"Kok kamu di sini, Simon?" Fiona berkata dengan senyum sinis.Simon tidak menjawab dan Sebastian datang mengadu, “Paman, nenek tua itu memukul ibuku waktu itu dan sekarang ia menculikku. Ia jelas bukan orang yang baik. Tolong bantu saya lapor polisi.”Simon mengerutkan kening setelah mendengar ini. Apa ia memukul Sharon sebelumnya?Dan lalu ia tiba-tiba ingat bekas lebam di wajah Sharon waktu itu.Ia menyipitkan matanya dan ada sedikit aura dingin terlihat dari matanya. “Fiona, kenapa harus buat hal kayak gini ini ke anak kecil?”Fiona tersenyum santai. “Simon, ini dosa dan urusan pribadi Howard. Kamu nggak perlu ikut campur.”Mereka saat ini ada di pusat tes DNA. Fiona jelas akan mengikuti tes paternitas hari ini untuk melihat apakah anak itu adalah anak Howard atau bukan."Simon, berikan anak itu ke saya." Ia bersikeras, tidak mau rencana hari ini gagal.Sebastian menatap pria jangkung itu dan mengedipkan matanya. “Paman, bukannya kamu mau panggil polisi? Kalau begitu pinjam ponselmu
Fiona benar-benar bingung. Bagaimana mungkin anak itu anak Simon? Apa ia benar-benar melakukannya dengan Sharon?Astaga, apa mungkin Simon akan bertanggung jawab atas mereka dan menikahi Sharon?Fiona mengepalkan tangannya dengan marah.Simon membawa Sebastian keluar dari rumah sakit itu dan menelepon Sharon untuk memberitahu bahwa anak itu telah ditemukan. Ia bilang ia akan membawa pulang anak itu dan sebaiknya Sharon juga pulang.Dalam perjalanan pulang, keduanya duduk di dalam mobil. Sebastian menggoyangkan betisnya dan menatap pria jangkung yang tampak dingin di sebelahnya. ia bertanya, "Paman, tadi nenek tua nya jadinya diapain?"Simon mengangkat alisnya dan menyipitkan matanya. "Aku bilang ke nenek kalau aku ayahmu, jadi ia tidak akan pernah ganggu kamu lagi."Sebastian duduk tegak dan bertanya, "Udah begitu aja?"Pria itu mengangguk kecil. "Ya."Sebastian sulit untuk percaya. “Kamu memang hebat ya paman? ia sampai takut sama kamu?”Pria itu tampak dingin dan arogan ketika ia ber
Sharon tampaknya tidak paham arti di balik kata-kata Simon tetapi ia tidak mau merenungkannya lebih jauh. Setelah melihat betapa kotornya dirinya, ia tidak dapat menahan senyum. “Aku mandi dulu. Bentar ya.”Setelah itu ia menatap putranya lagi. "Sebastian, titip Paman ya.""Ok." Sebastian segera pergi dan membawa permainan catur mereka yang belum selesai. "Paman, lanjutin main catur yang kemarin yuk?""Oke." Simon mengiyakannya.Sharon menatap mereka dengan linglung. Mereka benar-benar terlihat seperti ayah dan anak.Hatinya tegang dan ia tidak mau memikirkan itu lebih jauh lagi. Ia berbalik dan pergi ke kamar mandi.Ketika Sharon keluar setelah mandi, ia mendengar si kecil berseru kegirangan, “Skak! menang! Aku akhirnya menang kali ini!”Ia berjalan ke ruang tamu. Melihat putranya menari penuh kemenangan, Simon sedikit tersenyum, ia terlihat ikut bahagia.Melihat Sharon berjalan mendekat, si kecil segera berlari untuk mengumumkan kabar baik, “Bu, kali ini aku menang dari Paman!”"Apa
Sharon menatap pria tampan itu dengan heran. Mengapa ia menyerahkan perjanjian pernikahan ini padanya?"Saya tidak begitu paham maksud bapak, Presiden Zachary." setelah hening agak lama karena ia nyaris tidak berhasil mengucapkan kata-kata.aPria itu tampak tidak bisa ditebak. “Perjanjiannya kan sudah jelas. Saya butuh istri dan anak kamu butuh ayah.”Sharon telah membaca secara singkat kesepakatan itu, yang menyatakan mereka akan menikah, tetapi itu akan dirahasiakan dan ia akan menjadi istri formalitas saja.Namun, ia masih tidak bisa paham kenapa Simon memilihnya?“Presiden Zachary, anak saya memang butuh ayah, tetapi tidak harus Anda.”"Harus saya pastinya," jawabnya segera.Dengan tatapan aneh, Sharon menatap mata hitam Simon yang dalam dan mendengarnya mengucapkan kata-kata, "Lima tahun yang lalu, Hotel Monarch."Begitu ia mengucapkan kata-kata ini, Sharon bisa merasakan urat nadinya tiba-tiba menegang. Ia menatapnya sejenak dan emosinya naik turun. "Anda..."“Saya pria yang wakt
Mungkin karena ia melihat keraguan di mata Sharon, ia melanjutkan kata-katanya, “Sebastian itu darah daging saya. Jadi apa kamu pikir saya akan membiarkan dia tinggal di luar jauh dari saya? Bahkan kalau aku yang mengizinkannya, keluarga Zachary tetap tidak akan mau.”Sharon mengerti sekarang. Kalau keluarga Zachary tahu Sebastian itu putra Simon, mereka pasti tidak ingin anak itu tinggal bersamanya!Mereka akan merebutnya dan membawa anak itu ke rumah keluarga Zachary.Pikirannya sangat kacau, tiba-tiba lalu ia menggenggam tangan Simon dengan erat. "Kamu nggak bisa ambil anakku dariku!"Simon mengangkat alisnya sedikit dan ada sedikit kerutan di bibir tipisnya. "Karena itu alasan kenapa aku tawarkan ke kamu pernikahan ini."Sharon benar-benar diam. Ia paham betul jika keluarga Zachary membawa anaknya pergi, kekuatannya tidak akan kuat untuk mampu menghentikan mereka.Apa itu berarti ia tidak punya pilihan lain selain menandatangani perjanjian ini?Tiba-tiba ia memikirkan putranya yang
Setelah melihat foto-foto itu, Dr. Collins mengerutkan kening sembari berkata, “Orang itu cukup familiar. Sebentar ya, saya ingat-ingat dulu…” Karena tidak nampak bagian tubuh depan pria itu, sulit bagi Dr. Collins untuk mengingatnya."Tidak apa-apa. Pelan-pelan saja Dok.” meski cemas, Sharon paham ia tidak bisa mendesaknya.“Ah, aku ingat sekarang. Pria ini kayaknya agak mirip dengan Dr Wayne John. Ia ada di bagian bedah.”“Wayne John? Apa Dokter yakin?" Mata Sharon bersinar seterang cahaya.“Yah, itu kayaknya mirip dia. Coba kamu ke departemen operasi dan tanya di sana ya.”"Terima kasih, Dr. Collins." Sharon ingin segera melihat pria Wayne John ini."Sama-sama. Oh ya Sharon, aku merasa sangat bersalah karena tidak bisa menyelamatkan ayahmu saat itu.”Ketika Sharon memperhatikan Dr. Collins terlihat ragu meneruskan kalimatnya, ia curiga lagi. “Dr. Collins, mungkin ada hal lain yang belum kamu ceritakan tentang kematian ayah aku saat itu?”Ekspresi Dr. Collins berubah dan ia dengan ce
Sharon menarik napas dalam-dalam dan akhirnya bergumam, “Dia… orang yang sudah kamu kenal. Dia, Paman Simon.”Sebastian terkejut. “Maksudmu paman yang galak itu adalah ayahku? Ibu gak bercanda kan?”Sharon memasang ekspresi tegas di wajahnya. "Nggak bercanda." Dia melihat perubahan ekspresi pria kecil itu dengan gugup. Apa ia bisa terima ini?“Pantas semua orang bilang kami mirip. Jadi benar dia memang ayah aku!”"Lalu, apa kamu mau terima, pamah itu ayah kamu?" Sharon bertanya ragu-ragu.“Tentu saja, aku akan menerimanya jika dia ayahku. Bu, paman galak itu orang yang cukup kaya. Dia pasti bisa menafkahi kita.”Mulut Sharon berkedut ketika mendengar ini. Apa yang sebenarnya terjadi?Sebelum mereka selesai dengan percakapan mereka, telepon Sharon berdering. Simon memberitahunya bahwa ia sekarang sudah ada di bawah dan ia meminta mereka untuk turun.Sharon menutup telepon, dan lelaki kecil itu menarik tangannya dengan penuh semangat. “Ayo turun, Bu.”Sharon masih bergeming dari tempat d
Sharon merasakan kepalanya pusing. Bukannya itu pernikahan palsu? Ia tidak harus begitu serius tentang ini, kan?Saat matahari mulai terbenam, Maybach akhirnya tiba di rumah keluarga Zachary.Mobil berhenti di depan air mancur yang sangat besar dan melalui jendela mobil, Sharon melihat seorang pelayan sedang menunggu.Simon dan putra mereka telah turun dari mobil, menunggu Sharon untuk keluar.Ia harus menghibur dirinya sendiri sebelum menyiapkan amunisi yang diperlukan dan keluar dari mobil. Kemudian tiba-tiba memikirkan sesuatu yang lain. "Oh tunggu. sopan nggak ya datang dengan kosong?” Ia menyadari seharusnya bawa beberapa hadiah."Cukup kamu kan udah bawa anak ini." Simon merasa itu sudah cukup."Ayo masuk" dia menoleh dan berkata kepada Sebastian.Sharon melihat ke belakang pria itu yang tampak dingin, sebelum mengikutinya.Para kepala pelayan dan pelayan menyambut mereka ke dalam rumah. Di ruang tamu, Douglas sedang duduk di sofa utama dengan manik-manik rosario di tangannya."