Sharon mengerutkan kening pada Sally. Pada perjanjian pernikahan disebutkan pernikahan itu rahasia dan ini tidak akan mereka publikasikan,, jadi harusnya tidak ada pesta.Sally pasti sudah tahu tentang ini dan sengaja mengungkitnya. Apa ia mau coba mempermalukannya lagi?Sharon hendak membalas ketika Simon bertanya kepada Sally dengan suara lemah, "Kenapa kamu peduli banget soal ini?"Ditatap oleh tatapan dingin dan tajam Simon, jantung Sally berdetak kencang saat ia buru-buru menarik bibirnya untuk tersenyum. “Aku… aku hanya pikirkan Sharon. Lagipula, aku ingin ia dapat restu dan sambutan baik dari semua orang. ”"Terima kasih sudah repot-repot peduli dengan urusan kami, tetapi kamu sedang hamil sekarang, jadi kamu jangan tambah beban pikiranmu," jawab Sharon pada kata-katanya, tidak lagi ingin melihatnya begitu munafik.Ekspresi Sally berubah jelek saat ia diam-diam mengepalkan tinjunya. Apa Sharon mengancamnya untuk membungkamnya dengan membawa-bawa bayi dalam kandungannya?Sialan.
Jika bukan karena sedang hamil, ia tidak akan begitu waspada pada Sharon.Titik kelemahan Sally adalah jika menyangkut di perutnya. Ia tiba-tiba meraih tangan Sharon dan menekannya di perutnya. “Bukankah kamu berencana melakukan tes DNA pada Howard dan bayiku? Ayo, lakukan! Seandainya, bayi ini sudah tidak ada, apa Howard masih bisa tahu benih ini bukan keturunannya?”Sharon melihat tatapan gila di mata Sally dan sarafnya tiba-tiba menegang. "Berhenti mencoba menyakitiku!" Ia menarik tangannya dengan susah payah lalu mundur beberapa langkah dan menjaga jarak.Ia tidak takut pada Sally tapi ia takut Sally akan melakukan hal-hal gila untuk menjebaknya.Tidak masalah siapa ayah anak itu, tetapi bayinya tidak bersalah. Ia tidak cukup kejam untuk membunuh kehidupan bayi itu.Sally terkekeh melihat tingkahnya. "Kamu takut?"Ia tertawa dan berhenti, lalu tertawa lagi. Kemudian, ia menatapnya dengan penuh kebencian dan iri. “Kamu tidak tahu ya betapa aku mencintai Howard, Sharon. Butuh begitu
Sharon menyaksikan Sally jatuh dan darah mengalir dari pahanya. Ia merintih kesakitan di tanah.Ia benar-benar ketakutan dan terkejut melihat betapa nekatnya Sally. Ia bahkan mampu membunuh anak di perutnya!Suara langkah kaki terdengar berlari, dan banyak bayangan bergoyang di depan mereka. Semua orang panik saat mereka mengerumuni Sally.Ketika ada kerumunan orang di sekitar, Sharon bisa mendengar Sally mengatakan ia telah mendorongnya. Pada saat berikutnya, tamparan mendarat di wajahnya!Fiona dengan keras dan marah berteriak, “Sharon, kamu kok jahat banget ya! Sengaja kamu mau bunuh cucu saya! kamu harus tanggung jawab untuk ini!"Sharon belum pulih dari tamparan Fiona ketika ia bergegas mendekat dan mencengkram lehernya dengan gila-gilaan. Ia berteriak dengan suara serak, “Kamu membunuh cucuku! Bayar dengan nyawamu!”Fiona mengerahkan seluruh kekuatannya untuk meremas lehernya, membuat Sharon kehabisan udara. Wajahnya dengan cepat berubah menjadi ungu.Sharon berjuang untuk menari
Disaat seperti ini, satu kalimat dari putranya mampu membuatnya merasakan kehangatan. Ia tak peduli bagaimana orang lain memperlakukannya asalkan masih punya putranya di sisinya.Ia sudah puas meski jika hanya anaknya percaya.Sally yang sudah kesakitan luar biasa, memelototi Sharon dengan kesal penuh kebencian. Ia telah mempertaruhkan nyawa anaknya untuk menyeret Sharon hancur. Bagaimana mungkin ia bisa melepaskannya begitu mudah sekarang.Ia menatap Sharon dengan sedih. Dengan wajah penuh air mata, ia berkata dengan menyedihkan, “Sharon, aku tahu kamu membenciku karena merusak pernikahanmu saat itu. Tapi anak saya tidak bersalah. Anda boleh menyerang saya… Tapi kenapa kamu libatkan anak saya?”Kata-kata Sally memicu kemarahan Fiona lagi. Dengan keganasan di wajahnya, ia ingin mencabik-cabik Sharon. "Wanita jalang, kamu harus membayar nyawa cucuku!" Ia bergegas lagi mencoba menyakiti Sharon.Simon menghalangi jalannya dengan ekspresi dalam di wajahnya. "Cukup! Ambulans ada di sini, Fi
Keesokan paginya, Riley mengajak Sebastian keluar untuk jalan-jalan tanpa Sharon. Selain karena tidak mood, Sharon masih harus buru-buru mengerjakan tugasnya, jadi ia tidak bisa ikut pergi keluar bersama mereka.Sharon tidak bisa tidur nyenyak sepanjang malam. Hari itu, ia masih belum menerima kabar apapun dari Simon. Ia tidak fokus sama sekali saat mengerjakan tugasnya.Pada saat itu, ia mendengar suara pintu diketuk. Ia pikir, apa itu Riley dan Sebastian yang kembali lebih awal?Ia keluar dari kamar tidurnya dan membuka pintu. "Kok cepet pulangnya ..." Sebelum ia bahkan bisa selesai berbicara, ia merasa heran setelah melihat orang yang berdiri di pintu masuk. “Howard? Mau apa kamu ke sini?"Howard berdiri di ambang pintu dengan pakaian tidak rapi. Rambutnya berantakan dan matanya merah. Lingkaran hitam terlihat di bawah matanya dan terlihat janggut di sekitar mulutnya. Hanya dengan melihat itu Sharon paham bahwa Howard telah mengalami malam yang berat.Howard menatap Sharon seperti i
Mulut Howard penuh dengan darah, ia menyeka darah di sudut mulutnya, mengangkat kepalanya dan menatap Simon dengan murka. Pada saat itu, ia kehilangan akal sehatnya dan lupa orang yang berdiri di hadapannya itu pamannya."Aku mau bunuh dia! Dia sudah bunuh anakku!" Suaranya serak, dan matanya bersinar seperti seorang pembunuh."Aku tidak..." Ada sensasi terbakar yang menyakitkan di tenggorokan Sharon setelah dicengkeram seperti itu. Ketika berbicara suaranya sangat serak."Kamu pembunuh, beraninya kamu terus menyangkal?!" Setiap kata yang ia ucapkan seperti pedang dingin yang memotongnya menjadi beberapa bagian.Setiap kali Sharon berbicara, ia akan merasakan sakit yang luar biasa di sekitar tenggorokannya, tetapi ia bersikeras mengatakan, "Aku tidak dorong dia. Dia sengaja jatuh sendiri. Dia yang bunuh anaknya sendiri!"“Hmph... Kamu masih mau berbohong juga? Kenapa dia mau bunuh anaknya? Kamu kalau mau bohong harus punya ide lebih bagus!"Sharon sadar alasannya tidak meyakinkan. Sela
Sharon menatap hasil laporan itu, tercengang. 'Anak itu anak Howard?‘Kok?' Dia dengan jelas mendengar percakapan antara Sally dan ahli bedah pria itu. 'Anak itu anak Wayne!'Apa aku salah paham?'Tidak. Jika saya salah, Sally tidak akan mengatakan hal itu kepada saya di rumah keluarga Zachary. Dia tidak akan melemparkan dirinya ke bawah tangga untuk membuat dirinya melakukan aborsi. Bukankah ia melakukan semua itu karena ia takut anak itu akan menjadi ancaman baginya?!"Saya yakin anak itu bukan anak Howard. Mungkinkah laporan ini…'Dia mengangkat kepalanya untuk menatap Simon dengan ragu-ragu. 'Apakah dia salah?'Namun, pria itu Simon Zachary. Tidak ada yang berani melakukan apa pun untuk menipunya. 'Bukankah orang itu sama dengan bunuh diri kalau berani buat laporan palsu?'"Kok bisa ..." Tatapannya tertuju pada hasilnya, dan untuk beberapa waktu, ia tidak bisa pulih.'Tidak heran Simon menampar Howard untuk membuatnya diam, daripada menunjukkan laporan tes kepadanya. Itu karena ana
'Ini semua karena Sharon makanya aku sampai jadi kayak ini!'Tiba-tiba, seseorang mendorong pintu kamar rumah sakit terbuka dengan paksa. Bang! Suara itu membuat Sally ketakutan. Dia berbalik untuk melihat dan ternyata Howard yang datang, dengan ekspresi dingin."Howard?" Dia menatap pria tersebut yang nampak seperti pembunuh, merasa terkejut dan bingung. Dia bertanya dengan lembut, "Kenapa kamu?"Bang! Pukulan Howard menghantam dinding di samping ranjang rumah sakit dan membuatnya kaget."Sharon benar-benar sialan! Aku nggak sangka dia sehebat itu sampai dia bisa buat Paman tekuk lutut!" Howard meraung dengan kejam, tetapi ia masih tidak bisa melampiaskan rasa frustasi dalam dirinya.Mata Sally berbinar. Ternyata itu semua karena Sharon. Sally tersenyum dingin dalam hati ketika melihat Howard begitu jengkel. 'Tidak peduli apa yang akan terjadi nanti, Sharon pasti akan berhenti merebut Howard dariku!'"Howard, kamu ..." Tepat ketika ia akan mengatakan sesuatu, Howard tiba-tiba mencondo