Setelah insiden drama Gabriel yang ngambek karena gagal makan siang bersama dua wanita kesayangannya itu, Gabriel masih enggan mengeluarkan sepatah kata pun untuk menjawab semua pertanyaan yang diberikan oleh Calista.Seperti waktu Calista menanyakan kemana tujuan mereka makan kali ini ketika di mobil, Gabriel hanya bersedekap tangan dan hanya fokus pada jalanan yang ada di depannya.Karena tidak mendapat pencerahan dari pertanyaan yang diberikannya pada Gabriel, akhirnya Calista memilih untuk membelokkan mobilnya ke restoran yang berada didekat sebuah mall terbesar di kota itu, dengan menu spesial ayam goreng kesukaan Gabriel. Dan Gabriel tidak menanggapi apa-apa saja yang dilakukan oleh Calista."Kau tidak mau turun juga?" Tidak ada tanggapan apapun dari Gabriel, dirinya masih saja bersedekap seperti tadi."Baiklah, aku turun sendiri." Akhirnya Calista turun dari mobil dan memasuki restaurant itu seorang diri.Calista masuk dan mencari tempat yang masih kosong disana. Namun pandanga
"Karina tadi menemuiku.""Lalu?""Dia memintaku untuk menjadi ayah bagi anaknya—Fellicia."Aneta tidak mengerti kemana arah pembicaraannya dengan Reksa kali ini. Karina? Menjadi ayah? Dan juga Fellicia? Apa sebenarnya yang terjadi? Bukankah memang Fellicia itu anaknya Reksa dan Karina? Lalu untuk apa Karina meminta Reksa untuk jadi ayah untuk anaknya?"Kenapa kau diam?" tanya Reksa pada Aneta ketika Aneta tidak memberikan respon seperti apa yang diinginkannya."Lalu aku harus seperti apa? Bukankah Fellicia anak kalian, jadi untuk apa juga kau menceritakan semua ini padaku?" sulut Aneta karena dia sedikit terbawa suasana ketika terbayang perkataan Karina bahwa Fellicia adalah anak Reksa."Aku…." Reksa ingin mengelak, ingin sekali mengatakan kalau Gabriel lah anaknya, tapi lidahnya kelu, karena ia sendiri kurang yakin kalau Gabriel lah anak kandungnya."Sudahlah, Sa. Itu urusan pribadi kalian, aku tidak mau ikut campur." Aneta berbalik dan akan melangkah keluar ruangan CEO."Apa kau tid
Seketika Calista berlari keluar, dan benar saja, Gabriel menangis dan disampingnya ada seorang wanita paruh baya yang sedang menenangkan Gabriel."Briel, maaf Aunty lama…." Calista langsung membuka antiseptik dan mengoleskan antiseptik itu pada luka Gabriel.Dan semua ketelatenan Calista mengobati Gabriel tak luput dari perhatian wanita paruh baya di samping Gabriel."Dia berumur berapa tahun?" tanya ibu Vina pada Calista.Calista mendongak dan tersenyum. "Enam tahun, Bu."Mendengar jawaban Calista membuat ibu Vina menjadi sedih, kalau saja putrinya masih di sini, mungkin cucunya sudah sebesar anak kecil yang berada di depannya saat ini. Selesai mengobati luka di lutut Gabriel, Calista yang mendengar isakan tangis ibu Vina langsung mendongak, ia tampak khawatir. Calista lalu duduk di samping ibu Vina dan memegang tangannya."Ibu kenapa? Apa Ibu sakit? Aku seorang dokter, jadi tolong bicaralah keluhan Ibu," Calista berkata dengan pelan takut wanita itu tambah menangis.Namun bukan jaw
Jantung Aneta terasa ingin copot dari tempatnya. Apa yang diucapkan Calista tadi?Reksa ternyata ingat kejadian itu.Bagaimana jika Reksa tau itu adalah dirinya. Aneta hanya diam. Diam antara dua hal, yang pertama diam karena ia berpikir mungkin Reksa sudah mengetahui semuanya. Dan yang kedua diam karena ingin mendengar lanjutan cerita dari Calista."Reksa menjadi dokter anak karena ingin menemukan anaknya. Pasti dalam hatimu bertanya 'kan?! Kenapa harus menjadi dokter anak, sedangkan Reksa saja takut pada jarum suntik." Calista menghela napas."Ketahuilah, Ta. Reksa mati-matian melawan rasa takutnya pada jarum suntik sejak ia tahu dari salah seorang detektif yang ia sewa, kalau wanita yang ditidurinya itu melarikan diri ke Singapore, walaupun detektif itu masih ragu, namun Reksa tidak memberikan kesempatan detektif itu untuk memberikan keterangan berikutnya hanya karena Reksa takut kecewa. Dia berpikir dengan menjadi dokter anak pasti akan bertemu anak yang berbeda setiap harinya,
Gabriel mendongak melihat wajah uncle baik hatinya itu. Dan disana ia melihat tidak ada penolakan atas ucapan gadis kecil yang baru datang tersebut, lantas Gabriel melepas pelukan itu. Sungguh demi apapun, Reksa sangat tidak tega dengan Gabriel. Raut wajah itu begitu sedih mendapati kenyataan kalau sebenarnya Reksa sudah mempunyai anak.Aneta meraih pundak Gabriel dari belakang dan menariknya pelan."Mm, Briel … ini sudah malam dan kita sudah selesai makan. Sebaiknya kita pulang saja." Calista mengambil alih suasana yang tadinya hangat tiba-tiba berubah menjadi panas.Calista sangat ingin bicara dengan Reksa, tapi melihat wajah Gabriel, sepertinya ini bukanlah waktu yang tepat. Gabriel hanya bisa menundukkan kepala, sementara Reksa yang ingin sekali membuka mulut untuk menjelaskan kesalahpahaman ini hanya bisa terdiam karena ia pikir menjaga hati seorang anak yang menderita penyakit kanker darah stadium lanjut lebih penting daripada menjaga perasaan yang ia duga anaknya sendiri. Bukan
"Boleh aku bertanya sesuatu tentang kalian berdua?"Karina langsung memandang lelaki yang mulai ia kagumi itu."Siapa sebenarnya ayah Fellicia?"Reksa langsung menanyakan hal yang sejak kemarin bercokol di pikirannya. Karina diam, ia bingung harus menceritakan yang sebenarnya atau harus mengarang cerita supaya Reksa tidak salah paham akan apa yang sebenarnya terjadi."Apakah jika aku jujur padamu, kau akan percaya pada ceritaku ini?""Tentu, katakan siapa orangnya, kalau aku kenal, aku akan membawanya datang padamu dan memperlihatkan keadaan Fellicia yang sebenarnya."Karina terus memandangi Reksa, melihat kedua mata itu, mata yang dulu tidak seberani itu menatapnya dengan sangat tegas seperti sekarang ini. Ia terharu karena ternyata Reksa masih peduli padanya, masih sama seperti yang dulu, dan ia sangat yakin kalau Reksa masih mencintainya seperti dulu juga. Tapi bukan ini yang dia harapkan, bukan tanggung jawab dari lelaki b*jingan itu yang ia harapkan. Dulu Reksa memang tidak mena
Reksa mengantar Karina dan Fellicia sampai depan rumah mereka. Wajah Fellicia masih murung karena ia selalu mengingat betapa bahagianya teman Fellicia yang selalu menceritakan tentang kebersamaan dengan ayahnya, tapi mengapa dirinya tidak bisa melakukan hal yang sama?Karina dan Reksa yang sadar akan ekspresi wajah Fellicia itu pun saling pandang. Mereka lalu mendekati Fellicia dan menggandengnya masuk menuju rumah. Ketika sampai di depan teras, Reksa berjongkok mensejajarkan tinggi badannya dengan gadis kecil di depannya itu."Fell, saya pergi dulu, kamu baik-baik ya dirumah, segeralah cuci kaki dan tanganmu, lalu lekas istirahat." Setelah berkata seperti itu, Reksa kemudian berdiri dan mengusap puncak kepala gadis kecil itu, lalu beranjak dari sana.Namun baru akan masuk ke mobil, Reksa dikagetkan oleh suara teriakan Karina. Reksa kemudian menutup pintu mobilnya kembali, lalu segera menghampiri Karina dan Fellicia."Ada apa dengan Fellicia?" tanya Reksa ketika melihat Fellicia sudah
Setelah melalui beberapa bujukan serta rayuan Reksa pada Fellicia untuk pulang dan menemui ayahnya di apartemennya, Reksa akhirnya bisa melepaskan diri dari anak kecil yang menganggapnya ayah itu. Walau dirinya merasa bersalah telah menipu gadis kecil itu, tapi Reksa tidak bisa melakukan hal apapun untuk Fellicia selain mengaku dan berpura-pura jadi ayahnya.Dengan kecepatan tinggi, mobil Reksa membelah jalanan ramai lancar di kota yang bersejarah bagi dirinya tersebut. Hatinya mulai tak tenang memikirkan ada hal penting apa sampai Hendarto saat ini berada di apartemen yang ia pinjami sebagai tempat tinggal sementara untuk Calista.Tanpa berlama-lama, sekarang dirinya berada di parkiran dan akan segera naik ke lantai atas, namun saat akan menekan tombol salah satu lift yang ada disana, dirinya tertegun saat mendapati seseorang yang berada di dalam lift tersebut.Ketiga orang yang berada di dalam lift itu keluar. Tidak ada sapaan hangat lagi seperti biasa dari Gabriel untuk Reksa. Bagi
Tanpa diduga, Karina bersama Felli tersenyum manis di depan pintu apartemennya. Sangat menyebalkan, pikir Reksa. Apakah sopan bertamu di jam saat ini? Sungguh sangat mengganggu bagi Reksa."Papa." Felli langsung memeluk Reksa.Dan dengan terpaksa Reksa merubah raut wajah yang tadinya cuek menjadi sedikit lembut, karena walau bagaimanapun Felli adalah anak kecil yang tidak tahu apapun tentang masalah yang saat ini ada."Pa, aku bermimpi sangat buruk. Aku takut, Pa." Felli mengadu dalam pelukan Reksa."Tidak apa-apa, Fell. Itu hanya mimpi.""Kenapa Papa tidak mau tinggal bersamaku. Aku ingin tidur ditemani Papa." Reksa melepas pelukan Felli, mencoba memberi penjelasan pada anak kecil itu."Tidak bisa, Fell. Jaraknya terlalu jauh dari kantor saya. Lagi pula saya banyak pekerjaan untuk saat ini.""Baiklah kalau begitu aku saja yang tinggal bersama Papa disini."Reksa sontak melotot pada Karina. Ia seakan memberi bahasa isyarat. Dan Karina terlihat seperti gugup dan salah tingkah. Namun ak
Bagai bunga layu selama bertahun-tahun yang kemudian disiram air. Hati Gabriel sangat bahagia. Bagaimana tidak? Hal ini adalah hal yang paling di tunggunya. Gabriel adalah anak normal yang menginginkan keluarga lengkap. Namun binar bahagia yang tampak jelas di mata Gabriel kini redup saat Aneta mengatakan hal yang mematahkan mimpinya yang menginginkan sebuah keutuhan dalam hidupnya."Jika memang itu tujuanmu datang kesini, maka pergilah. Gabriel tidak akan pernah menanyakan hal itu padaku. Tolong jangan usik kami lagi." Sungguh kata-kata yang keluar dari mulut Aneta baru saja adalah sebuah kemunafikan. Sangat berbanding terbalik dengan apa yang ada di hati dan yang ada di pikirannya.Bukan untuk dirinya, melainkan untuk kebaikan Gabriel nanti. Ia bisa menjamin masa depan Gabriel untuk kedepannya, jika hal itu tentang sebuah materi, entah itu uang jajan maupun uang sekolah, Aneta tetap akan selalu berusaha untuk memenuhinya, walau bagaimanapun caranya.Tapi untuk kasih sayang seorang a
Setelah setengah jam perjalanan Calista berhenti di toko kue, dirinya mengambil dua buah kue blackforest dan menuju kasir untuk melakukan pembayaran. Kemudian Calista keluar dan masuk kembali kedalam mobilnya. Calista melanjutkan perjalanan dan Reksa masih setia mengikuti mobil Calista dari belakang. Tidak berselang lama, Calista kembali membelokkan mobilnya ke sebuah taman. Reksa sumringah. Ia berpikir pasti Calista kesini karena ingin menemui Gabriel. Karena anak kecil itu sangat suka sekali dengan yang namanya jalan-jalan, walaupun hanya ke taman saja.Tidak lama berselang ada wanita paruh baya menghampiri Calista. Reksa bingung, siapa wanita itu? Tidak banyak orang di Indonesia yang ia kenal. Mereka tampak mengobrol sangat akrab, dan ketika menoleh ke samping, Reksa terkejut, bukankah itu adalah wanita yang kemarin ia temui di alamat yang dikirim oleh Alex.Tapi apa hubungannya Calista dengan wanita itu. Atau jangan-jangan ini hanya permainan Calista saja yang ingin menghambat di
Setelah berhasil membuat Reksa pergi dari halaman rumah Aneta, bibi Ranti mengajak ibu tetangga sebelah itu untuk masuk kedalam rumah, sekedar minum teh sebagai ucapan terimakasih.Ketika ibu itu masuk kedalam rumah, ibu itu mendadak berhenti ketika melihat foto bayi terpampang di depannya ketika akan melangkahkan kaki ke dalam rumah. Menyadari ibu tadi hanya diam saja diambang pintu sambil melihat foto bayinya Gabriel, bibi Ranti menoleh kebelakang lalu memperhatikan kemana arah pandang ibu itu."Dia Gabriel, Bu. Cucuku. Sangat manis bukan? Dia sangat menggemaskan.""Oh ya, lalu dimana ibunya, Bu?""Itu yang bawahnya adalah fo …." Ucapan bibi Ranti terputus waktu tangannya menunjuk foto Aneta yang ternyata tidak ada di atas nakas."Ah, sepertinya foto itu dipindahkan ke dalam kamarnya. Lain kali ku kenalkan pada orangnya saja. Ayo, Bu, silahkan masuk. Ini adalah rumah baru yang dibeli oleh anakku dengan susah payah.walaupun sederhana tapi rumah ini lebih layak dari rumah sebelumnya.
Merasa tidak akan ada pertolongan dari ibunya, Gabriel memilih berdiri sendiri dengan raut wajah yang bisa lah di lipat seperti kardus bekas. Kusut sekali. Gabriel berdiri dan membersihkan tangan dan celananya dari debu bekas tadi dirinya terjatuh.Anak kecil itu memperhatikan wajah ibunya. "Mama tidak apa-apa?"Kekhawatiran mulai ditunjukkan oleh Gabriel. Ia seperti melihat ibunya ketakutan. Berkali-kali dirinya memanggil nama ibunya, tapi ibunya sama sekali tidak merespon. Lalu Gabriel menarik tangan Aneta, dan disitulah Aneta baru tersadar ada Gabriel disampingnya."Mama kenapa?""Tidak apa-apa, Briel. Sepertinya Mama sudah selesai belanja dan sekarang kita bayar dulu di kasir. Ayo, Briel."Aneta langsung menarik tangan Gabriel. Dan tanpa sadar menyeret anak kandungnya itu untuk cepat mengikuti langkah kakinya."Pelan-pelan, Ma. Aku hampir saja terjatuh." Barulah Aneta menoleh kebelakang dan mendapati wajah Gabriel yang meringis menahan sakit. Aneta menunduk untuk memeriksa bagian
Dengan pandangan marah dan kesedihan di wajahnya, Karina menarik tangan Reksa untuk keluar dari ruangan rawat inap putrinya, supaya Felicia tidak bisa mendengar pembicaraan kedua orang dewasa tersebut."Reksa, apa yang kamu lakukan? Apa kamu berniat memberitahukan hal itu pada Felicia? Kamu bukanlah ayah kandungnya dan dia tidak perlu tahu. Hal itu hanya akan membuatnya terus kepikiran lalu akhirnya drop kembali. Aku sungguh tidak ingin hal itu terjadi."Reksa menghela napas mencoba membuat alasan yang tepat supaya Karina mengerti tentang keadaannya, "Tapi aku rasa Felicia perlu tahu kebenarannya."Jawaban Reksa membuat Karina sedikit menahan emosinya. "Apa maksudmu Reksa? Apa kau mulai bosan dengan Felicia? Kenapa baru sekarang kau menunjukkan kalau sebenarnya enggan untuk dimintai pertolongan? Kalau tidak ingin melakukannya kenapa tidak jujur dari awal. Ini sudah setengah jalan Reksa, dan kau mau mundur? Maaf Reksa aku tidak bisa membiarkannya.""Tolong mengertilah, Karina. Aku sen
Akhirnya Mobil Calista sampai di rumah baru Aneta. Mereka semua turun. Calista akui selera Aneta memang elegan. Terbukti dengan rumah minimalis yang dibeli Aneta saat ini. Dilihat dari depan saja Calista bisa menilai kalau rumah ini sangat nyaman. Ya, walaupun rumahnya mungil tapi Calista akan sangat betah jika sedang bermain kesini."Ah, sepertinya kalau nanti aku bermain kesini, pasti akan sangat berat jika harus pulang.""Kalau begitu tinggal disini saja, Aunty.""Tidak, Briel. Ini lumayan jauh dari rumah sakit Aunty kerja. Tolong jangan buat iman Aunty goyah," canda Calista sembari memasang raut wajah sok melasnya."Sudah, jangan mendebat aunty kamu, Briel. Apa kalian tidak penasaran bagaimana keadaan dalam rumah kita?" Aneta yang baru saja menurunkan tas besar dari bagasi belakang pun ikut menyahut."Penasaran sekali, Ma. Ayo kita lihat kedalam," jawab Gabriel antusias.Gabriel menarik pelan tangan ibunya menuju halaman depan rumah itu. Sedangkan Calista dan bibi Ranti mengikuti
Reksa berlari menuju kamar ruang inap Gabriel, selama tiga hari ini Reksa menghadapi hari-hari yang sulit karena teringat Gabriel, tapi tidak bisa menemuinya.Ya, selama ini Reksa tinggal di rumah Karina. Reksa terpaksa mau tinggal di rumah itu karena takut Felicia kenapa-kenapa, dan Reksa takut akan menyesal jika hanya karena dirinya meninggalkan Felicia walau sebentar saja. Reksa tidak bisa menemui Gabriel karena Felicia selalu mencarinya di saat dirinya tidak terlihat dalam pandangannya.Kecuali di malam hari. Seperti keinginan Felicia sebelumnya, anak kecil itu ingin tidur bertiga, dan Reksa melakukan hal yang menurutnya tidak sesuai dengan kata hatinya itu. Sebenarnya dirinya sudah berkali-kali menolak ajakan itu, tapi Karina seakan-akan selalu mendukung anaknya untuk membuat mereka tidur dalam satu ruangan. Dan benar saja, mereka tidur dalam satu kamar, tapi Reksa selalu pindah ke sofa, setelah Felicia tertidur.Pernah suatu malam ketika Felicia dan Karina sudah tertidur, Reksa
Tiga hari kemudian, Gabriel sudah boleh pulang. Sementara tiga hari masa pemulihan Gabriel di rumah sakit Reksa tidak pernah lagi menampakkan batang hidungnya setelah kejadian waktu itu. Dan Gabriel paham ternyata ayah kandungnya tidak menyayanginya. Itulah yang ia tangkap dari beberapa kejadian belakangan ini. Sungguh Gabriel sangat kecewa pada orang yang telah mengaku sebagai ayah kandungnya itu.*flashback onHari itu Gabriel bolos sekolah kembali, ia berpikir bagaimana caranya supaya dirinya bisa memberi banyak uang kepada ibunya, dan membantu keuangan ibunya yang ia tahu sedang mengumpulkan uang untuk membeli rumah kecil-kecilan namun layak huni untuk mereka tinggali berdua. Gabriel kembali berencana menuju pasar, karena disanalah dirinya bisa mendapatkan uang yang lumayan banyak bagi anak sekecil dia, walaupun sedikit ngeri dengan kejadian kemarin ketika uang Gabriel akan direbut para remaja di sekitar pasar tersebut, tapi kali ini dirinya bertekad akan berhati-hati supaya tid