, tangannya berangsur ke pipi Ghea. Sedetik kemudian dia menoleh ke Sean yang sudah terlelap tidur. “Di sini? atau di kamar satunya?” “Kamu tahu jawabannya Niel,” bisik Ghea dengan suara menggoda. Mereka akhirnya meninggalkan Sean dan memilih pergi ke kamar yang kemarin mereka tempati. Ghea bertindak agresif, baru saja masuk dia sudah menarik kaus Daniel hingga lolos dari tubuh kekar sang suami. Tak hanya itu Ghea melompat dan melingkarkan kedua kakinya di ke pinggang Daniel, tangannya mengalung di leher pria itu dan bibir mereka mulai beradu kembali. Hisapan dan lumatan mewarnai ciuman panas itu, kepala Ghea bahkan harus sesekali bergerak ke kiri dan ke kanan
“Apa benar kamu mau ikut?” Daniel terlihat ragu, ini karena dia masih mencemaskan kondisi Ghea, sementara istrinya itu menginginkan menemaninya untuk menghadiri jamuan makan malam, yang diadakan oleh pemilik perusahaan start up yang mengundangnya. “Iya, hanya makan malam kan? jika nanti kamu butuh lebih banyak waktu untuk berbincang dengan rekan bisnismu, maka aku dan Sean akan kembali ke kamar lebih dulu,” ucap Ghea. Daniel pun akhirnya setuju, terlebih Ghea menunjukkan luka di lehernya yang sudah dia tutupi dengan plester yang warnanya menyatu dengan kulit. “Jangan khawatir!” ucapnya sambil tertawa. *** Mereka pun akhirnya menghadiri acara jamuan makan malam itu. Daniel menjelaskan ke sang istri bahwa, perusahaan start up hanya salah satu dari usaha pria yang mengundangnya dan pengusaha lain ke acara itu. “Jadi apa usahany
Pria penolong itu memukul tangan pria yang menawan Ghea hingga memekik kesakitan. Seorang ibu-ibu langsung menarik tangan Ghea agar menjauh dari perkelahian yang dilakukan ke dua pria tadi.Adu jotos pun terjadi hingga pria jahat itu terkapar tak berdaya. Mendapat kesempatan, ia mengambil pisaunya yang tergelatak di lantai dan hampir menghujamkannya ke tubuh pria si penolong.“Tidak!” teriak Ghea, dia menutup kedua mulutnya yang menganga karena terkejut dengan apa yang kini terpampang di hadapannya.Tangan pria penolong itu menggenggam erat pisau, hingga darah mengucur dari tangannya, pria jahat itu ketakutan dan melepaskan pisau dari genggamannya, beruntung pelayan kafe menghubungi polisi tadi. Saat pria jahat itu hampir kabur petugas langsung membekuknya tanpa perlawanan.Ghea meraih Sean dari gendongan wanita yang tadi membantunya, dia berlari dan berjongkok tepat di depan pria yang me
“Reymond, dia pemilik perusahaan start up yang aku sebutkan,” ucap Daniel menjelaskan ke Ghea, “Apa mungkin orang yang sama?” Ghea begitu penasaran. “Entah lah kita bisa memastikannya besok malam, karena akan diadakan jamuan makan, pagi sampai siang ada seminar. Kamu dan Sean ada rencana jalan-jalan? Atau mau tinggal di kamar saja?” Ghea berlari menuju ranjang tanpa menjawab pertanyaan Daniel karena Sean menggeliat dan hampir menangis. Ia langsung membuka baju dan menyusui putranya itu. “Aku mungkin akan di kamar saja, aku takut Sean kelelahan jika aku mengajaknya jalan-jalan,” ucap Ghea yang direspon dengan anggukan kepala dari Daniel. Malam harinya mereka menghabiskan waktu bertiga, menggoda Sean yang mulai bisa diajak bercanda. “Sean mau adik? Mau adik nggak?” tanya Daniel sambil mencium gemas perut putranya. Sean yang tak mengerti jelas hanya
Daniel juga merasa aneh, ia menggaruk kening karena ucapan Ghea memang masuk akal. Jika penggemar jelas ini menakutkan karena sampai tahu dimana idolanya menginap bahkan nomor kamarnya, lagi pula jelas Ghea di sana untuk mengikuti dirinya, bukan untuk manggung atau sejenisnya. “Kalau begitu tidak usah diterima.” Daniel menatap sang istri kemudian pelayan, tangannya mendorong kotak yang masih dipegang pelayan itu sambil berucap,” bawa kembali!” “Begini Pak, apa tidak ingin dibuka dulu? misal di dalamnya tidak ada nama pengirim Anda boleh untuk tidak menerimanya, yang jelas orang yang mengirimkan juga menginap di hotel kami.” Ghea ragu, tapi Daniel langsung meraih kotak itu dan membukanya. Sebuah kalung berlian beserta sebuah kartu ucapan berada di dalamnya. Ia cukup terkejut dengan hadiah mahal seperti itu, karena dia juga pernah membelikan Ghea sebuah kalung berlian, di
Ghea sengaja mengosongkan jadwalnya selama empat hari karena Daniel mengajaknya pergi bersama Sean. Gadis itu sangat senang bahkan memilah sendiri baju Daniel dan putranya yang akan dibawa liburan.“Niel ini kamu bawa ‘kan?”Ghea menunjukkan dasi ke Daniel yang sedang bergurau dengan putranya di atas ranjang. Pria itu hanya menjawab dengan anggukan kepala dan kembali menciumi perut Sean hingga putranya terkekeh geli.“Dasar kalian,” gerutu Ghea sambil berlalu masuk ke dalam ruang ganti lagi. Kini matanya tertuju pada deretan lingerie miliknya, dia bergumam dalam hati haruskah membawa satu atau dua? Mereka bisa membuka kamar satu lagi untuk bercinta. Daniel dan Ghea memang memutuskan untuk tidak bercinta saat berada satu kamar dengan Sean, meskipun putranya sedang tertidur.“Hayo!” suara Daniel mengagetkan Ghea. Pria itu mencium pipi sang istri yang menoleh sa