Satchel masih membenarkan rambutnya yang kusut. Bukan karena badai topan yang baru saja menerjangnya, melainkan bayi ini yang terus menjambak rambut merahnya bahkan hampir membuat kulit kepalanya ikut tertarik.
"Tanda tangani itu!" perintah Archie sambil memberikan dua lembar kertas yang berisikan kalimat-kalimat panjang.Satchel menaruh kantung es di meja dan membaca setiap bait kalimat di kontrak tersebut. Banyak sekali bulir poin yang sesekali membuat Satchel mengerutkan keningnya kemudian menyeringai, kadang kala wanita itu juga memberikan mimik wajah aneh."Bagaimana aku bisa bekerja jika kau membatasi hubunganku dengan sang bayi?" Satchel menunjuk poin nomor dua."Harus ada jarak di antara kalian. Beberapa kali pengasuh sebelumnya mencoba untuk mencium anakku dan aku sangat tidak suka." Archie menyemprotkan antiseptik ke tangannya. "Aku tidak bisa membayangkan banyak kuman yang bersarang di tubuh Aaron hanya karena bersentuhan dengan pengasuh yang begitu menjijikkan."1. Memakai masker saat keadaan tidak memungkinkan.2. Tidak boleh menyentuh Aaron secara intens.3. Harus selalu memakai sarung tangan.4. Mainan Aaron harus selalu di cuci dua jam sekali menggunakan sabun antibakterial sekaligus antiseptik.5. Dilarang memakan junkfood saat menjadi pengasuh Aaron.6. Pakaian dan rambut ditutup dengan sangat baik, tanpa mengumbar sesuatu yang tidak sepantasnya.Satchel menggigit bibirnya saat membaca sekali lagi poin nomor enam. Ya, setelah ini ia akan mampir ke minimarket untuk membeli masker wajah sekaligus penutup rambut."Kau bekerja dari jam delapan pagi hingga tujuh malam. Aku sengaja memulangkan kau agak malam karena kadang aku masih bekerja di jam segitu. Aku harap kau paham." Archie memainkan jam tangan yang sedang dipakainya."Bagaimana dengan bene—""Aku membayarmu dengan harga yang pantas, kau tidam perlu risau," potong Archie saat ia tahu apa yang ada dipikiran Satchel."Semua harus jelas dalam kontrak." Satchel protes."Yang kau pegang bukan kontrak, melainkan peraturan yang aku buat saat kau menjadi pengasuh anakku." Archie membuka laci yang ada di meja kerjanya dan memberikan satu amplop cokelat pada Satchel.Terlalu banyak peraturan!Dulu saat ia masih mudah untuk mendapat pekerjaan, apalagi bekerja di perusahaan bonafit tidak terlalu banyak embel-embel persyaratan yang ada. Toh, karena perusahaan tempat ia bekerja sangat tahu siapa dirinya. Sedangkan sekarang? Sungguh, hanya menjadi pengasuh bayi saja ia harus menghafalkan peraturan dari A sampai Z.Mata Satchel membulat saat retinanya langsung menangkap nominal dolar yang begitu menyenangkan mata.50 dolar untuk per jam?!Itu berarti ... Jika Satchel sehari menghabiskan waktu sekitar 11 jam, uang yang akan ia dapatkan adalah 550 dolar?Wow! Dan sebulan ia bisa mendapatkan lebih dari sebelas ribu dolar?!Honor yang hampir sama saat ia bekerja menjadi pencicip vodka."Jika aku puas dengan pelayananmu, maka aku tak akan segan-segan untuk memberikan bonus sekaligus tunjangan yang lain." Archie melanjutkan kalimatnya, "Kau hanya perlu menemani Aaron bermain, karena untuk makan sekaligus mandi sudah ada perawat yang bertanggung jawab."Satchel membelalakkan matanya. Mudah sekali pekerjaannya. Hanya menemani bayi?! Ia benar-benar mendapatkan jackpot."Kapan aku bisa mulai bekerja?" tanya Satchel dengan wajah tak sabar. Ia kemudian mengikat rambutnya menjadi buntut kuda dan melupakan sakit yang tadi hinggap di kulit kepala.Archie menyunggingkan sebelah bibirnya dan kemudian ia mengambil plastik yang berisikan satu set pakaian yang ada di lemari."Setelah kau tanda tangani dokumen itu dan membacanya dengan benar, segera ganti pakaianmu dengan ini, Nona." Pria besar itu menghampiri Satchel dan memberikan bungkusan bening tersebut. Setelah itu, ia mengambil antiseptik di kantungnya dan kemudian menyemprotkan ke kedua tangan."Aku memberikanmu kontrak selama tiga bulan selama masa percobaan." Archie menyemprotkan antiseptik ke arah Satchel dan membuat wanita itu secara mendadak memejamkan mata. "Dan saat kau menginjakkan kaki kemari, aku peringatkan untuk selalu jaga kondisiimu dari bakteri-bakteri yang hinggap dari jalanan."Sialan! Di mata Archie, Satchel bagaikan hama yang hinggap.Pria itu mengusir Satchel untuk pergi dari ruangannya jika telah selesai.Satchel menghentakkan kakinya sedikit kesal karena perlakuan pria besar itu yang semena-mena."Satu kuman telah masuk ke kediamanku." Archie menggeleng dan kemudian mengambil sepasang sarung tangan kesehatan, tak lupa juga ia memakai masker untuk menutupi hidungnya dari berbagai zat bahaya.Siapa yang menyangka, di balik lemari besar itu ia menyimpan alat penyemprot kuman yang besarnya tidak lebih dari penyedot debu.Dengan terampil Archie menyemprotkan setiap sisi kursi sekaligus meja kerja dirinya yang ia yakini telah dipegang oleh Satchel. Ia juga mengelap pinggiran kursi dengan tisu antibakterial demi memuaskan egonya.Belum sempat ia membersihkan yang lain, pria itu menekan tombol telpon untuk mebghubungi seseorang."Bawakan aku karpet hitam baru, Ken!" perintah Archie.Tak sampai lima menit, pria yang memiliki rambut klimis itu membawakan satu plastik besar yang Archie yakini adalah benda yang dimintanya."Kau kotor!" Archie menyemprot antiseptik ke arah Ken. "Kau mengambilnya dari gudang, kan?"Ken mengangguk, "Ini karpet baru, Tuan. Tak ada debu dan aku sudah pastikan tidak ada kuman yang hinggap."Ken, asisten dari Archie, dengan tangan yang sudah terbalit sarung tangan kesehatan langsung mengambil bekas karpet di ruangan ini dan menggantinya dengan baru."Apa kau tadi bersalaman dengan wanita itu, Ken?" Archie menyipitkan matanya."Tidak, Tuan.""Baguslah, karena aku mencium aroma tidak enak dari tubuhnya. Aku mencium aroma kemiskinan." Archie melepas sarung tangannya dan masker.Ken yang mendengar itu hanya menatap Archie dengan tampang meringis.Aroma kemiskinan adalah aroma paling tidak enak, itu menurut Archie, dan tuannya itu sangat tidak suka jika ia ikut tercium aroma tersebut. Maka dari itu, bekerja dengan Archie membuat dompet Ken semakin tebal sekaligus aroma Ken menjadi tercium bak orang kaya."Apakah kakek sudah pergi, Ken?" tanya Archie."Sudah, Tuan Addy berangkat jam sepuluh tadi, setelah berbincang sebentar dengan Nona Bloosom." Ken menyemprotkan antiseptik pada tangannya. Hampir lima tahun ia bekerja dengan Archie, sepertinya ia mulai mengikuti tabiat sang tuan."Apa kau sudah melihat CV yang Satchel berikan? Aku sangat tidak yakin dia pernah bekerja di panti sosial.""Tapi aku sudah mencari dengan akurat hal tersebut, dan panti sosial memang mengeluarkan surat keterangan kerja untuk Nona Bloosom." Ken memberikan beberapa kertas di dalam map tebal berwarna hitam. "Namun, ada beberapa kejanggalan yang aku dapatkan. Beberapa kali dia ditemukan di sebuah kelab yang Anda kelola, Tuan."Archie menyipitkan matanya saat melihat potret seorang wanita yang sedang duduk bersama dengan pria berbadan buncit. Pria yang ia yakini pelanggan setia kelabnya."Apakah dia wanita sewaan?" tanya Archie memastikan."Tidak, aku juga sudah mengkonfirmasi dengan Dahlia, tak ada Satchel Bloosom di daftar anak buahnya. Aku yakin dia hanya orang luar yang memang datang sesekali ke kelabmu." Ken memerikan lagi dokumen pada Archie."Pentagon Luxury?" Archie mengernyitkan keningnya."Tahun lalu dia sempat bekerja di sana. Satchel yang dikenal dengan Sasya adalah pencicip vodka yang cukup mumpuni. Luxury mampu membayar mahal dirinya karena nona Bloosom lihai dalam bidang tersebut."Menarik!Apakah Archie baru saja dipermainkan? Satchel berbohong dengan resume yang ia berikan?Sudah sangat jelas bahwa ia sama sekali tidak percaya dengan Satchel, wanita muda itu pasti sangat tidak berpengalaman untuk mengurus bayi.Ia kemudian pergi dengan cepat menuju ruangan Aaron, melihat bagaimana ekspresi anaknya karena berkenalan dengan pengasuh yang baru."Bagaimana kauu bisa memegangnya seperti itu? Apakah kau lihai dengan pekerjaanmu?!" Kemarahan Archie naik seketika saat melihat Aaron menangis saat ada digendongan Satchel. "Kau sungguh tidak becus dengan pekerjaanmu, ya?!"Satchel yang terkejut sekaligus tersentak, langsung mundur dua langkah saat Archie mengambil paksa Baby Aaron dari tangannya.Ia tak mengerti kenapa pria ini begitu marah."Apa yang membuatnya menangis? Ia tak pernah menangis di pagi hari dan sekarang karena kedatanganmu, dia menjadi seperrti ini. Apa yang telah kau lakukan untuk anakku?!"Difitnah seperti itu meembuat Satchel termenung. Wanita yang sekarang memakai pakaian serba putih dan memakai penutup kepala itu melihat Archie dengan pandangan bingung."Aku sama sekali tidak mengerti. Aku baru datang dan dia menang—""Sudah cukup!" Archie menatap pengasuh lain yang ada di ruangan ini. "Siapkan keperluan Aaron dan taruh di mobilku. Untuk hari ini dia akan ikut ke kantor, dan kau ikut denganku." Archie menunjuk salah satu pengasuh muda yang biasa menyiapkan segala macam makan untuk anaknya.Archie pergi sambil menimang bayi lucu tersebut. Sedangkan Satchel ia mencoba untuk membantu pengasuh yang tadi di suruh sang tuan."Biar aku bantu.""Panggil saja aku Kitty. Kau harus siao dengan segala tempramental yang tuan muda berikan. Dia memang seperti itu." Kitty menasehati. "Dia jarang sekali membawa Baby Aaron ke kantor, tapi berbeda dengan hari ini."Kitty menatap Satchel dengan pandangan meringis, "Selagi Baby Aaron pergi, kau bisa membersihkan ruangannya, dan pastikan juga kau mencuci mainannya menggunakan antiseptik, Satchel."Satchel mengangguk paham.Andai saja, ia memiliki uang banyak dan menikah dengan milyader, kemungkinan besar ia tak akan berjibaku dengan popok serta muntahan bayi.Ia melihat muntahan Baby Aaron yang mengenai karpet berwarna cream, muntahan berwarna merah karena bayi itu memakan wortel. Baby Aaron bukan sakit atau apa, setahu Satchel, tadi ia melihat Aaron diberikan makan dan kemudian menangis. Mungkin itu pemicunya."Ew!" kata Satchel jijik. Ia mengangkat tissue basah itu dan membuangnya ke karpet. "Sabar, Satchel. Ini hanyalah bubur. Ingat. Bubur yang keluar dari—""Biasakan dirimu, Nona. Bukankah bayi memang seperti itu? Makan, tidur, menangis, bermain, dan poop." Suara berat itu secara tiba-tiba mengusik gendang telinga.Ken!"Aku tidak pernah melihat tuan muda tadi semarah itu. Apakah kau yakin tidak ada yang salah dengan dirimu? Atau kau membohonginya sesuatu, tentang latar belakangmu mungkin?"Hellow, jangan lupa komen dan vote ya. InshaAllah aku akan update rutin ^^
Satchel tidak mau terlalu jauh untuk mendekatkan diri dengan Baby Aaron apalagi ayah dari bayi tersebut. Mengingat perlakuan tidak mengenakan dari pria besar tersebut membuat ia jengah setengah mati. Bahkan ia sempat berpikiran untuk pergi saja dari rumah itu dan mendapatkan pekerjaan yang baru. Namun, jika ia melakukan itu, berarti dirinya harus siap membayar denda yang tertuang dalam kontrak. “Aku akan pergi ke sana, Merry.” Satchel memasukkan ponselnya ke dalam saku. “Tunggu aku sekitar setengah jam lagi.”Satchel melihat ke kanan dan kiri, menunggu angkutan umum yang lewat, tapi tetap saja tidak ada. Sudah sepuluh menit ia menunggu, belum ada juga bus malam atau taksi yang tersedia. “Apa kau menunggu sesuatu, Nona?” Seorang pria dewasa yang menggunakan jas biru tua memperlihatkan wajahnya. Satchel hanya bisa mengernyit untuk memastikan sesuatu. “Tuan Ken?”“Kenapa kau baru pulang?” Ken bertanya tanpa keluar dari mobil hitamnya itu. “Tuan Archie baru pulang dan aku menun
“Aku ke sini bermaksud untuk melamar pekerjaan.” Tanpa tedeng aling-aling wanita berambut merah mengatakan hal tersebut pada seseorang yang menjulang jauh lebih tinggi di atasnya. Pria yang memiliki kesan terkejut dibalut dengan muka yang sinis. Awalnya wanita itu berpikir akan disambut oleh seorang pelayan atau sang penjaga di rumah besar ini, tapi ternyata salah. “Kau ingin melamar pekerjaan? Sebagai apa?” tanya pria itu dengan suara dalamnya. Tapi jujur saja wanita itu menyukai suara yang serak nan dalam. “Melamar ... aku akan melamar sebagai pengasuh bayi.” Wanita itu menyerahkan koran yang dibawanya dan juga map yang berisi surat lamaran pekerjaan. Ia sedikit berdeham untuk mengontrol napas yang terasa pendek karena diperhatikan pria itu sedemikian intens. Mata sang pria yang memindai dari atas ke bawah secara berulang kali itu membuat kakinya seperti agar-agar yang baru saja ditaruh ke dalam piring besar. Tak ada ekspresi apa-apa yang ditampilkan pria yang sialnya be
Tubuh Satchel hampir saja terhuyung ke belakang saat pintu tinggi itu sudah tertutup dengan sempurna. Apalagi suara bantingan yang menggelegar membuat telinganya sedikit agak berdengung. Benar-benar memang orang kaya ini. Dia tidak memiliki etika padahal dengan jelas-jelas Satchel masih berada di depan pintu. Ia mendengus kesal. “Lihat saja! Jangan panggil aku Satchel jika tidak bisa menembus kokohnya dinding rumah yang besar ini.” Kruyuk!! Uh, benar-benar hari yang sangat membuatnya ingin sekali memakan daging manusia. Bagaimana bisa di tengah ia yang sedang marah, perut ini tidak bisa diajak kerja sama. “Ayolah, cacing, apa kau tidak bisa memberikanku waktu sejenak untuk mencari uang? Kau tidak lihat bagaimana tadi pria besar itu menutup pintu dengan sangat kencang? Andaikan aku rayap, aku bisa dengan mudah menggigiti pintu besar ini!” Satchel menatap ke sekeliling halaman yang luas ini. Sebenarnya agak aneh karena di rumah ini kenapa tidak ada penjaga atau pela
Satchel senyum-senyum sendiri. Awalnya ia merasa tidak berguna di dunia ini dan bisa menjadi beban negara, tapi setelah mendapatkan kartu nama yang mungkin bisa mengubah takdirnya seumur hidup, ia tentu saja tidak akan pernah menyia-nyiakannya. Siapa yang tidak mau digaji dengan uang yang sangat fantastis dan itu hanya menjadi pengasuh bayi keluarga kaya. Keluarga kaya? Jika melihat dari tampilan rumah dan juga pakaian dari para pria itu tak perlu lagi didebatkan. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah, apa pekerjaan dari mereka sampai-sampai sanggup memberikan honor sebegitu besarnya. “Ah, sudahlah, apa pun pekerjaan mereka yang pasti bisa menutupi semua pengeluaranku.” Satchel kembali menginjakkan kaki ke mal besar yang berada beberapa ratus meter dari tempatnya berdiri tadi. Cukup membuat kakinya pegal sih, tapi tak apa, untuk hari ini ia bisa memanjakan mata dengan barang-barang yang ada di etalase toko. Satchel memasuki toko baju yang sangat terkenal seantero dunia. Sia
“Anda tidak bisa lari lagi, Nona!” Seruan itu membuat Satchel ingin sekali tenggelam di dasar bumi. Perawakan ketiga pria yang sudah ada di hadapan membuatnya sama sekali tidak bisa bernapas. Tubuh besar dan juga wajahnya yang menampilkan kesenangan karena telah menemukan Satchel saat ini. Mereka semua mengelilingi bagaikan permainan anak kecil khas melayu yang ingin menangkap satu anak di tengah. Satchel menatap ketiga pria itu dan memberikan kesan yang biasa saja. Setidaknya untuk di detik pertama ia harus bisa menjadi sosok yang sedikit arogan. “Ada apa kalian mencariku?” “Jangan bertingkah bodoh lagi, Nona. Mari ikut kami ke kantor dan lunasi hutang kartu kreditmu.” Pria yang memakai kacamata besar berwarna hitam itu berbicara sambil tangannya mencoba menggapai Satchel. Satchel tentu saja menolak. Ia sama sekali tidak mau disentuh apalagi tangan mereka yang sepertinya banyak sekali kuman dan dosa. Kenapa ia berbicara seperti itu? Karena mereka mungkin sebelum bertemu
Tebak apa yang ada di depan mata Satchel sekarang? Ya, kalian benar, ia sekarang berada di rumah mewah dengan pintu cokelat tinggi menjulang yang kemarin tertutup keras di depan hidung. Satchel kembali melihat penampilannya yang ternyata lebih sopan daripada kemarin. Ia memakai kemeja kebesaran yang ia masukkan bagian depan dan juga memakai celana jeans berwarna biru. Untuk bagian bawah, ia lebih memilih menggunakan flatshoes hitam. Satchel tidak mau membuat pria bermata kuning terang itu mengejek dirinya lagi sebagai penari striptease. Satchel menarik napas dengan teratur, mencoba untuk menghindari kegugupan yang sempat singgah di sini. Meski ia yakin bahwa setelah ini pekerjaan sebagai pengasuh bayi akan melekat untuk dirinya. Ya, ia menyukai dirinya yang sangat optimis. Sebelum Satchel melangkahkan kaki lagi untuk mendekati pintu, suara yang sangat dalam menginterupsi dari arah Barat. Pria sama yang seperti kemarin. Pria yang selalu menampilkan wajah datar. “Anda datang
Satchel tidak mau terlalu jauh untuk mendekatkan diri dengan Baby Aaron apalagi ayah dari bayi tersebut. Mengingat perlakuan tidak mengenakan dari pria besar tersebut membuat ia jengah setengah mati. Bahkan ia sempat berpikiran untuk pergi saja dari rumah itu dan mendapatkan pekerjaan yang baru. Namun, jika ia melakukan itu, berarti dirinya harus siap membayar denda yang tertuang dalam kontrak. “Aku akan pergi ke sana, Merry.” Satchel memasukkan ponselnya ke dalam saku. “Tunggu aku sekitar setengah jam lagi.”Satchel melihat ke kanan dan kiri, menunggu angkutan umum yang lewat, tapi tetap saja tidak ada. Sudah sepuluh menit ia menunggu, belum ada juga bus malam atau taksi yang tersedia. “Apa kau menunggu sesuatu, Nona?” Seorang pria dewasa yang menggunakan jas biru tua memperlihatkan wajahnya. Satchel hanya bisa mengernyit untuk memastikan sesuatu. “Tuan Ken?”“Kenapa kau baru pulang?” Ken bertanya tanpa keluar dari mobil hitamnya itu. “Tuan Archie baru pulang dan aku menun
Satchel masih membenarkan rambutnya yang kusut. Bukan karena badai topan yang baru saja menerjangnya, melainkan bayi ini yang terus menjambak rambut merahnya bahkan hampir membuat kulit kepalanya ikut tertarik. "Tanda tangani itu!" perintah Archie sambil memberikan dua lembar kertas yang berisikan kalimat-kalimat panjang. Satchel menaruh kantung es di meja dan membaca setiap bait kalimat di kontrak tersebut. Banyak sekali bulir poin yang sesekali membuat Satchel mengerutkan keningnya kemudian menyeringai, kadang kala wanita itu juga memberikan mimik wajah aneh. "Bagaimana aku bisa bekerja jika kau membatasi hubunganku dengan sang bayi?" Satchel menunjuk poin nomor dua. "Harus ada jarak di antara kalian. Beberapa kali pengasuh sebelumnya mencoba untuk mencium anakku dan aku sangat tidak suka." Archie menyemprotkan antiseptik ke tangannya. "Aku tidak bisa membayangkan banyak kuman yang bersarang di tubuh Aaron hanya karena bersentuhan dengan pengasuh yang begitu menjijikkan."1. Mema
Tebak apa yang ada di depan mata Satchel sekarang? Ya, kalian benar, ia sekarang berada di rumah mewah dengan pintu cokelat tinggi menjulang yang kemarin tertutup keras di depan hidung. Satchel kembali melihat penampilannya yang ternyata lebih sopan daripada kemarin. Ia memakai kemeja kebesaran yang ia masukkan bagian depan dan juga memakai celana jeans berwarna biru. Untuk bagian bawah, ia lebih memilih menggunakan flatshoes hitam. Satchel tidak mau membuat pria bermata kuning terang itu mengejek dirinya lagi sebagai penari striptease. Satchel menarik napas dengan teratur, mencoba untuk menghindari kegugupan yang sempat singgah di sini. Meski ia yakin bahwa setelah ini pekerjaan sebagai pengasuh bayi akan melekat untuk dirinya. Ya, ia menyukai dirinya yang sangat optimis. Sebelum Satchel melangkahkan kaki lagi untuk mendekati pintu, suara yang sangat dalam menginterupsi dari arah Barat. Pria sama yang seperti kemarin. Pria yang selalu menampilkan wajah datar. “Anda datang
“Anda tidak bisa lari lagi, Nona!” Seruan itu membuat Satchel ingin sekali tenggelam di dasar bumi. Perawakan ketiga pria yang sudah ada di hadapan membuatnya sama sekali tidak bisa bernapas. Tubuh besar dan juga wajahnya yang menampilkan kesenangan karena telah menemukan Satchel saat ini. Mereka semua mengelilingi bagaikan permainan anak kecil khas melayu yang ingin menangkap satu anak di tengah. Satchel menatap ketiga pria itu dan memberikan kesan yang biasa saja. Setidaknya untuk di detik pertama ia harus bisa menjadi sosok yang sedikit arogan. “Ada apa kalian mencariku?” “Jangan bertingkah bodoh lagi, Nona. Mari ikut kami ke kantor dan lunasi hutang kartu kreditmu.” Pria yang memakai kacamata besar berwarna hitam itu berbicara sambil tangannya mencoba menggapai Satchel. Satchel tentu saja menolak. Ia sama sekali tidak mau disentuh apalagi tangan mereka yang sepertinya banyak sekali kuman dan dosa. Kenapa ia berbicara seperti itu? Karena mereka mungkin sebelum bertemu
Satchel senyum-senyum sendiri. Awalnya ia merasa tidak berguna di dunia ini dan bisa menjadi beban negara, tapi setelah mendapatkan kartu nama yang mungkin bisa mengubah takdirnya seumur hidup, ia tentu saja tidak akan pernah menyia-nyiakannya. Siapa yang tidak mau digaji dengan uang yang sangat fantastis dan itu hanya menjadi pengasuh bayi keluarga kaya. Keluarga kaya? Jika melihat dari tampilan rumah dan juga pakaian dari para pria itu tak perlu lagi didebatkan. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah, apa pekerjaan dari mereka sampai-sampai sanggup memberikan honor sebegitu besarnya. “Ah, sudahlah, apa pun pekerjaan mereka yang pasti bisa menutupi semua pengeluaranku.” Satchel kembali menginjakkan kaki ke mal besar yang berada beberapa ratus meter dari tempatnya berdiri tadi. Cukup membuat kakinya pegal sih, tapi tak apa, untuk hari ini ia bisa memanjakan mata dengan barang-barang yang ada di etalase toko. Satchel memasuki toko baju yang sangat terkenal seantero dunia. Sia
Tubuh Satchel hampir saja terhuyung ke belakang saat pintu tinggi itu sudah tertutup dengan sempurna. Apalagi suara bantingan yang menggelegar membuat telinganya sedikit agak berdengung. Benar-benar memang orang kaya ini. Dia tidak memiliki etika padahal dengan jelas-jelas Satchel masih berada di depan pintu. Ia mendengus kesal. “Lihat saja! Jangan panggil aku Satchel jika tidak bisa menembus kokohnya dinding rumah yang besar ini.” Kruyuk!! Uh, benar-benar hari yang sangat membuatnya ingin sekali memakan daging manusia. Bagaimana bisa di tengah ia yang sedang marah, perut ini tidak bisa diajak kerja sama. “Ayolah, cacing, apa kau tidak bisa memberikanku waktu sejenak untuk mencari uang? Kau tidak lihat bagaimana tadi pria besar itu menutup pintu dengan sangat kencang? Andaikan aku rayap, aku bisa dengan mudah menggigiti pintu besar ini!” Satchel menatap ke sekeliling halaman yang luas ini. Sebenarnya agak aneh karena di rumah ini kenapa tidak ada penjaga atau pela
“Aku ke sini bermaksud untuk melamar pekerjaan.” Tanpa tedeng aling-aling wanita berambut merah mengatakan hal tersebut pada seseorang yang menjulang jauh lebih tinggi di atasnya. Pria yang memiliki kesan terkejut dibalut dengan muka yang sinis. Awalnya wanita itu berpikir akan disambut oleh seorang pelayan atau sang penjaga di rumah besar ini, tapi ternyata salah. “Kau ingin melamar pekerjaan? Sebagai apa?” tanya pria itu dengan suara dalamnya. Tapi jujur saja wanita itu menyukai suara yang serak nan dalam. “Melamar ... aku akan melamar sebagai pengasuh bayi.” Wanita itu menyerahkan koran yang dibawanya dan juga map yang berisi surat lamaran pekerjaan. Ia sedikit berdeham untuk mengontrol napas yang terasa pendek karena diperhatikan pria itu sedemikian intens. Mata sang pria yang memindai dari atas ke bawah secara berulang kali itu membuat kakinya seperti agar-agar yang baru saja ditaruh ke dalam piring besar. Tak ada ekspresi apa-apa yang ditampilkan pria yang sialnya be