Hazel mengelap setetes air mata yang keluar dari mata kanannya, "Tidak apa-apa kak, tidak perlu minta maaf seperti itu."Hazel tertawa lepas karena ternyata apa yang dia bayangkan selama ini tentang Bibi iparnya jauh dari prediksi. Dia mengira Bibi iparnya akan pemalu dan tidak berani berargument saat tiba di kediaman. Hanya saja ini Keyra, dia terbiasa mengomentari banyak hal. Grek...Torli makanan yang berderit pelan memasuki ruang makan. Para pelayan dengan cekatan menurunkan setiap makanan yang telah dimasak untuk Keyra. Hazel mulai menyantap sup yang tersaji di depannya. Ia berhenti sejenak saat melihat Keyra yang belum mulai makan dan hanya celingukan. "Kakak tidak makan?" tanya Hazel. Keyra malah kebingungan melihat Hazel yang sudah main makan saja padahal yang lain belum tiba, "Dimana yang lain? Apa mereka tidak makan?""Ah, itu. Mereka sudah makan dari tadi.""Apa? Mereka sudah makan? Lalu semua makanan ini untuk siapa?" Keyra memandangi seluruh makanan yang telah tersedi
Reyhan memacu mobilnya dengan kecepatan penuh. Beberapa menit yang lalu dia mendapat telepon dari Lintang tentang kondisi kakeknya. Lintang mengabari bahwa jantung kakeknya sempat berhenti berdetak beberapa detik. "Bagimana kondisinya? Apa yang terjadi?" tanya Reyhan sesampainya di ruangan kakek. "Duduklah dulu." kata Lintang menenangkan. Seperti biasa, mereka berdua berdiskusi di ruang inaq Kakek Reyhan. Rambo dan beberapa penjaga lainnya di suruh menjauh dari tempat itu. "Tadi adalah masa yang kritis. Jantung kakek tiba-tiba berenti berdetak untuk beberapa saat. Beruntung alarm bahaya cepat berbunyi dan beberapa tim medis ku masih di rumah sakit. Sekarang kakek sudah kembali ke kondisi awalnya. Tapi aku hanya ingin memberitahu satu hal. Potensi siuman beliau sangatlah rendah jika melihat data kerusakan otaknya. Aku hanya bisa bilang, kali ini hanya takdir yang bisa membuatnya bangun kembali." jelas Lintang. Semenjak ditugaskan menjadi dokter tetap kakek Reyhan. Lintang melakuka
"Haz! Hazel! " Panggil Keyra berulang-ulang. Hazel langsung menaiki mobil yang sudah terpakir rapi lengkap dengan sopir di depan kediaman. Keyra berlarian mengejar, langkah Keyra terhenti saat menyaksikan halaman depan kediaman Dirgantara yang hampir sebesar glora Bung Karno. "Apa ini? Dimana gerbang keluarnya?" tanya Keyra kebingungan. "Pak, berhenti pak!" kata Hazel memberi perintah. Dia dengan segera keluar dari mobil dan menghampiri Keyra yang tampak kebingungan. "Ada apa? Kakak kembali ke dalam saja. Aku sedang tidak mau berbicara dengan pamanku. Kakak akan kebingungan kalau mau keluar.""Kalau begitu biarkan aku ikut denganmu.""Kakak tidak akan berangkat dengan Paman Reyhan?"Keyra langsung menggandeng tangan Hazel, "Aku akan berangkat denganmu saja, ayo." kata Keyra sembari mendorong tubuh Hazel untuk kembali masuk ke dalam mobil. Keyra terdiam membisu saat sopir mobil itu menurunkan mereka di gerbang utama, "Nona sudah sampai."Hazel menarik tangan Keyra untuk segera kel
Keyra mendapati keributan di lantai staff sekretaris. "Bagaimana ini, kita dilarang bergosip dan membahas hal ini. Tapi Miki membuat kita ingin terus membahasnya," kata Nadine setengah berbisik. "Benar juga. Bagaimana mungkin satu kantor tidak bergosip jika kelakuan Miki seperti itu pada Pak CEO." sahut Surya. Kini Miki tengah membawa buket bunga segar di tangan kirinya dan sebuah rantang makanan di tangan kanannya. Miki seperti biasa masuk ke ruangan Reyhan tanpa permisi. Penampilannya sekarang mirip sekali seperti seorang istri yang mengantarkan makan siang suaminya. Keyra yang menyadari apa yang terjadi langsung masuk ke ruang Reyhan, "Permisi, apa anda ada urusan dengan Pak Reyhan? Beliau sedang inspeksi di luar kantor." kata Keyra mengabarkan. Miki yang sedari tadi tengah mengatur bunga segarnya di atas meja Reyhan kini beralih menatap tajam ke arah Keyra, "Kamu bahkan tidak mengetuk pintu saat masuk? Dimana sopan santunmu?" tanya Miki kesal. Keyea tak habis pikir deng
"Ada apa?" tanya Daniel yang melihat kedatangan Reyhan di pintu masuk ke ruang makan. "Bukankah kalian yang memanggilku kesini?" tanya Reyhan balik. "Huh, kapan kami memanggilmu?" tanya Janice yang sedang asyik menyantap makan malamnya. "Istriku bilang kalian mencariku, jadi aku sebaiknya makan malam di kediaman Dirgantara saja." kata Reyhan menimpali. "Aku yang memanggil kalian," suara rendah Hazel terdengar saat memasuki ruang makan. Reyhan, Janice dan Daniel menatap tak percaya saat mendapati sosok Hazel melangkah masuk. Dahulu, jika Hazel keluar dari percakapan seperti yang dilakukannya tadi pagi. Hazel tidak akan kembali ke kediaman 3 sampai 5 hari. Bahkan bisa sampai satu minggu. Ini pertama kalinya Hazel langsung kembali setelah beradu melarikan diri tadi pagi. Reyhan mengambil posisi duduk di sebelah saudarinya. Sementara Hazel duduk di depan 3 keluarga yang paling ia sayangi. "Maafkan aku," kata Hazel lirih. "Maafkan aku, karena tidak dewasa menyikapi perbedaan pendap
"Mbak, astaga yang benar saja, anda menampar teman saya di depan umum seperti ini?" ucap gadis berambut hitam lurus tak percaya dengan sikap sembrono Miki. Miki memutar bola matanya, "Aish, kalian membuatku kesal.""Orang ini benar-benar tidak punya sopan santun. Apa anda tidak malu sebagai orang dewasa?" tanya pria yang berdiri di samping gadis berambut hitam lurus. Ketiga remaja itu benar-benar tersulut emosi. "Aku kasih melihat anda setua ini tapi tidak punya adab. Apa orangtua anda tidak mengajari sopan santun? Atau suami anda tidak mengajarkan hal itu? Atau anda belum menikah, hingga tidak ada yang bisa mendidik anda?"Plak! Satu tamparan keras kini mendarat di wajah gadis berambut hitam lurus. Tamparan itu membuatnya terpaksa menghentikan komentar pedasnya pada Miki. Pria yang berdiri disampingnya dengan penuh emosi balas maju mendekati Miki hendak bermaksud balas dendam. "Pikirlah sebelum kamu melukaiku di sini!" tandas Miki. "Bukan aku yang harus dididik, tapi kalian. Ora
Brag!Kodo kecil berisikan tiket nonton itu jatuh bebas ke tanah saat tangan kekar Reyhan mendarat di pipi kiri Miki. "Rey, kamu baru saja menamparku?" tanya Miki tak percaya, tangan kirinya memegang pipinya yang baru saja terkena tamparan Reyhan. Mata Miki terbelalak sempurna. Reyhan bukan orang yang kasar dan suka main tangan pada perempuan, apalagi jika itu berurusan dengannya. "Kelakuanmu membuatku sangat malu," ujar Reyhan. Wajah Reyhan terlihat merah padam. "Minta maaflah pada mereka dan aku tidak akan memperhitungkan apapun lagi," kata Reyhan mengamcam. Miki mengepalkan tangannya, "Kenapa aku harus minta maaf?""Kenapa? Kamu tanya kenapa? Apa kamu gila? Kamu baru saja melakukan kekerasan di depan umum, dan lebih memalukan lagi kamu melakukan hal itu pada orangku?Kamu tahu dia sekretarisku dan tetap berlaku seperti itu padanya? Apa kamu sedang menantangku?" tanya Reyhan dengan nada marahnya yang semakin terdengar jelas. Miki mengumpat di dalam hatinya. Dia berusaha keras
"Kita satu kamar?" tanya Keyra saat terkejut melihat suaminya duduk di ujung ranjang saat dirinya keluar dari kamar mandi. "Akan aneh kalau kita tidak sekamar," balas Reyhan singkat. Meski kehidupan rumah tangga mereka terbilang sudah sangat romantis. Akan tetapi mereka sampai saat ini belum pernah berbagai kamar yang sama. Menginap di kediaman Dirgantara dengan status sebagai suami istri tentu saja harus membuat mereka berada di satu kamar yang sama. Tok... Tok... Tok... "Tuan, ini pakaian Nyonya Muda yang anda pesan." suara seorang pelayan di luar kamar terdengar dengan jelas di telinga Keyra dan Reyhan. Cklek. Reyhan membuka pintu kamarnya, mengambil beberapa setelan pakaian yang telah dibawakan. "Apa kakakku masih belum kembali?" tanya Reyhan pada pelayan yang berdiri di depannya. "Belum Tuan," jawab pelayan itu singkat. "Baiklah, kamu bisa pergi."Pelayan itu dengan patuh pergi sesuai perintah Reyhan. Pria itu kembali masuk ke kamar dan menutup pintu perlahan. Alis kirin