Home / Romansa / BABY SITTER MAS GANTENG / PERTEMUAN PERTAMA

Share

PERTEMUAN PERTAMA

Author: Mommy Alkai
last update Last Updated: 2022-11-06 05:20:39

"Ada. Tapi dia belum pernah mengenalkannya sama saya. Kenapa, kamu keberatan?"

"Apa saya harus tetap mengikuti Mas Kenzi kalau dia sedang bersama pacarnya Bu?"

"Hmm ... kalau itu, nanti saya tanyakan sama Kenzi. Tapi diluar itu, kamu setuju kan?"

"Saya coba dulu ya, Bu?" jawabku ragu.

Setelah memperkenalkan diri, Bu Arini meminta Bude untuk mengantarku ke kamar. Ini bisa jadi kesempatanku untuk bertanya banyak sama Bude. 

Kamar yang akan aku tempati, harus melewati dapur. Di sampingnya, ada sebuah pintu menuju lorong. Di ujung sana, berjejer sepuluh kamar ukuran kecil.

"Ini ruangan apa to Bude? Kaya kost-kostan?"

"Kan ART di sini banyak, Dis! Ada tujuh sama security dan tukang kebun. Nambah kamu ya jadi delapan!"

"Tujuh? Banyak amat Bude? Ngapain aja?" Aku melongo enggak percaya.

"Satpam dua gantian, tukang kebun satu, tukang cuci satu, tukang bersih-bersih dua, tukang masak satu. Supir ada dua, tapi ndak tinggal di sini. Nah, kalau Bude mu ini ya tukang masak."

"Oalah ... aku kira Bude yang kerjain semua!"

"Bisa encok Bude, Dis!"

"Lha di sinetron-sinetron, rumah besar begitu ARTnya cuma satu Bude!"

"Itu catlog, Nduk!"

Bude tersenyum setengah nyengir.

"Oya, ini beneran apa, aku harus ngasuh Mas Kenzi?"

"Ya bener!"

"Bude kenapa enggak bilang, kalau yang Disty asuh itu bukan bayi?"

"Kalau bilang, apa kamu mau?"

Benar juga.

"Tapi ini namanya penipuan Bude!"

Aku memicingkan mata sambil membereskan tas yang berisi pakaian ke dalam lemari kecil.

"Inget sepuluh juta perbulan lho, Nduk!"

"Oke, bisa diatur Bude!"

"Nah gitu! Sepuluh persen yo? Gaji Bude aja enggak sebesar kamu!'

Aku tertawa mendengar celoteh Bude. Padahal sejak tadi hati gusar enggak karuan. 

Bersamaan dengan itu, ponsel Bude berdering.

"Ya Bu?"

"..."

"Baik, Bu ..."

"Kenapa Bude?"

"Kamu disuruh istirahat Dis, besok pagi-pagi mulai kerja, nemenin Mas Kenzi main golf."

"Apa? main golf???"

***

Semalaman, aku jadi nggak bisa tidur karena terus kepikiran. Bagaimana sikap bayi besar yang akan kuasuh nanti?

Saat hari menjelang pagi, barulah aku bisa tidur, itu pun hanya sebentar, karena Bude membangunkanku untuk salat subuh.

Baru saja aku melipat mukena, Bude Ning sudah mengetuk pintu kamar untuk memastikan. Saat kupersilahkan untuk masuk, dia malah menyembulkan kepalanya di pintu.

"Sudah siap belum, Dis?"

"Jam segini Bude?" Kulirik jam yang baru menunjukan pukul empat lewat lima belas.

"Lha iyo! Sudah nurut saja. Ingat lho Dis, ini hari pertamamu kerja!" kata Bude memperingatkan.

Aku mengangguk. Bingung juga harus bagaimana sekarang. Masalahnya yang aku urus itu bukan bayi! Dan aku belum bertemu Mas Kenzi sejak semalam!

Aku semakin kebingungan saat tak tau harus pakai baju apa.

Kupilih lagi celana panjang, lengkap dengan tunik berwarna hitam yang sudah kupilih semalam, tapi sejak tadi masih ragu untuk langsung mengenakannya. Seumur-umur, aku belum tahu bagaimana keadaan lapangan golf yang sesungguhnya, kecuali dari drama korea yang pernah aku tonton selama ini.

"Ini sarapan sedikit ya, Nduk!" Bude kembali datang sambil menyodorkan piring berisi roti bakar dan segelas teh manis hangat, lalu meletakkannya di atas nakas.

Bude sepertinya lupa kalau aku yang datang dari kampung ini, takkan cukup hanya sarapan roti bakar saja. Aku yang biasa sarapan nasi sepiring penuh, harus tabah dan ikhlas melihat roti yang ukurannya lebih kecil dari telapak tanganku.

***

Saat akan meletakan piring bekas roti di dapur, di sanalah aku bertemu Mas Kenzi untuk pertama kalinya.

"Ini Mas Kenzi, Nduk! Mas Kenzi, ini Adisty." 

Lelaki itu hanya mengangguk sambil menyunggingkn senyum.

Ternyata dia beneran ganteng! Mataku sampai berbinar-binar melihatnya.

Sayang dah punya pacar!

Apa cerita di drama dan film itu bisa mampir ke kehidupan nyata untuk Disty? Seorang pria kaya yang jatuh cinta pada pembantunya?

Fiuh! Adisty Karenia, kamu jangan mimpi!

Manis, itulah kesan yang ditangkap indera penglihatanku. Namun, karena Mas Kenzi belum mengeluarkan sepatah katapun, aku tidak bisa mengenali dia lebih jauh lagi.

"Bawa ini untuk di mobil ya, Dis!" perintah Bude sambil menyerahkan dua kotak berukuran sedang.

"Apa ini Bude?"

"Yang ini cool bag, isinya minuman Mas Kenzi. Yang ini isinya camilan dia, roti bakar yang kayak kamu makan tadi itu, lho!"

"Buat di lapangan Bude?"

"Bukan. Ini buat di jalan. Kalau di lapangan, ya nanti beli disana!"

Wah, bener-bener seperti ngasuh bocah aku ini, bekalnya banyak banget!

***

Di  dalam mobil, Mas Kenzi langsung memilih duduk di tengah. Sementara Pak Darmo, supir pribadi Mas Kenzi memintaku duduk di depan bersamanya. 

Selama perjalanan, tak ada kata yang keluar dari mulut keduanya. Hening ... Mas Kenzi terus saja sibuk dengan ponselnya. Sementara Pak Darmo, fokus dengan jalanan.

Tiba-tiba saja pikiranku tertuju pada satu hal. Ya Allah, apa jangan-jangan Mas Kenzi ini bisu?

Mataku membulat karena spekulasi yang ku ciptakan sendiri. Namun, segera kutepis jauh-jauh pikiran itu. Masa iya Bude atau Bu Arini enggak bilang kalau dia bisu?

Related chapters

  • BABY SITTER MAS GANTENG   KENALAN SAMA PACARNYA

    Mataku membulat karena spekulasi yang ku ciptakan sendiri. Namun segera kutepis jauh-jauh pikiran itu. Masa iya Bude atau Bu Arini enggak bilang kalau dia bisu?Karena suasana terus hening, aku juga mau melihat ponselku, biar nggak garing. Tapi ini kan hari pertama aku bekerja. Aku tidak mau memberikan kesan yang buruk karena sibuk dengan ponsel.Daripada garing sendiri, lebih baik aku mencoba ngobrol sama Pak Darmo."Tempatnya jauh ya, Pak?" tanyaku basa-basi."Nggak kok Mbak, lima belas menit lagi juga sampai.""Lha kok mesti berangkat pagi Pak? Memang sudah ada yang buka?" Aku penasaran."Memang buka sejak pagi, Mbak. Banyaknya yang main golf pagi, biar nggak panas.""Ooo ...." Aku menggangguk. Padahal, aku kepinginnya Mas Kenzi menjawab apa gitu, biar enggak garing. Tapi dia bergeming dan tetap mengutak-atik ponselnya."Ternyata kamu bawel juga, ya!" Tiba-tiba saja dia bersuara.Ish, syukurlah ... ternyata dia bisa bicara.Tapi apa yang dia bilang? Aku bawel?Kenapa kalimat pertam

    Last Updated : 2022-11-06
  • BABY SITTER MAS GANTENG   SATPAM GANTENG

    Tiba-tiba saja Mas Kenzi datang dari belakang dan mengambil stik golfnya sendiri. Duh, mau ditaro di mana ini muka? malunya kebangetan, masa ketahuan ghibahin majikan sendiri?"Maaf, Mas," ucapku ragu. Sementara Nina, malah tersenyum sambil turun dari mobil kecil ini. Huh Nina, bilang kek ada Mas Kenzi, pantas saja dia langsung diam dari tadi!"Kok malah minta maaf? Kamu nggak jadi nanya?" sindirnya lagi. Aku diam saja, habis bingung mau jawab apa."Oya, Nin, sepertinya saya main sembilan hole aja ya!" beritahu Mas Kenzi pada Nina.Kenapa hanya sembilan hole? Apa dia mau menyudahi permainan? Jangan-jangan dia udah nggak mood gara-gara aku?Karena kata Nina, sebagian besar pemain golf akan kesulitan kalau konsentrasi dan mood-nya sudah terganggu."Mas Kenzi, saya beneran minta maaf. Saya nggak tahu kalau Mas—" "Ini bukan karena kamu. Saya harus ke kantor siang ini!"Oh ... begitu. Syukurlah!Selama perjalanan ke kantor, aku masih malu karena kejadian tadi. Jadilah suasana kembali hen

    Last Updated : 2022-11-06
  • BABY SITTER MAS GANTENG   OBAT NYAMUK

    "Tadi saya pikir, Mas Kenzi sudah mau tidur, jadi tidak perlu apa-apa lagi."Ya kali perlu di nina boboin kaya bayi!"Daripada ngobrol sama Adi, nanti sore kan, harus ikut saya ketemu Alsha. Lebih baik kamu istirahat, Disty!""Hah? Saya ikut juga?" Aku melongo tak percaya."Mau bagaimana lagi? Itu udah perintah Mami."Makin cool nih Bos, nggak suka ngebantah Maminya! Tapi apa tadi? Nemenin dia pacaran? "Udah sana, istirahat!" perintahnya lagi.Kulangkahkan kaki menuju kamar perlahan. Sambil berjalan, aku terus berpikir. Sepertinya ada yang aneh dengan sikap majikanku itu. Ah ... aku nggak mau kegeeran, takut sudah terbang tinggi, nanti malah dijatuhkan lagi!Lelah. Aku baru saja hendak masuk ke dalam kamar. Tapi saat melewati kamar Bude Ning, aku malah ingin masuk ke sana.Begitu kubuka sedikit pintunya, Bude sedang tiduran sambil mengoleskan balsam di pinggangnya."Kalau sudah tidak kuat bekerja, sebaiknya pulang ke kampung saja Bude, istirahat!" kataku sembari mengambil alih pot ba

    Last Updated : 2022-11-06
  • BABY SITTER MAS GANTENG   SIKAP MAS KENZI

    "Alsha ada urusan mendadak, Dis!" kata Mas Kenzi memberitahuku. Padahal dari tadi sudah tahu. Mau ketawa malah, tapi sebisa mungkin kutahan."Jadi sekarang pulang lagi, Mas?""Kita belum makan. Bagaimana kalau cari makan di sini dulu?""Makan?"Aduh, gimana ini? Masa makan berdua aja sama Mas Kenzi?Rasanya gimana gitu. Aku takut nggak bisa buka mulut, makan di depan orang ganteng kaya dia."Nggak ajak Pak Darmo sekalian, Mas?" usulku. Semoga saja dia mau ajak Pak Darmo, biar nggak gugup berduaan sama Mas Kenzi."Nih!" Mas Kenzi menyodorkan ponselnya. Dari layarnya terlihat jelas story WA Pak Darmo yang menunjukan aktivitasnya saat ini.Ya ampun ...ternyata diam-diam Pak Darmo alay juga. Masa dia foto selfi bareng semangkuk soto mie? Tapi itu artinya, dia sudah makan siang duluan."Kamu mau makan apa, Disty?" "Apa aja, Mas!""Sushi bagaimana?""Aduh ... enggak ah! Tapi kalau Mas Kenzi mau makan itu ya nggak apa-apa. Saya temenin aja.""Mau steak?""Saya nggak makan daging, Mas.""Te

    Last Updated : 2022-11-06
  • BABY SITTER MAS GANTENG   TUGAS BARU

    "Astagfirullah!" Aku memekik ketika bayi besarku itu datang dari belakang tanpa mengenakan atasan. Mungkin dia habis ke toilet. Ada yang sobek, tapi bukan kertas. Ada roti, tapi bukan yang dibakar kaya dipiring yang lagi aku bawa. Duh, mataku ternodai. Ampuni Disty Ibu ...."Biasa aja lihatnya!" imbuhnya sambil mengetuk bahuku dengan handuk kecil yang dipilin.Sadar tengah bertelanjang dada, dengan cepat dia menyambar dan mengenakan kaus dalam berwarna putih."Tapi bukannya hari ini Mas Kenzi mau tour?""Jangan disingkat Adisty, artinya beda!" protesnya dengan nada kesal."Bukan mau disingkat, tapi saya lupa.""Kamu pelupa akut, malah nekat jadi baby sitter saya. Saya nggak jadi ikut tournamen!"Nah kan, itu lagi yang dibahas. Aku nggak bisa bayangin kalau Mas Kenzi ini sampai ngadu sama maminya. Bisa malu aku sama Bu Arini nanti."Lho, kenapa nggak jadi?""Mbak Kanaya melahirkan, saya harus kesana hari ini. Sama kamu juga!""Nggak sama Mbak Alsha?" tanyaku spontan. Duh.Aku jadi ke

    Last Updated : 2022-12-17
  • BABY SITTER MAS GANTENG   PERASAAN LAIN

    Setelah kembali berbincang sebentar, Mas Kenzi mengajakku untuk ikut ke kantornya. Sayang sekali, padahal aku baru saja mulai nyaman bergabung dengan keluarganya.Tidak ada jarak di antara kami, karena semuanya sangat baik. Termasuk Pak Irfan, suami Mbak Kanaya. Kalau suami Mbak Fira dan Mbak Nala, mereka tidak ada di sini karena masih bekerja."Mami masih tinggal di sini beberapa hari lagi ya, Ken," kata Bu Arini saat Mas Kenzi pamit pulang."Jangan lama-lama ya, Mi!" rengeknya manja. Persis seperti anak kecil.Ya ampun, sejak hari pertama bekerja, aku baru lihat dia bisa manja begitu!"Sudah besar Ken, kamu yang seharusnya mengurus Mami. Nggak malu sama Disty?"Aku tersenyum. Lucu juga. Mas Kenzi itu seperti sedang mencari perhatian dari ibu dan ketiga kakaknya."Jangan lupa ingatkan dia ya Dis, Mami khawatir dia lupa makan."Duh, jangan sampai Mas Kenzi cerita masalah kemarin. Bisa malu aku sama Bu Arini. Mataku mengerjap, bersiap menunggu kalimat selanjutnya yang keluar dari Mas

    Last Updated : 2022-12-17
  • BABY SITTER MAS GANTENG   ADI ATAU MAS KENZI?

    "Jadi bagaimana, mau kan saya ajak jalan?" tanya Adi kembali memastikan. Karena sejak tadi, pikiranku masih bercabang-cabang. "Kapan?" "Kalau sekadar makan bakso, sekarang juga boleh." "Saya nggak suka bakso." "Cari makanan lain yang kamu suka 'kan bisa?" Ternyata Adi beneran niat. Dia terus saja mencari cara agar aku menyanggupinya. "Bukannya kamu lagi jaga?" Aku menoleh untuk menghilangkan rasa gugup. Karena setiap kali bicara, Adi selalu menatapku dengan lekat. Entah kenapa wajah Adi sekarang berubah lebih ganteng dua kali lipat daripada Mas Kenzi. Bisa jadi karena mau ngajak aku jalan, jadi tambah ganteng. Atau karena Mas Kenzi habis marah-marah jadi gantengnya berkurang? Aduh, Adisty! Kenapa perasaan ini cepat sekali berubah? "Gampang, tuh lihat!" Adi menunjuk Pak Bambang yang baru saja berganti pakaian dan keluar dari pintu belakang. "Pak Bambang kan, sudah mau pulang?" "Saya bisa ganti pakai uang rokok." "Kalau Mas Kenzi cari gimana?" Aku terus saja berkelit mencar

    Last Updated : 2022-12-17
  • BABY SITTER MAS GANTENG   PENGAKUAN

    "Ya, Mas Kenzi!" sahutku dari luar kamar.Segera kusampaikan perintahnya kepada Bude yang masih berada di dapur. Sepertinya, makan sebelum tidur sudah menjadi kebiasaannya.Sambil menahan kantuk, aku menemani Bude menyiapkan pesanan nasi goreng itu, sampai Mas Kenzi datang untuk menyantapnya."Maaf, saya tahu kamu pasti kaget tadi," katanya sambil makan nasi goreng buatan Bude."Nggak perlu minta maaf Mas Kenzi, saya ngerti." Lagipula, tidak ada urusannya denganku. Toh, aku hanya menuruti perintah Bude saat itu."Saya cuma mau kamu tahu, kalau saya nggak mungkin melakukan sesuatu sama Alsha, apalagi di rumah ini," jelasnya lagi tanpa kuminta. "Saat saya mengajak kamu ke rumah Mbak Kanaya, kamu pasti sudah tahu kalau keluarga saya itu nggak ada yang menyukai Alsha."Ini yang aku tunggu-tunggu. Aku sudah kepo setengah mati sejak kemarin mengetahui tentang bagaimana hubungan Mas Kenzi dan Mbak Alsha sebenarnya. Tapi, apa dia benar-benar ingin menceritakan semuanya padaku?"Kenapa, Mas?

    Last Updated : 2022-12-20

Latest chapter

  • BABY SITTER MAS GANTENG   SIKAP ADI

    Setelah menyalami mereka, aku dan Mas Kenzi langsung kembali ke rumah. Berganti pakaian, lalu mengajak Ibu, Deni dan Dinda jalan-jalan ke Mall.Raut bahagia terpancar dari ketiganya. Apalagi, Mas Kenzi terus menuruti kemauan mereka. Membeli mainan dan perlengkapan sekolah. Juga ponsel baru untuk ketiganya.Rasa bahagia dan sangat bersyukur. Bukan karena materi yang didapatkan, tapi perhatian Mas Kenzi dan Bu Arini.Setelah kepergian Bapak, kami harus terpuruk dan hidup prihatin karena ternyata meninggalkan hutang yang begitu besar. Di tengah keadaan yang menyedihkan, Jaka malah meninggalkan aku untuk menikah dengan wanita lain. Dan kini, melihat Mas Kenzi berada di sini dengan segala kelebihan yang dimilikinya, aku sangat bersyukur."Kapan-kapan, aku sama Dinda boleh ikut ke Jakarta ya, Kak?" celoteh Deni membuyarkan lamunanku."Tentu. Liburan sekolah nanti, jangan lupa ingatkan Mas, untuk jemput kalian, oke?"Dinda dan Deni mengangguk kegirangan.Puas berjalan-jalan, kami kembali seb

  • BABY SITTER MAS GANTENG   AJAK KONDANGAN

    "Kalau begitu kenapa nggak pasang AC aja sekalian di rumah kamu?" tanyanya santai sambil berjalan menuju mobil. Segera kutarik tangannya karena dia salah paham."Eh, bukan begitu maksud saya!"Mas Kenzi berhenti sejenak, dia menatapku, lalu berujar."Nggak usah dipikirin. Pokoknya kita kembali ke Semarang sekarang!"Kalau sudah begini, bagaimana cara aku bisa mencegahnya lagi? Dia terus bersikeras memenuhi keinginannya sendiri.Begitu tiba di Semarang, mataku terbelalak melihat perubahan yang begitu kentara pada rumahku. Cat berwarna kuning gading cerah dan sedang dalam proses memasang pagar. Masuk ke dalam rumah, aku semakin terkejut saat mendapati barang-barang di seluruh ruangan sudah berganti dengan furniture baru, bahkan sudah terpasang AC di setiap kamar. "Ini semua untuk apa?" tanyaku pada Mas Kenzi yang langsung diserbu oleh kedua adikku."Saya nggak tahu, mungkin ini kiriman dari Mami?"Kalau melihat wajah Mas Kenzi, sepertinya dia memang tidak tahu apa-apa. Tapi Bu Arini?

  • BABY SITTER MAS GANTENG   TERIMA LAMARAN

    Berjalan sebentar di sepanjang Malioboro, Mas Kenzi lalu mengajakku makan angkringan di dekat stasiun Tugu. Menurutnya, nasi kucing di sini terkenal enak.Benar saja, begitu kami tiba di sana, tempat makan lesehan itu sudah ramai pengunjung. Membuatku harus duduk berdekatan dengan Mas Kenzi.Sambil menikmati makanan, sesekali aku melirik lelaki tampan di sampingku ini.Benarkah dia dijodohkan sama aku?Kenapa aku masih ragu dan merasa kalau ini seperti mimpi yang tidak akan pernah berubah nyata?Apa Mas Kenzi terpaksa menerima perjodohan ini, atau memang benar-benar menyukaiku?Entahlah ... semakin banyak pertanyaan yang berputar di kepalaku, semakin pusing juga memikirkannya. Sebagai orang kampung, aku masih nggak yakin bisa mendapatkan keluarga kaya seperti mereka."Makan, jangan lihatin saya terus!" seru Mas Kenzi yang menyadari aktivitasku. Orang-orang yang ada di hadapan kami pun langsung melirik ke arahku. Mereka pasti bisa melihat, kalau wajahku memerah menahan malu.Setelah me

  • BABY SITTER MAS GANTENG   AJAKAN NIKAH

    "Saya baru tahu, saat berada di rumah Mbak Kanaya, secara tidak sengaja, saya dengar obrolan mereka tentang pendapatnya mengenai kamu ketika saya sedang ke toilet," jelas Mas Kenzi tenang. Tidak seperti aku yang gemetar, setiap kali mendengar kalimat yang meluncur dari bibirnya."Tapi Mbak Alsha?"Raut wajah Mas Kenzi tiba-tiba saja berubah. Dia seperti sedang menyembunyikan sesuatu."Saya sudah putuskan mengakhiri hubungan sama dia kemarin. Setelah saya sadar, kalau ucapan Mami benar, saya memang hanya membutuhkan kamu untuk terus berada di samping saya. Bukan Alsha, atau siapapun."Jadi Mas Kenzi sudah mengakhiri hubungan dengan Mbak Alsha? Aku paham sekarang, kenapa tatapan Mbak Tania kemarin bisa menyeramkan seperti itu."Apa Bude dan Ibu tahu tentang perjodohan ini?" Aku masih terus saja penasaran."Kamu ini terlalu naif, Disty. Jelas mereka tahu. Papi itu mengenal Bapak kamu karena Bi Ning. Bahkan mereka berdua sempat menjalankan bisnis bersama dan Papi berinvestasi di sana."Ak

  • BABY SITTER MAS GANTENG   PERNYATAAN MENGEJUTKAN

    Jogja pagi ini terasa menyejukkan dengan kabut tipis yang menyelimuti, saat aku memandangnya dari jendela kamar hotel. Suasana sepanjang Malioboro terlihat dari atas hotel bintang lima ini.Aku baru saja selesai mandi dan menunggu perintah Mas Kenzi untuk turun ke bawah. Namun, pesan masuk darinya, malah membuatku berpikir ulang.[Kamu tunggu di hotel saja, saya hanya sampai jam 3 sore. Sarapan dan makan siang di kamar saja, oke? Kamu sudah ngerti 'kan cara pesannya? Jangan kemana-mana, saya nggak mau kamu nyasar!] Begitu tulisnya dalam pesan.Aku menatap layar ponsel sambil terus berpikir. Kalau Mas Kenzi pergi sendiri, kenapa harus mengajak aku ke sini? Kenapa dia tidak menjemputku sekembalinya dari Jogja saja? Berbagai pertanyaan terus berputar-putar di kepalaku. Seolah menunjukkan bahwa ada sesuatu yang janggal di sini. Tapi, buru-buru kutepis semua perasaan itu. Namanya juga hanya bekerja. Aku bisa apa selain menerimanya?Malam harinya, Mas Kenzi memintaku ke luar dari kamar hot

  • BABY SITTER MAS GANTENG   KEDATANGAN MAS KENZI

    Aku terperanjat begitu melihat Mas Kenzi sudah berdiri di ambang pintu. Di sampingnya, ada Pak Darmo yang ikut menemani."Silahkan masuk. Begini adanya rumah saya Mas Kenzi, Pak Darmo ...," kataku sambil menunduk. Malu rasanya menyambut kedatangan mereka, saat aku masih mengenakkan celana selutut dan kaos butut favoritku jika berada di rumah.Benar saja, Mas Kenzi menatapku penuh kasihan. Apa dengan penampilan begini aku terlihat menyedihkan? Padahal ... ini adalah kostum ternyaman yang tidak mungkin aku gunakan saat berada di rumah Bu Arini."Ibu buatkan minum dulu ya. Pasti capek jauh-jauh dari Jakarta," kata Ibu sambil berlalu.Tadinya aku ingin menahan Ibu. Saat aku mengingat, kalau di dalam mobil Mas Kenzi, sudah tersedia berbagai makanan dan minuman. Apa dia akan mau kalau disuguhi segelas teh manis yang biasa disajikan kalau kami kedatangan tamu?Begitu Ibu pergi, Pak Darmo ikutan keluar. Mau cari angin, katanya. Ada-ada saja dia, angin dicari, giliran masuk angin nanti susah-s

  • BABY SITTER MAS GANTENG   RENCANA SELANJUTNYA

    "Cari orang kaya Dis, biar motor bututnya diganti! Tuh lihat, si Jaka mau nikah sama Intan, semuanya dikasihkan sama dia."Sambil menyiram motor yang kotor terkena tanah merah, aku hanya tersenyum mendengar omongan Bude Lasmi. Dia adalah tetanggaku yang rumahnya hanya terhalang sepetak tanah dengan rumahku. Bude Lasmi sebetulnya baik, tapi kadangkala dia tidak menyaring ucapannya terlebih dulu."Belum mau memikirkan kesana, Bude. Jaka sudah bahagia dengan pilihannya, biarkan saja!" balasku yakin."Bude yakin dia tidak bahagia, Dis. Wong dia nikah sama Intan karena disuruh si Mbok-nya! Kamu ya jangan mau kalah. Kalau bisa, cari yang lebih baik!"Lagi-lagi aku hanya tersenyum mendengarnya memprovokasi. Banyak tetangga yang masih mengaitkan aku dengan Jaka. Padahal, sejak dia memutuskan hubungan, aku biasa saja. Tidak ada kesedihan sedikitpun untuk lelaki seperti dia.Pun ketika terdengar kabar kalau dia ingin menikah dengan Intan. Tidak ada sedikit rasa iri, ataupun merasa ingin menyain

  • BABY SITTER MAS GANTENG   BERTEMU JAKA

    [Dis, jawab telepon saya!]Terlalu banyak pesan dari Mas Kenzi, membuatku malas membacanya dari atas satu persatu.[Maaf, Mas Kenzi, saya lupa pamit.]Tidak butuh lama, setelah aku membalas pesan, Mas Kenzi langsung meneleponku. Membuatku semakin bingung, haruskah aku menjawab panggilan telepon darinya?"Kamu kembali ke Jakarta sekarang, Adisty!" perintah Mas Kenzi setelah sebelumnya menjawab salam dariku."Maaf, Mas tapi untuk sekarang ini saya nggak bisa!""Karena Mami? Saya sudah bicara sama Mami, Dis. Kamu bisa kembali ke rumah ini secepatnya!"Dia terus saja memaksa dan tidak mengindahkan penjelasanku."Maaf Mas Kenzi, tapi—""Saya sudah terbiasa dengan adanya kamu di sini. Kembali besok, saya tunggu kamu di rumah!""Maaf Mas Kenzi, tapi saya nggak bisa kembali dalam waktu dekat ini." Aku masih terus mencoba menolak dengan halus, tapi dia malah salah paham."Kamu menolak permintaan saya? Kamu masih marah hanya karena saya kelupaan?""Maaf Mas Kenzi, bukan karena itu.""Apapun ala

  • BABY SITTER MAS GANTENG   PULANG KAMPUNG

    Kuabaikan pesan Mas Kenzi dan memilih memberi penjelasan pada Bude."Maafkan Disty, ya Bude. Dusty tahu pasti Bude kecewa banget. Terlebih sama Bu Arini. Disty merasa nggak enak sekali, Bude ....""Bu Arini memang begitu kalau sedang marah. Menghindarinya lebih baik, Nduk! Sekarang sebaiknya kamu bersiap, besok habis subuh, Pak Darmo yang akan mengantar kamu sampai ke terminal."Meski perasaanku masih tidak enak, aku berusaha memahami perkataan Bude.Ponselku kembali menyala. Lagi-lagi Mas Kenzi mengirim pesan.[Kenapa tidak dibalas? Saya perlu bicara sama kamu. Sudah tidur belum?]Kutunjukan pesan dari Mas Kenzi pada Bude agar dia membacanya sendiri."Bagaimana Bude?""Abaikan saja, Dis! Oya, jangan sampai dia tahu kalau kamu pulang kampung besok!" pesan Bude."Lho, kan Disty dianter sama Pak Darmo?""Pak Darmo nggak akan bilang sampai kamu tiba di tujuan. Kalau sudah naik bis, itu urusan lain, Nduk!""Sekali lagi, Disty minta maaf, Bude ...." Aku benar-benar menyesal telah mengecewa

DMCA.com Protection Status