Sharon bersandar ke lengan pria itu dan mengangkat mukanya untuk melihat wajah tampan pria itu. Dia mengerutkan alisnya sedikit sambil bertanya, "Kalau aku bilang dia ganggu aku lagi, kamu akan ngapain dia?""Tergantung, dia ngapain tadi.""Dia ..." ada kilatan di mata Sharon. Dia awalnya ingin mengajukan keluhan, tetapi dia mengubah kata-katanya, berkata, "Dia berkata bahwa dia adalah mantan pacar aku dan bertanya apa aku mengingatnya."Segera setelah dia mengatakan ini, dia melihat reaksi pria itu dengan agak geli.Saat ini, wajah tampan pria itu sedikit tenggelam dan matanya yang gelap menyipit ketika dia bertanya, "Terus kamu jawab apa?""Aku? Aku mengatakan ke dia kalau tentu aja aku ingat seorang mantan pacar bajingan kayak dia. "Tangannya yang dia genggam di pinggangnya menjadi lebih ketat. Matanya yang tenang menatap wajahnya yang lembut tanpa berkedip ketika dia berkata dengan suara rendah, "Kamu nggak ingat suami kamu, tetapi kamu malah ingat dia?"Sharon berkedip pad
Simon mencubit wajahnya saat dia berkata, ”Sebentar lagi. Tunggu aku di sofa.”"Ok." Sharon menjadi sangat patuh dan memutuskan untuk tidak mengganggu pekerjaannya lagi.Sharon mengeluarkan ponselnya dan melihat-lihat sebentar sebelum bosan. Kemudian, dia memainkan beberapa permainan untuk menghabiskan waktu. Mungkin karena dia terlalu lelah bekerja sekarang-sekarang ini dan kurang tidur, jadi dia tanpa sadar tertidur di sofa.Saat dia tertidur lelap, dia tiba-tiba merasakan kekuatan berat menekannya...Sharon tiba-tiba membuka matanya, mengira dia sedang bermimpi. Dia tidak berharap melihat pria yang bersandar di dekatnya untuk menciumnya begitu dia membuka matanya.Dia tanpa sadar mengangkat tangannya untuk menahan bahunya dan rasa kantuknya pelan pelan menghilang. "Kamu ngapain?"Mata pria itu sangat berbahaya ketika dia berkata, "Siapa yang kasih kamu izin untuk tidur di sini?""Emang gak bisa aku tidur sebentar?” Kenapa dia begitu picik?"Ya bisa, tapi itu bakal buat aku m
Di dalam ruang tunggu kantor presiden, Sharon baru saja mandi. Rambut hitam panjangnya terurai di punggungnya saat dia mengenakan pakaiannya di depan cermin.Simon berjalan mendekat dan melingkarkan lengannya di pinggangnya. Ketika dia menundukkan kepalanya dan melihat garis lehernya, dia memperhatikan tanda cinta yang dia tinggalkan. Matanya menjadi redup sekali lagi.Ketika pria itu mendekatinya, hembusan nafasnya yang kuat dan maskulin menyelimutinya lagi, membuat semua saraf Sharon menegang tanpa sadar.Dia tanpa sadar menarik tangannya darinya dan berbalik untuk memelototinya, mengejek. "Cukup! Aku lapar dan lelah sekarang!”Melihatnya begitu defensif, Simon tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum ketika dia berkata, "Aku bukan serigala lapar yang akan menelan kamu utuh, jadi kenapa kamu takut banget sama aku?"Sharon mengerucutkan bibirnya kesal. Bagi Sharon, perilaku Simon memang tidak jauh berbeda dari serigala yang kelaparan.Dia mengulurkan tangannya dan membungk
"Asisten?" Howard tiba-tiba mencibir, “Yah, kamu emang udah lakuin semua yang kamu perlu karena kamu asisten dia, tapi dia tetep gak peduli sama kamu. Kalau nggak gak mungkin kan kamu sampai buang makanan ini ke tempat sampah.”Ekspresi Xena tampak tidak wajar saat ini. Dia malu, merasa seolah-olah rahasianya telah terungkap. Namun, dia masih berusaha menyelamatkan martabatnya dan dengan susah payah dan menjelaskan, “Presiden Zachary ingin makan di luar, jadi tentu saja, dia tidak butuh makanan ini.”"Kenapa kamu nggak diajak tadi?" Howard masih memiliki setengah senyum di wajahnya.“Aku…aku cuma asisten dia, gak pantes—”“Kamu pantes. Kita semua tahu bahwa kamu bukan cuma asisten biasa. Kamu kadang-kadang panggil Penelope 'Bibi' dan panggil Simon dengan namanya. Sekarang udah selesai jam kerja, jadi kenapa dia nggak ajak makan?” Howard memotong kalimat XenaHati Xena sudah benar-benar kesal. Setelah mendengar kata-katanya, bahkan lebih sulit sekarang untuk menghilangkan amarahny
Sharon dan Simon sedang duduk di restoran dan baru saja memesan makanan mereka. Begitu pelayan itu pergi, sesosok secara panik menyerbu masuk dan bergegas menuju Sharon.“Siena, bilang sama aku! Apa kamu yang biarin Fern masuk ke perusahaan hiburan sialan?!” Eugene tiba-tiba muncul di hadapan mereka dengan wajah cemberut.Ketika Sharon dihadapkan dengan pertanyaan ini, seolah-olah dia telah mempersiapkan diri secara mental dan sama sekali tidak cemas tentang hal itu. Dia hanya memberi isyarat kepada kakaknya untuk duduk dan bertanya, “Kamu udah makan, kak? Sini gabung sama kita, ayo makan.”Eugene melirik Simon. Adik ipar, katanya? Hmph, dia belum memberikan persetujuannya dulu!Dia masih duduk, tetapi dia tidak ada rencana ikut makan. Dia terus menanyai Sharon, "Kamu harus jelasin semuanya ke aku...""Iya bener, aku bantu pacar kamu tanda tangan kontrak sama perusahaan hiburan Simon dan dapetin dia agensi terbaik yang bisa dia dapatkan di industri ini. Sekarang perusahaan akan k
Kamu pasti pacar Nona Thompson, bukan, anak muda?" wanita dari tempat penitipan anak bertanya sambil tersenyum.Eugene tidak mengakui atau menyangkalnya. Dia hanya mengeluarkan kartu namanya dan menyerahkannya padanya, berkata, “Ini kartu nama aku. Kalau kamu khawatir anak ini di aku, silahkan telepon aku kapan saja. ”Wanita dari tempat penitipan anak mengambil kartu itu dan memperhatikan bahwa dia dari keluarga Newton!Di kota ini, siapa yang belum pernah mendengar tentang keluarga Newton?“Aku nggak khawatir sama sekali. Silahkan kalau mau antar Rue pulang,” Kata wanita yang lebih tua sambil tersenyum.Eugene membawa Rue ke dalam mobil dan membawanya keluar untuk makan malam.“Mau makan apa?” Eugene dengan lembut bertanya pada gadis kecil yang duduk di kursi penumpang saat dia menggerakkan kemudi.Rue meletakkan ranselnya ke samping dan memasang sabuk pengaman saat dia duduk tegak di kursi. Kemudian, setelah berpikir keras tentangnya, dia berkata, Aku lihat iklan pizza di TV
Saat itu waktu makan malam dan jadi restoran pizza hampir penuh dengan pelanggan.Eugene masuk dengan Rue di pelukannya dan mereka berdua menarik banyak perhatian untuk waktu yang lama.Pria itu tingginya hampir 1,9 meter dan memiliki wajah yang tampan. Celana bermereknya yang berkualitas sangat baik melilit kakinya yang panjang dan terlihat seperti seorang model. Namun, auranya yang seperti bangsawan sama sekali tidak sebanding dengan model biasa lainnya.Bagian paling menawan dari dirinya adalah cara dia menggendong gadis kecil seperti boneka itu di tangannya. Seluruh pemandangan itu terlalu mempesona bagi mata siapapun yang melihat.Banyak wanita yang hadir mengagumi pemandangan itu, mereka hampir berteriak dengan keras."Wow! Lihatlah pria yang menggendong gadis kecil itu! Cantik banget ya? Sungguh boneka yang beruntung memiliki ayah ganteng begitu!” Wanita muda di sebelahnya tidak bisa menahan napas karena kagum. Dia mengharapkan bisa punya putri secantik itu..“Pasti ayah i
Eugene menghela nafas lega. Ternyata anak itu tadi cuma terlalu gelisah, bukan ketakutan. Ditambah lagi, sepertinya dia tidak berencana untuk menolaknya.Dia mengangguk dan berkata, "Ya.""Lalu ... aku bisa panggil kamu 'Ayah' sekarang?" Dia selalu menginginkan seorang ayah.Ayah? Yah, itu terdengar jauh lebih baik daripada 'Godfather', jadi dia langsung setuju. "Boleh. Kalau gitu kamu bisa panggil aku 'Ayah' mulai sekarang. ”Rue senang bahwa dia segera memanggilnya."Ayah!"Ketika Eugene mendengar gadis kecil seperti boneka itu memanggilnya 'Ayah', hatinya meleleh menjadi genangan emosi yang membingungkan. Ternyata punya anak perempuan bisa membuat perasaan yang aneh dan luar biasa.Ketika Fern menemukan mereka, dia kebetulan mendengar putrinya memanggil Eugene dengan sebutan ayah. Ada keraguan di hatinya dan dia merasa ketakutan."Hah? Kamu panggil dia apa tadi?” Dia tidak bisa menyembunyikan kepanikan dan keterkejutan di matanya. Dia menunjuk ke Eugene, tetapi matanya tertu