Matahari tenggelam. Di gantikan oleh rembulan yang menggantung sempurna di langit. Kilauan bintang bertaburan di hamparan malam. Angin malam masuk dari cela-cela jendela kamar Eugene. Gadis itu gelisah sambil meletakkan pakaian Eugene di keranjang kotor terbuat dari jerami. Mata hazel itu menangkap ‘Ulli’ boneka jerapa kesayangannya. Boneka itu terlihat sangat usang.
“Ulli...kamu tahu enggak? Barusan Yuna megang bajunya Om Eugene. Terus bajunya berdarah, gimana dong Ulli kalau Om Eugene terluka.” Gadis itu melirik pintu kamar mandi yang tetap tertutup rapat. Jarum panjang menunjukkan angka 11. Padahal tadi Eugene masuk ketika jarum panjang di angka 1. Hampir satu jam lelaki itu di dalam kamar mandi.
“Ulli! OM kok enggak keluar, jangan-jangan Om Eugene mati lagi di dalam.” Kaki jenjang Ayuna melangkah menuju pintu kamar mandi. Mengetok dada pintu. Namun, sampai lima kali ketukan. Lelaki itu tak kunjung keluar. Pera
Eugene berdiri meletakkan cangkir kopi yang tadi di seduh. Mengamati setiap huruf di kertas buram. Membaca berita terkini dari sumber terpercaya. Pria parau baya duduk di depannya sambil membawa cangkir. Eugene mendongak, memeriksa siapa yang hadir di depannya. Dia adalah Ruth Smith kepala keluarga di Keluarga Smith.“Pulang kapan?”“Udah, tadi malam.” Lelaki tua itu sibuk dengan berkasnya. Tersenyum mengembang, saat melihat tanda tangan tergores di kertas putih. Ternyata sangat gampang menipu menantunya.Sebuah nada Bib berbunyi dari balik gawai. Setelah menerima pesan dari temannya. Eugene berdiri dan melempar koran di meja. “Pa Aku berangkat dulu!”“Enggak sarapan dulu?”“Enggak Pa, makan di kantor saja. Ada tugas.”“Oh baiklah, hati-hati di jalan.” Entah kenapa perasaan Eugene tak enak. Lelaki itu segera pergi ke kantor polisi. Tanpa kembali ke kamarnya. Lelaki
Rembulan berwarna keemasan menggantung sempurna di atas langit. Bintang-bintang berhamburan, menemani rajanya malam. Malam ini terasa berbeda dari sebelumnya. Seorang polisi harus menghabiskan malam panjang menemani Sang Istri. Lelaki itu sudah menebak apa yang terjadi pada gadis yatim piatu itu. Pasti Mami Ananta yang mengurungnya. Seburuk-buruk tindakan Sang Ibu. Perempuan Paru baya itu pasti punya alasan yang kuat mengurung Ayuna.“Aku di mana?” Pertanyaan itu keluar dari bibir kecil Ayuna. Lelaki yang tertidur di kursi itu langsung terbangun setelah mendengar suara Sang Istri.Gadis itu dia sesaat, “Kenapa Yuna bisa ada di rumah sakit Om? Yuna enggak hamil kan?” Ayuna mengakat pergelangan tangan yang di pasangan Infus. “Orang kata Toby, Tantenya pernah di bawa ke rumah sakit waktu pertama hamil.”Eugene mendorong dahi Sang Istri dengan jari telunjuk, “Enggak semua orang yang di bawa ke
Perkataan Mami Ananta menggema di pikiran Eugene. Lelaki itu tak bisa membayangkan berdua dengan gadis abnormal itu. Pria beralis tebal berjalan menuju kantornya dengan melamun. Tak menyadari ada seorang lelaki berkulit gelap ada di depannya. Dua dada kekar saling terbentur. Lelaki itu memintak maaf pada Eugene dengan memberi hormat. “Pagi Komandan!”“Iya. Dari mana ?”“Kantor Anda.” Eugene bisa menebak apa yang di lakukan Surya. Pasti ia mengizinkan sepupunya untuk masuk ke dalam . Lelaki bermata coklat keemasan itu masuk ke dalam ruangan. Melihat seorang gadis cantik mengenakan mini dress pink pastel. Violet berdiri. Sekarang gadis itu sangat anggun. Beda dengan dulu, yang selalu mengenakan pakaian seksi.“Yang! Aku bawakan makanan.” Gadis itu mengeluarkan sekotak bekal untuk Eugene dari dalam paper back.“Aku sudah makan.” Eugene menyeret kursi miliknya. Mem
Panjang jarum jam dinding berada di angka dua. Seorang gadis masuk ke dalam mansion. Seragam putih abu-abu masih melekat di badan Sang gadis kecil. Buru-buru ia melangkah panjang menuju kamarnya. Tiba-tiba seorang Wanita mencengkeram pergelangan lengan Ayuna. Wanita gemuk itu menghentikan langkah Ayuna. “Ada apa Mi? Yuna buat salah lagi?”“Iya di mataku kau selalu salah, jika kau ingin menjadi menantu yang baik yang bisa ku hargai, maka segeralah beri saya cucu.” Mata Ayuna membulat. Bibir remaja SMA itu ingin membelas perintah Anata. Namun, wanita itu keburu pergi dari hadapan Ayuna.Ayuna mendengus sebal, “Ih itu Maminya Om Eugene kok enggak ngerti sih. Yuna kan masih kecil, masa di suruh punya anak. Kalau emang kebelet, ya udah suruh Om Eugene nikah sama kucing aja. Biar cepat punya anak.” Runtuk Ayuna sambil kembali melanjutkan langkah menuju kamar.Setelah berganti baju, ia mengeluarkan buku tulis. Ia ha
“Turun!” Bentak Lelaki berahang tegas. Meliat ekspresi marah Eugene membuat nyali Ayuna ciut. Menunduk sambil menautkan jemari. Melihat Sang Istri berulah, Eugene menancap gas kembali menuju bandara.Ayuna membuang wajah ke luar jendela, “Dasar Om resek!” batin Ayuna. Mengetuk-ngetuk kaca mobil hingga menimbulkan bunyi. Jika bertemu dengan pengamen. Gadis itu membukakan jendela mobil, memberikan uang recehan pada anak jalanan. Ada rasa senang pada diri Ayuna, jika berbagi dengan pengamen jalanan.Mobil beroda empat itu meraung-raung. Mereka pun sampai di depan bandara. Ayuna meneguk saliva. “Ini beneran Mas?”Eugene mengangguk. Lalu ke luar mobil, “Ayo turun!”Ayuna pun keluar mobil. Kondisi bandara sangat ramai. Suara ricuh ada di mana-mana. Ayuna menatap takjub bangunan mirip stadion. Membuat ia melupakan Eugene yang sibuk mengeluarkan Koper dan tas dari bagasi mobil. Sebuah tangan menyeret Ayuna yan
Kelap-kelap bintang bertaburan di angkasa. Menemani Sang Bulan yang memancarkan cahaya ke bumi. Langit berwarna biru tua. Semilir angin malam menggoyangkan pepohonan. Bangunan pencakar langit berdiri kokoh di seberang jalan. Bangunan itu terdiri dari tiga puluh lantai. Hotel sederhana di tengah-tengah kota.Di kamar 103 seorang pasangan suami Istri saling beradu mulut. Sang Istri yang berusia 18 tahun itu sangat marah pada Sang Suami. Ia pun berkacak pinggang sambil mengintimidasi Polisi resek yang ada di depannya.“Makanya Om, jangan ke buru-buru. Udah Yuna bilang biar Yuna sendiri yang beres-beres barang-barang. Jadi banyak yang ketinggalan kan!” bentak Ayuna sambil melotot.Lelaki itu memegang pundak Ayuna. Bulu-bulu lembut itu di sentuh Sang Suami. Saat ini Ayuna hanya menggunakan handuk piayama. “Ya udah saya beliin!”“Emang Mas punya uang? Kita aja nginep di hotel jelek ini.”“Saya punya u
Lampu jalan menghiasi seisi kota. Berwarna kemasan. Berberapa orang berlalu lalang. Sebuah toko toserba berdiri kokoh di dekat lampu merah. Tiga meja dengan masing-masing payung berdiri di atas meja. Mobil dan motor bergantian melewati toko. Seorang gadis sedang duduk di kursi. Tangannya sibuk menscrolling gawai. Bertukar pesan dengan dua sahabatnya. Termasuk dengan lelaki yang mendekatinya. Tiba-tiba seorang lelaki datang dengan pop mie dan minuman. Meletakan pop mie dengan air panas di depan Sang Istri. “Makanlah!” bibir Ayuna menganga-nganga.“Yang benar Mas kita makan ini? Yuna dari pagi belum makan.”“Iya makan ini aja dulu, nanti di hotel di sediain makanan lagi. Kan Cuma buat isi tenaga habis keliling Mall.” Eugene mengaduk mie bengkak dengan bumbu.“Mas ini anaknya orang kaya apa bukan sih? masa kere banget sih Mas.”“Yang kayak itu orang tua saya, bukan saya.”“T
Assalamualaikum wr.wbHalo teman-teman semua. Gimana kisah Ayuna dan Om Eugene pada suka enggak? Terimaksih untuk semuannya yang telah mengiringi terbitnya salah satu cerita hallu Autor yang entah muncul dari mana. Autor seneng banyak yang suka. Walaupun bahasa Autot masih berantakan dan bikin sakit mata. Tapi Autor seneng ada yang tetep baca cerbung ini.Tapi Maaf Para Penggemar cerbung ' Ayuna My Little Wife' Ada pengumuman yang sangat sedih untuk kalian semua. Saya sebagai Autor akan break sebentar di karnakan ada tugas di kehidupan nyata yang menunggu. Yang harus saya kerjakan sekitar dua minggu. Sebenarnnya gak tega pisah sama Yuna sama Om Eugene. Apalagi membuat para pembaca setia Cerbung ini selalu menunggu.Sekali lagi Mohon pengertiannya untuk para Reader semua. Mungkin dua minggu kedepan saya kembali bisa Update bab baru. Dan bisa menghibur kalian kembali. Terimakasih untuk semuanya. Dan semoga kalian bisa sabar menunggu
Air mata Eugene jatuh saat melihat Sang Istri berada di atas ranjang. Setelah Surya memberitahu di mana Ayuna berada ia segera mencari gadis itu. Dan dia mendapati Sang Istri berada di rumah sakit yang tidak jauh dari lapangan golf. Eugene meraih tangan Ayuna, memandang keadaan gadis itu yang sangat memperihatinkan. Seluruh tubuhnya lebam-lebam, membuat hati Eugene seperti di sayat oleh silet-silet kecil.“Maafkan aku Sayang….” Tangis Eugene pecah walaupun tanpa suara. Tapi rasa sakit dan rasa kecewa pada diri sendiri menyergap. Perasaan campur aduk berkecamuk, apalagi perasaan dia harus melihat istrinya dalam kondisi seperti ini. “Jika ada sesuatu terjadi padamu dan anak kita. Maka akulah yang harus di salahkan karena tidak bisa menjagamu.”Decit pintu terbuka, Pria botak berjas putih masuk ke dalam ruang yang di tempati Ayuna. Wanita berpakaian perawat mengikutinya dari belakang. “Apa Anda keluarga dari pasien?”Eugen
Matahari perlahan terbit dari ufuk. Seorang gadis tertidur dalam pelukan seorang lelaki berkulit gelap dengan rambut ikal. Aroma maskulin itu menusuk indra penciuman. Aliran sungai buatan pun mengalir. Membuat hawa semakin sejuk. Surya memeluk gadis itu dengan kuat. Ia mendengar semua penderitaan gadis itu. Bahkan, rintihan tangis tadi malam berusaha di redamkan. Kelopak mata itu perlahan-lahan pun mengerjapkan mata. Dan mata hanzel itu terbuka lebar. Tatapan kedua orang itu saling bertemu. Membuat Ayuna tersentak. Ia buru-buru menjauh dari Surya ada perasaan tak enak karena memeluk lelaki yang bukan suaminya. Surya juga baru menyadari kesalahannya. Ia pun kiku dan menggaruk rambut lepeknya. “Ah maaf. Aku enggak bermaksud macam-macam.” “Yuna Paham kok.” Tiba-tiba Surya melihat kaki Ayuna yang ada darah yang sudah mulai kering. Ia baru sadar. “Ayuna!” Surya menunjukkan kaki berdarahnya. “Haha? Apa ini?” “Sepertinya kamu pendarahan.
Matahari perlahan terbit dari ufuk. Seorang gadis tertidur dalam pelukan seorang lelaki berkulit gelap dengan rambut ikal. Aroma maskulin itu menusuk indra penciuman. Aliran sungai buatan pun mengalir. Membuat hawa semakin sejuk. Surya memeluk gadis itu dengan kuat. Ia mendengar semua penderitaan gadis itu. Bahkan, rintihan tangis tadi malam berusaha di redamkan. Kelopak mata itu perlahan-lahan pun mengerjapkan mata. Dan mata hanzel itu terbuka lebar. Tatapan kedua orang itu saling bertemu. Membuat Ayuna tersentak. Ia buru-buru menjauh dari Surya ada perasaan tak enak karena memeluk lelaki yang bukan suaminya. Surya juga baru menyadari kesalahannya. Ia pun kiku dan menggaruk rambut lepeknya. “Ah maaf. Aku enggak bermaksud macam-macam.” “Yuna Paham kok.” Tiba-tiba Surya melihat kaki Ayuna yang ada darah yang sudah mulai kering. Ia baru sadar. “Ayuna!” Surya menunjukkan kaki berdarahnya. “Haha? Apa ini?” “Sepertinya kamu pendarahan.
Setelah Eugene mendapatkan plat nomer mobil tersebut. Ia pun melacaknya lewat plat mobil yang ia dapatkan. Namun, saat mobil itu melewati terowongan tiba-tiba mobil yang ia incar menghilang secara misterius. Tapi Eugene dan rekan-rekannya tak menyerah. Ia tetap mencari mobil tersebut. Sebuah kamera CCTV mendapatkan mobil tersebut tapi mobil itu sudah berada di tempat bangkai mobil-mobil. Sebuah tempat yang di peruntukkan untuk mobil rusak.“Bagaimana ini Inspektur? “ tanya rekannya. Membuat Eugene kalang kabut. Ia pun mencoba melacak orang yang meninggalkan mobil di tempat pembuangan. Dan Eugene mendapatkan orangnya. Ternyata dia adalah Driver ojek online. Jika menemukan lelaki itu mereka bisa bertanya tentang penjahat itu. Eugene dan dua rekannya pergi mencari lelaki itu di kawasan padat penduduk. Melewati setiap gang kecil hingga ia sampai di sebuah rumah sederhana milik Driver Ojek Online.Dok! Dok!Eugene menggedor pintu. Seorang perempuan keluar
Lampu disko berkilap kelip. Disertai suara musik yang beredup sangat keras hingga memengkak telinga siapa pun yang mendengar. Suara penyanyi diskotik membuat pengujung semakin terbuai. Sang Vokalis bergoyang di atas meja membuat para pengunjung semakin melingkung. Di pintu masuk seorang Pria masuk ke dalam Pub. Menyingkirkan orang-orang yang ada di depannya dengan kedua tangan. Seorang gadis seksi menikmati minuman beralkoholnya. Tiba-tiba seorang lelaki mendekat. Menarik gadis itu dengan kasar keluar Bar. Membuatnya marah.Mereka pun keluar dari tempat itu. Surya melepaskan dengan kasar. Menatap tajam sepupunya. Pandangan gadis itu sedikit terganggu. Tampak jelas gadis itu masih di selimuti rasa mabuk.“Apa-apa loe narik gue keluar!” teriak Violet pada sepupunya. Matanya merah.Surya memegang pundak sepupunya. “Gue Cuma mau nanyak. Apa loe dalang di balik hilangnya Istri Eugene.” Suara menatap tajam. Berharap sepupunya tidak melakukan pe
Suara langkah kaki mendekat. Membuat rasa waswas yang sangat besar pada tubuh gadis kecil yang terduduk di atas kursi dengan tangan di ikat ke belakang. Kaki juga terikat sangat erat. Ia tak mampu bergerak sama sekali. Setelah kejadian penyiksaan Violet kemarin, para anak buah Violet mendudukkannya. Lampu berwarna keemasan menyala seketika. Membuat Ayuna mendongak dengan mulut di sumpal kain. Seorang gadis cantik melenggak-lenggok masuk ke dalam ruangan. Memberi tatapan yang mengerikan. “Selamat pagi yuna!” sapa gadis itu. “Bagaimana? Apa kamu nyaman berada di tempatku? Aku sebagai Tuan rumah, selalu memberikan pelayanan yang terbaik untuk tamuku. Kalau ada apa jangan sungkan-sungkan memberitahuku.” ucap Violet sambil memegang sebuah map. “Kenapa? Kenapa kau enggak jawab hah?” bentak Violet dengan mata melotot hingga ingin keluar. Tiba-tiba ia menyadari sesuatu. “Ups!” Menutup bibirnya centil. “Aku lupa mulutmu masih tertutup. Maaf
Di bawah sinar rembulan seorang lelaki sedang duduk lesu sambil menyesali kelalaiannya. Gadis yang sangat ia cinta menghilang tiba-tiba membuat pikiran Eugena kayak. Ia pun meraung-raung di tengah lorong yang sunyi. Membuat para orang yang berlalu lalang terperajat. Melirik Eugene dengan tatapan horor. Membuat orang mengira lelaki itu sedang gila.Saat Eugene menangkupkan kepala tiba-tiba benda hangat menyentuh punggung tangan. Lelaki itu mendongak. Sesosok wanita berdiri didepannya. Melempar senyum. “Violet!” gumam Eugene.“Ni kubelikan coffe.” Menyerahkan Paper Coffe kopi pada mantan kekasihnya. Eugene mengambil kopi yang di berikan Violet. Tiba-tiba gadis itu duduk di samping Eugene. Menunjukkan wajah yang lesu. Membuat dirinya seolah iba dengan Eugene.“Makasih.”Tangan Violet terulur. Menangkup tangan kanan. “Aku turun prihatin atas menghilangnya istrimu.”“Dari s
Byur!Sebuah guyuran air membasah tubuh gadis yang tengkurap di atas lantai. Tampa penerangan sama sekali. Dengan kedua tangan yang terikat ke belakang. Kelopak mata gadis itu mengerja-ngerjakan mata. Mata itu sedikit demi sedikit melebar. Mendongak melihat seorang datang menggunakan penerang seadanya. Sebuah lampu berwarna keemasan menyala. Tapi cahaya itu tidak membantu. Karena hanya menerangi bagian kecil ruangan. Sedangkan yang lain tetap gelap.Wanita itu menarik rambut seorang gadis yang sangat mengerikan itu. “Halo gadis kecil. Selamat datang di wilayahku. Hahahhah...” Tawa pecah dan melepaskan rambut Ayuna dengan kasar.“Kamu kan Violet. Apa yang kau lakukan padaku. Apa salahku.”Wanita jahat itu mengeluarkan jari telunjuknya dan mengetuk-ngetuk ujung dagu seolah-olah berpikir. “Apa ya salah mu?” Ia menarik rambut Ayuna kembali tapi tarikan ini lebih kuat. Gadis itu merintih sakit. “Baiklah. Seperti loe en
Waktu semakin bergulir. Malam demi malam telah terlewati. Di gantikan sang raja pagi terus menyising. Seperti biasa di sekolah cukup ramai. Murid berlalu lalang meninggalkan kelas masing-masing. Termasuk dua murid lelaki dan perempuan yang berjalan saling beriringan. Dari arah lain seorang pria di kelas mengejar mereka. “Hai bro!” Lay langsung merangkul lengan Wanda. Namun perempuan itu langsung bergidik dengan keras. Hingga tangan Lay jatuh “Biasa aja kali Wanda.” “Gue enggak pernah biasa kalau soal elo.” “Sorry lah. Eh omong-omong Yuna beneran di keluari.” “Siapa bilang? Dia hanya mengambil cuti.” “Terserah dah apa kata elo. Tapi kalau loe ketemu Yuna. Nitip salam ya.” Lay langsung berlari meninggalkan Toby dan Wanda. “Dasar cowok.” “Tapi omong-omong waktu Yuna pergi. Diakan ninggalin surat kan?” “Iya tapi katanya Cuma pergi bentar. Tapi pas malamnya gue tunggu dia gak balik.” “Emang udah loe telefon ora