Aura sengitnya membuat Fern menahan napas. Perhatiannya telah membuatnya tersipu, tapi kemarahannya membuatnya sadar mengangkat tangannya menamparnya."Tutup mulut kamu!" 'kalau memang mau meniti karir dengan tidur dengan banyak pria, aku udah jadi artis dari dulu.'Ada tamparan merah di wajah tampan Eugene. Mata almond yang mendalam berkilau dingin. Eugene, yang selalu tampak sangat elegan dan lembut, itu saat memberikan aura menakutkan."Kamu gak boleh ngelakuin itu lagi,denger gak?!" Dia tidak bisa menahan amarahnya ketika ia menghadapi Fern dan langsung memberikan perintah.Tubuh Fern gemetar saat ia tampak sedikit menakutkan sekarang. Tidak mungkin baginya untuk tidak marah karena sifat sombong Eugene ini.Dia mendorong tangannya dengan kekuatan dan mencoba terbaik untuk tetap tenang, berkata, "Kamu gak bisa atur aku!""Jangan sampai gak nurut." Mata pria itu berkilau dengan fit dingin kemarahan.Fern merasa dia tidak bisa bernafas teratur dan memaksa dirinya untuk melihat
Dia mengangkat kepalanya dan melihat senyum Simon yang kabur. Dia sengaja menggoda dengannya di depan umum!Itu menarik perhatian beberapa wanita di sekitar mereka. Mereka jadi harus melihat pemandangan intim itu.Sharon dengan cepat menarik Simon dan berjalan ke samping."Tolong diam dan ikut di belakangku, jangan coba goda-goda aku lagi. Denger gak?" Sharon berkata kepada Simon dengan wajah serius."Aku kan cuma kangen sama kamu, emang ada yang salah?" Simon mengerutkan kening. "Siapa yang berani atur-atur aku sampe segitunya?""Nggak! pamer di depan umum cuma bisa buat orang gak suka sama kita. masa kamu gak paham?"Melihat Sharon seperti kucing yang akan marah, dia hanya bisa menyerah. "terserah kamu."Sharon menghembuskan nafasnya dalam-dalam. Untungnya, Simon tidak menjadi sulit sekarang dan dia masih bisa diajak berkompromi.Dia kemudian memfokuskan diri memilih semua bahan-bahannya. Lalu, keduanya pergi untuk mengantri untuk membayar tagihan. Karena itu akhir pekan, ada
"Kamu ... aku ..." Dia tergagap untuk beberapa waktu, tetapi tidak ada kata-kata yang keluar darinya.‘Aku harus berhenti mikirin ini dan bahas masalah ini dengannya nanti!’"Udah udah, ayo pulang dan masak, kalau enggak nanti nggak ada apa-apa untuk makan Sebastian." Dia berputar dan memasuki mobil.Simon menyeringai dan memasuki mobil dari sisi lain....Sharon sudah selesai memasak saat putranya tiba.Dia segera bergegas membuka pintu untuk putranya ketika dia mendengar bel pintu tanpa melepas celemeknya terlebih dahulu. Dia senang sekali!"Sebastian!""Mama!"Keduanya saling berpelukan karena benar-benar merindukan satu sama lain."Sharon."Ketika Sharon senang telah bersatu kembali dengan putranya, dia tidak menyadari bahwa Xena telah datang bersama dengan Sebastian juga.Dia mengangkat kepalanya dan menatap Xena ketika dia mendengar wanita itu menyapa dia. Dia tercengang.Pada saat yang sama, Simon juga datang. Xena tersenyum dan menyambutnya, "Simon, Bibi Penelope m
Sharon menatap sebotol minyak esensial di tangan Xena yang membantu seseorang tertidur. ‘Sepertinya Simon benar-benar enggak bohong waktu itu. Dia benar-benar insomnia.’Sementara Xena, setelah dia selesai berbicara, dia kemudian menatap Sharon. Melihat Sharon absen dan ekspresi mengerikan di wajahnya membuat mata Xena berkilauan , ia senyum dingin.Dia mengatakan selengkap itu supaya dia bisa kasih tau Sharon bahwa dia itu yang merawat Simon selama dua tahun terakhir.Dia juga ingin memberitahunya bahwa Simon tidak bisa kehilangan dia sebagai asisten pribadinya."Iya bener, tapi saya nggak butuh lagi semua ini. Bawa pulang aja semuanya nanti" Simon mengerutkan kening dan berkata kepada Xena dengan ekspresi dingin.Tatapan Xena bergeser kembali ke Simon, dan secara tidak sadar, dia menggenggam sebotol minyak esensial di tangannya dengan erat. ‘Dia enggak insomnia karena kembalinya Sharon?’Segera setelah itu, dia menahan perasaan tidak menyenangkan di dalam dirinya dan berkata sa
”’Cepatan pergi. Kamu nggak ada hak untuk kasih tahu aku apa yang harus aku lakuin." Simon mengerutkan kening bingung.Xena masih tersenyum. "aku pergi sekarang."Setelah meninggalkan rumah, senyum di wajahnya segera lenyap. Dia berputar dan memelototi pintu dengan dingin.‘Kamu mungkin mengusirku sekarang, tapi suatu hari, kamu tidak akan pernah bisa pergi dari sisiku! '"Ayo masuk." Simon pergi dan memegang pinggang Sharon. Ekspresinya benar-benar berbeda dari sebelumnya dan matanya berkilauan dengan lembut.Sharon melipat tangannya dan meliriknya dengan senyum yang tidak jelas. Dia mengangkat alisnya, dengan mengatakan dengan nada yang tidak menyenangkan, "Kok kamu nggak minta asisten kamu ikut makan? Dia khawatir banget lho sama kamu. "Matanya menjadi lebih gelap ketika dia melirik Sharon, dan dia mengoreksinya dengan serius, "Dia cuma asisten yang diajak kakakku bant-bantu masalah sepele. Dia bukan asisten pribadi aku. "Sharon tersenyum ketika dia mendengarnya. "Masalah s
Sharon memiringkan kepalanya dan memandang Simon di depannya. 'Kenapa dia bertindak lebih seperti anak kecil lagi? Dia bertindak kacau atau mencari perhatian. 'Bahkan jika tugas sederhana seperti minum obat-obatan, ia butuh Sharon yang lakukan itu untuknya.Dia ingat apa yang dikatakan Xena tentang dia tidak bisa tidur dan makan dengan benar selama dua tahun terakhir karena dia sibuk mencarinya, sampai dia memiliki masalah dengan perutnya. Sharon entah bagaimana jadi sedih karena itu."Ok, tunggu di sini. Aku akan ambilin kamu air dan obat-obatan. " Dia benar-benar berutang padanya.Simon tersenyum tipis dan menunggunya kembali.Sharon dengan cepat membawa obat-obatan dan segelas air kepadanya. "Ayo, cepat minum. Kalau gak, nanti kenapa-kenapa aku gak tanggung jawab lho ya. ""Nyonya Zachary, aku nggak suka kamu ngomong gitu. Tubuh aku lemah gara-gara kamu, kamu malah nggak mau tanggung jawab? " Simon tidak puas."Kapan aku bilang nggak mau tanggung jawab?" Dia merasa difitnah.
"Nggak bisa." Simon segera membantah ide putranya."Kenapa nggak? Kamu bisa tinggal di sini sama ibu, jadi kenapa aku gak bisa pindah sekolah? " Sebastian menatap ayahnya dan berkata, putus asa."Masuk akal kalau aku tinggal sama istri aku. Nanti kalau udah gede, kamu bakal tinggal sama istri kamu," kata Simon ngasal."Tapi, dia ibu aku!""Kamu sudah tujuh tahun, jadi kamu harus belajar untuk mandiri. Kamu nggak bisa selalu bergantung sama ibu kamu." Simon telah mengulangi pernyataan itu berkali-kali, namun anak kecil itu masih ingin bersama ibunya.Sebastian melepaskan tangannya, mengangkat kepalanya dan menatap ibunya. "Kamu nggak akan izinin aku untuk pindah sekolah juga?"Sharon memikirkannya dan berkata, "Bukannya ibu nggak izinin, tapi aku pikir sekolah kamu yang sekarang cukup baik ...""Hmph, aku tahu itu! Kalian pasti anggap aku sebagai beban. Kalian hanya ingin tinggal di dunia kalian sendiri!" Sebastian menyela Sharon dengan marah sebelum dia bahkan bisa berbicara.
Hari itu, Sharon diundang Fern untuk bertemu dengannya di sebuah kedai kopi.Dia orang pertama yang tiba di tujuan yang sudah disepakati. Dia memesan secangkir kopi dan menunggu Fern.“Maaf, agak macet jadi aku sedikit terlambat.” Setelah menit sepuluh, Fern bergegas ke toko."Gak papa. Kamu mau minum apa?" Sharon tidak terburu-buru karena dia tidak ada urusan hari ini.“1 gelas latte, terima kasih,” kata Fern untuk pelayan.Setelah pelayan pergi, Sharon langsung membahas isu nya tanpa basa basi. “Aku udang kamu hari ini karena aku mau tanya soal insiden dengan Direktur Zimmermann.”“Waktu itu ... Itu adalah kesalahan aku. Aku masuk ruangan yang salah.” saat itu dia bingung antara kamar 306 dan 309."Aku sangat menyesal. Saya nggak maksud untuk tidak muncul setelah berjanji untuk ketemu sama dia. Dia marah nggak?” Fern menyalahkan dirinya sendiri.Sharon menghela nafas. “Tentu aja, dia marah. Aku minta maaf ke dia. Untungnya dia cukup murah hati. Ini nggak jadi masalah sekaran