"Kamu tahu berapa banyak wanita yang sudah berkencan denganku?"
Dalam situasi seperti sekarang, pertanyaan Daniel membuat Ghea tak habis pikir. untuk apa pria itu bertanya hal yang jelas dia tidak tahu jawabannya, dan juga merupakan ranah pribadi, tapi sejatinya Daniel sedang tidak bertanya. Kalimat itu hanya pengantar penjelasannnya saja.
"Ratusan, aku bahkan puluhan wanita yang berbeda setiap bulan," imbuhnya.
"Ya Tuhan, Ibu ...." Ghea malah tiba-tiba saja histeris mendengar ucapan Daniel. "Apa kamu ingin berkata bahwa telah menulariku HIV?"
Mendengar pertanyaan Ghe, kini giliran Daniel yang histeris, "Ya Tuhan, apa kamu sedang menyumpahiku?"
Masih menangis karena takut tertular penyakit, Ghea pun bertanya apa maksud Daniel memberitahunya bahwa dia sudah melakukannya dengan ratusan wanita.
"Aku ini Casanova beda dengan pemerkosa, untuk berkencan dengan wani
Ghea tersenyum ceria, dengan baju berwarna hijau pastel dengan rambut kuncir kuda, gadis itu duduk setelah menyapa beberapa wartawan yang sudah berkenan hadir dalam acara konferensi persnya.Para wartawan itu jelas sudah tahu alasannya saat menerima informasi kenapa Ghea tiba-tiba saja melakukan semua ini, tapi yang mereka belum tahu adalah alasan Ghea yang tiba-tiba saja ingin mundur dari dunia hiburan di saat karirnya tengah berada di puncak.Tak ingin menunggu lama, Ghea pun mulai berbicara, dengan ciri khasnya yang suka bercanda.“Terima kasih teman-teman sudah mau hadir, sebenarnya aku tidak ingin melakukan ini, tapi aku takut kalian tiba-tiba merindukan aku, kalau aku sampai tidak berpamitan ke kalian.”Riuh tawa terdengar di sana, Ghea pun tersenyum dan kembali melanjutkan ucapannya. “Jadi untuk beberapa bulan ke depan, aku ingin istirahat dari dunia hiburan.”&n
Belum juga Ghea sadar dari rasa terkejutnya, sosok Daniel sudah menyusul di belakang karyawan ayahnya yang bernama mba Rahmi itu. Ia pun terbengong, bingung kenapa pria ini sudah ada di hadapannya.“Ka-ka-kamu, ngapain di sini?”Ghea malah takut mendapati sosok Daniel. Bagaimana tidak? penampilan anak sulung Nova itu sangat mencolok dengan kemeja berwarna biru langit dipadukan dengan celana pendek, dilengkapi jam tangan mahal di pergelangan tangan, juga kacamata hitam yang masih dikenakannya, aura pria itu jelas berbeda dengan orang-orang yang berada di sana.Ghea menengok, menatap para karyawan Pak Asman yang sedang menjemur batik menggunakan baju partai untuk membandingkan, Gadis itu lantas melihat dirinya sendiri, daster batik motif sogan model oversize sepanjang lutut, rambut cepol berantakan dan dia juga belum mandi. Jika disandingkan dengan Daniel, dirinya nampak seperti pembantu pria itu.Rahmi yang m
Ghea terlihat cemberut, ia membuka pintu mobil miliknya dengan sedikit malas, sementara Daniel terlihat tersenyum dan melambaikan tangan ke Pak Asman, sambil bertanya. “Bapak tidak ikut pulang?”“Nanti kalau sudah tutup, bapak bisa pulang bareng anak buah bapak yang lain.”Menyalakan mesin mobilnya, Ghea merasa sepertinya sang ayah sangat menyukai Daniel. Melihat senyum sumringah ayahnya, gadis itu sama sekali tidak rela karena yang membuatnya seperti itu adalah kudanil.“Berapa harga tanah di sini?” Daniel membuka jendela mobil, melihat pemandangan yang masih didominasi pepohonan dan sawah itu. Toko Batik milik ayah Ghea memang terletak di sebuah desa wisata yang masih dijaga kelestariannya, jarak antara rumahnya dan toko mungkin sekitar empat kilometer.“Kenapa? apa kamu berniat membuat usaha di sini? Tidak usah! Aku tidak ingin orang asing masuk dan membuat desa yang indah ini menjadi kawasan industri, aku ingi
Ghea yang berbaring di atas ranjang hanya bisa menatap langit-langit kamarnya tanpa bisa memejamkan matanya. Sesekali dia melirik ke kanan, ingin memastikan apakah Daniel sudah tidur di bawah sana.Pria itu tadi sudah tidur di kamar Pak Asman. Namun, dengkuran ayah Ghea itu membuatnya stress, Daniel merengek dan entah kenapa membuat Ghea sedikit kasihan."Aku tidak bisa tidur tanpa pendingin ruangan.""Astaga! apa kamu mau tidur di kamarku? terus aku tidur dimana? aku juga tidak mau tidur sama ayah!"." Ya sudah kita tidur berdua," ucap Daniel."Hei ... " Belum juga Ghea terkejut dengan ucapan Pria itu, Daniel sudah masuk ke dalam kamar Pak Asman dan keluar membawa kasur lantai alasnya tidur.mengedipkan matanya berkali-kali, Ghea yang penasaran menggeser tubuhnya, gadis itu sedikit memiringkan badannya untuk melihat Daniel. Pria itu sepertinya sudah terlelap, matanya terpejam rapat. Namun, saat Ghea hampi
Ghea memasang wajah datar, fotonya lagi-lagi tersebar bersama Daniel. Bedanya, kini orang-orang semakin berspekulasi bahwa kemundurannya dari dunia hiburan adalah untuk menikah dengan pria itu.Melajukan kembali mobil untuk pulang, tak banyak yang Daniel dan Ghea bicarakan sepanjang perjalanan. Ghea bahkan terkesan tak peduli dengan keluarga Daniel yang akan datang melamarnya besok. Gadis itu juga tidak ingin menanyakan perihal kapan mereka akan menikah. Hal yang pertama ada di dalam otak Ghea adalah membuat kesepakatan, dan kali ini dirinya lah yang harus memegang kendali."Aku ingin kita tidak mencampuri urusan masing-masing setelah menikah." Ghea akhirnya membuka mulutnya. "Aku ingin sebuah dokumen legal hitam di atas putih, juga saksi. Jika perlu mari kita sewa pengacara yang bisa dibayar agar mau tutup mulut sampai kesepakatan kita berakhir."Daniel menganggukkan kepala, hat
Pagi itu rumah Pak Asman ramai dengan beberapa saudara dan juga tetangga yang ingin menyaksikan lamaran Daniel dan Ghea. Untuk menjaga kerahasiaan lamaran itu, Ghea meminta tidak ada ponsel yang aktif dari pihak keluarganya untuk mengambil gambar. Ghea benar-benar kaget melihat Nova yang begitu bahagia, wanita yang melahirkan Daniel itu langsung menjabat erat tangan sang ayah kemudian memeluknya. Ghea pun tersenyum melihat tingkah calon mama mertuanya. Namun, saat menatap Richie- pria yang beberapa saat yang lalu dengan senang hati memberikannya kue monster cokelat. Ghea sukses dibuat mengernyitkan dahi. Sosoknya sangat berbeda dengan Richie yang dia temui kala itu, Richie yang datang terlihat memasang muka datar terkesan muram, tak ada sedikitpun senyuman lebar seperti saat pertama kali bertemu dengannya dulu. Masa bodoh dengan hal itu, mereka akhirnya duduk dan mulai berbincang santai. Nova yang semangat empat lima, menyarankan perni
Mencubit lengan Jenny adalah hal yang pertama kali Ghea lakukan saat bertemu dengan wanita itu kembali. Gadis itu akhirnya pulang ke rumahnya setelah sekitar empat hari berada di Jogja.“Kenapa kamu tidak memberitahu dan menyembunyikan fakta bahwa yang menghamilimu adalah Daniel Tyaga!"“Karena aku tidak ingin berurusan dengannya,” jawab Ghea sanbil menyambar buku agenda dari tangan Jenny.“Kalian membuatku harus melakukan ini, seperti menelan ludahku sendiri, baru saja aku membuat gempar negeri ini dengan berkata akan vacum dari dunia hiburan, tapi sekarang aku harus kembali. Seolah yang aku katakan seminggu yang lalu hanya sebuah sensasi,” cerocos Ghea.Jenny menekuk ke dalam bibirnya. Wanita itu tahu pasti bagaimana sifat artisnya. Ghea tidak suka sikap plin-plan dan orang yang tidak tetap pada pendirian. Namun,
Halaman rumah Nova hari itu disulap menjadi lokasi acara pernikahan Daniel dan Ghea. Mereka memilih tidak mengadakan pesta di hotel bintang lima mengikuti saran Jenny. Manager Ghea itu meminta semua pihak merahasiakan pernikahan itu ke publik, sampai media mengendusnya sendiri. Hal ini sudah Jenny pikirkan dengan mempertimbangkan citra Ghea yang harus tetap dijaga. Pagi ini akad nikah akan digelar. Ghea terlihat sedang didandani oleh beberapa make up artis. Baju kebaya berwarna putih tulang miliknya terpasang pada sebuah manekin tak jauh darinya duduk, sederhana tapi mewah. Seharusnya pernikahan didasari cinta, bukan terpaksa seperti ini, tapi aku? apa yang sedang aku lakukan sekarang ini? Ghea menatap wajahnya dari pantulan cermin di hadapannya. Hingga detik ini, dia masih belum mendapatkan jawaban yang pasti, kenapa Daniel bersikeras mau menikahinya. Berjalan menuju meja akad ditemani
"Kamu pasti belum tahu, kalau Istri Reymond masuk ke rumah sakit jiwa." Ghea yang duduk memangku Sean di dalam mobil, setelah mereka pergi jalan-jalan pun seketika menoleh, dia masih tidak menyangka kalau Nabila benar-benar mengalami gangguan kejiwaan. "Bagaimana dengan pria itu?" tanya Ghea ragu. "Reymond? aku tidak mungkin menjeratnya karena masalah memberikan obat ke minumanmu dulu, aku takut hal itu malah menjadi boomerang untuk kita." Ghea mengangguk paham, dia menunduk memerhatikan wajah Sean yang tengah terlelap. Sejatinya dia tidak bisa membayangkan jika saat itu dia benar terkena jebakan Reymond. Memalingkan wajah ke luar jendela, Ghea merasa lega hari itu dia, Daniel dan Sean bisa menghabiskan waktu bersama. Namun, dia juga mencemaskan sesuatu, tamu bulanannya yang sepertinya tak datang tepat waktu. _ _ _ Kebahagian Ghea dan Daniel seperti tak ada habisnya. Mereka masih bergelung di bawah selimut dengan tubuh polos dan Daniel memeluk erat Ghea dari belakang. Ghea
“Maaf aku harus melakukan ini, tapi aku tidak akan melepaskanmu sampai polisi datang. Meski ini hotel milikmu kamu tidak akan mungkin lolos, kamu sepertinya tidak sadar berhadapan dengan siapa,” Ucap Daniel ke Nabila yang masih meronta karena dia mengunci tangan wanita itu kuat-kuat. Ghea benar-benar menghubungi polisi, dan satu hal yang langsung dia minta saat polisi datang adalah mengamankan semua file CCTV di hotel sebelum kejadian mengerikan yang membahayakan nyawa Sean dan dirinya tadi, Hal ini Ghea lakukan bukan tanpa alasan. Nabila yang merupakan putri pemilik hotel pasti akan dengan mudah melenyapkan semua barang bukti. Untuk Reymond si brengsek yang mengakui bahwa dia lah yang memberikan obat perangsang ke Ghea, Daniel memilih untuk tidak menyampaikannya ke polisi, karena menurutnya hanya akan mengancam karir Ghea sebagai artis dan penyanyi. “Sean!” Ghea berlari mendekati seorang polisi wanita yang menggendong putranya, mengambi
BUGG Satu pukulan melayang lagi dari Daniel. Ucapan Reymond membuatnya murka, belum lagi nyawa putranya yang kini dalam bahaya. “Brengsek!” Daniel mencengkeram kerah baju Reymond dan meninju kembali muka pria itu. Dadanya bergemuruh, meskipun yang diucapkan pria itu tak sepenuhnya salah. Ya, tidak bisa dipungkiri Daniel memang bisa bertemu Ghea karena malam itu. “Apa yang kalian lakukan?” Nabila berteriak dengan kencang. Wanita yang sepertinya mengalami gangguan jiwa itu menatap nyalang Ghea, dia melotot seolah mengancam dan nekat mengarahkan ujung pisau yang tajam ke leher Sean. “Aku mohon jangan!” Ghea seketika histeris, dia berjalan mendekat membuat Nabila mundur dengan Sean yang masih ada di gendongan. Bayi itu terbangun karena kegaduhan yang terjadi di kamar itu. Melihat wanita asing jelas membuat Sean ketakutan dan menangis kencang. Daniel berdiri, dia menco
Ghea hanya tertawa dengan sangkaan Daniel, dibelainya pipi suaminya itu penuh cinta. “Dari pada memikirkan pria itu, bukankah lebih baik kita menghabiskan waktu bersama, kita ke sini untuk itu ‘kan?” Senyuman manis terbit di bibir Daniel, tangannya berangsur ke pipi Ghea. Sedetik kemudian dia menoleh ke Sean yang sudah terlelap tidur. “Di sini? atau di kamar satunya?” “Kamu tahu jawabannya Niel,” bisik Ghea dengan suara menggoda. Mereka akhirnya meninggalkan Sean dan memilih pergi ke kamar yang kemarin mereka tempati. Ghea bertindak agresif, baru saja masuk dia sudah menarik kaus Daniel hingga lolos dari tubuh kekar sang suami. Tak hanya itu Ghea melompat dan melingkarkan kedua kakinya di ke pinggang Daniel, tangannya mengalung di leher pria itu dan bibir mereka mulai beradu kembali. Hisapan dan lumatan mewarnai ciuman panas itu, kepala Ghea bahkan harus sesekali bergerak ke kiri dan ke kanan
“Apa benar kamu mau ikut?” Daniel terlihat ragu, ini karena dia masih mencemaskan kondisi Ghea, sementara istrinya itu menginginkan menemaninya untuk menghadiri jamuan makan malam, yang diadakan oleh pemilik perusahaan start up yang mengundangnya. “Iya, hanya makan malam kan? jika nanti kamu butuh lebih banyak waktu untuk berbincang dengan rekan bisnismu, maka aku dan Sean akan kembali ke kamar lebih dulu,” ucap Ghea. Daniel pun akhirnya setuju, terlebih Ghea menunjukkan luka di lehernya yang sudah dia tutupi dengan plester yang warnanya menyatu dengan kulit. “Jangan khawatir!” ucapnya sambil tertawa. *** Mereka pun akhirnya menghadiri acara jamuan makan malam itu. Daniel menjelaskan ke sang istri bahwa, perusahaan start up hanya salah satu dari usaha pria yang mengundangnya dan pengusaha lain ke acara itu. “Jadi apa usahany
Pria penolong itu memukul tangan pria yang menawan Ghea hingga memekik kesakitan. Seorang ibu-ibu langsung menarik tangan Ghea agar menjauh dari perkelahian yang dilakukan ke dua pria tadi.Adu jotos pun terjadi hingga pria jahat itu terkapar tak berdaya. Mendapat kesempatan, ia mengambil pisaunya yang tergelatak di lantai dan hampir menghujamkannya ke tubuh pria si penolong.“Tidak!” teriak Ghea, dia menutup kedua mulutnya yang menganga karena terkejut dengan apa yang kini terpampang di hadapannya.Tangan pria penolong itu menggenggam erat pisau, hingga darah mengucur dari tangannya, pria jahat itu ketakutan dan melepaskan pisau dari genggamannya, beruntung pelayan kafe menghubungi polisi tadi. Saat pria jahat itu hampir kabur petugas langsung membekuknya tanpa perlawanan.Ghea meraih Sean dari gendongan wanita yang tadi membantunya, dia berlari dan berjongkok tepat di depan pria yang me
“Reymond, dia pemilik perusahaan start up yang aku sebutkan,” ucap Daniel menjelaskan ke Ghea, “Apa mungkin orang yang sama?” Ghea begitu penasaran. “Entah lah kita bisa memastikannya besok malam, karena akan diadakan jamuan makan, pagi sampai siang ada seminar. Kamu dan Sean ada rencana jalan-jalan? Atau mau tinggal di kamar saja?” Ghea berlari menuju ranjang tanpa menjawab pertanyaan Daniel karena Sean menggeliat dan hampir menangis. Ia langsung membuka baju dan menyusui putranya itu. “Aku mungkin akan di kamar saja, aku takut Sean kelelahan jika aku mengajaknya jalan-jalan,” ucap Ghea yang direspon dengan anggukan kepala dari Daniel. Malam harinya mereka menghabiskan waktu bertiga, menggoda Sean yang mulai bisa diajak bercanda. “Sean mau adik? Mau adik nggak?” tanya Daniel sambil mencium gemas perut putranya. Sean yang tak mengerti jelas hanya
Daniel juga merasa aneh, ia menggaruk kening karena ucapan Ghea memang masuk akal. Jika penggemar jelas ini menakutkan karena sampai tahu dimana idolanya menginap bahkan nomor kamarnya, lagi pula jelas Ghea di sana untuk mengikuti dirinya, bukan untuk manggung atau sejenisnya. “Kalau begitu tidak usah diterima.” Daniel menatap sang istri kemudian pelayan, tangannya mendorong kotak yang masih dipegang pelayan itu sambil berucap,” bawa kembali!” “Begini Pak, apa tidak ingin dibuka dulu? misal di dalamnya tidak ada nama pengirim Anda boleh untuk tidak menerimanya, yang jelas orang yang mengirimkan juga menginap di hotel kami.” Ghea ragu, tapi Daniel langsung meraih kotak itu dan membukanya. Sebuah kalung berlian beserta sebuah kartu ucapan berada di dalamnya. Ia cukup terkejut dengan hadiah mahal seperti itu, karena dia juga pernah membelikan Ghea sebuah kalung berlian, di
Ghea sengaja mengosongkan jadwalnya selama empat hari karena Daniel mengajaknya pergi bersama Sean. Gadis itu sangat senang bahkan memilah sendiri baju Daniel dan putranya yang akan dibawa liburan.“Niel ini kamu bawa ‘kan?”Ghea menunjukkan dasi ke Daniel yang sedang bergurau dengan putranya di atas ranjang. Pria itu hanya menjawab dengan anggukan kepala dan kembali menciumi perut Sean hingga putranya terkekeh geli.“Dasar kalian,” gerutu Ghea sambil berlalu masuk ke dalam ruang ganti lagi. Kini matanya tertuju pada deretan lingerie miliknya, dia bergumam dalam hati haruskah membawa satu atau dua? Mereka bisa membuka kamar satu lagi untuk bercinta. Daniel dan Ghea memang memutuskan untuk tidak bercinta saat berada satu kamar dengan Sean, meskipun putranya sedang tertidur.“Hayo!” suara Daniel mengagetkan Ghea. Pria itu mencium pipi sang istri yang menoleh sa