“Penawarannya bagus, cuma… aku nggak mau meninggalkan tempat ini.”Setelah ia mengatakan itu, Eugene mengerti. Ia melengkungkan bibirnya membentuk senyuman. "Aku nggak pernah berencana memintamu pergi."Ia menatapnya dengan bingung. Ia melanjutkan, “Kami punya cabang di sini. Kamu nggak harus pergi ke mana pun. Kamu bisa kerja di sini.”Ia menatapnya dalam-dalam dengan senyum di matanya. "Gimana? Kamu masih mau menolakku?”Mereka bertiga menghabiskan hampir setengah hari di taman hiburan. Jika Sharon tidak mengatakan bahwa sudah waktunya untuk pergi, si kecil masih akan terus bermain.Eugene bertanggung jawab untuk mengantar mereka pulang ke apartemen mereka.Kali ini, Sharon memegang tangan putranya saat mereka mengucapkan selamat tinggal pada Eugene di sisi mobil.“Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk bersenang-senang dengan aku dan anakku. Aku akan traktir kamu makan lain kali kalau bisa.” Sharon tersenyum dan berbicara kepada pria di depannya.Eugene memasukkan tangann
"Ayah, Paman Eugene tadi ajak ibu dan aku ke taman hiburan!" Sebastian tidak memperhatikan suasana tegang di antara orang-orang dewasa itu saat ia melaporkan acara perjalanan mereka kepada Simon.Ketika Simon mendengar itu, tatapannya menjadi semakin dingin. Ada sedikit lekukan di bibirnya dan kilatan mengejek di matanya yang tajam. "Oh? Aku harus terima kasih dengan baik kalau begitu, Eugene. Kamu punya banyak waktu kosong untuk pergi ke taman hiburan bersama istri dan anakku.”Senyum di wajah Eugene berbeda dari sebelumnya. Jika seseorang tidak melihatnya dari dekat, mereka tidak akan menyadari bahwa tidak ada kehangatan dalam senyumnya sama sekali. Ia berpura-pura terkejut ketika ia berkata, “Apa? Anda bilang mereka istri dan anakmu?”Ia sedikit menyipitkan matanya dan melanjutkan, “Kapan Anda menikah, Presiden Zachary? Kenapa saya belum dengar? Dan…kok tiba tiba putra kamu sudah besar?”Wajah Simon tanpa ekspresi namun tampan menjadi semakin dingin di detik berikutnya. “Ini ng
Ini sangat lucu. Kenapa Simon begitu marah? Apa ia punya masalah dengan Eugene, dan Sharon jadi pelampiasannya?Simon menatapnya dengan mata yang dalam. Ia mendekatinya dengan aura dengan kilatan menyeramkan di matanya. “Sharon, kamu nggak dengar apa yang aku bilang sama kamu? Bukannya aku sudah kasih tau kamu untuk nggak berinteraksi dengan Eugene? Kamu nggak dengerin dan bahkan kamu ajak anak kita ke taman hiburan bareng Eugene.”Sharon terdorong ke pintu oleh pria ini. Awalnya, ruang geraknya sudah tidak terlalu luas. Sekarang, semakin sempit dan udara semakin tipis.Sharon membuka mulutnya untuk menjelaskan tetapi kemudian ia berubah pikiran. Apa yang harus dijelaskan?Mereka baru saja pergi ke taman hiburan. Itu bukan hal yang memalukan.“Benar, kita pergi ke taman hiburan. Kamu nggak punya waktu untuk kita dan dia punya, jadi kenapa kita nggak pergi?”“Nggak bisa! Aku ayah Sebastian dan suamimu! Bukan Eugene Newton!” Pelipis pria yang sedikit berdenyut itu mengungkapkan bet
Simon melihat punggung wanita itu menghilang saat ia melarikan diri dengan panik. Api di dadanya belum sepenuhnya hilang. Simon berhenti tiba-tiba karena ia melihat air mata di sudut mata Sharon, dan memperhatikannya tampak seolah-olah Sharon telah diganggu.Simon tidak mengira dirinya kehilangan kendali. Simon tidak menyangka akan menjadi sangat marah setelah melihatnya bersama Eugene.Franky baru berani masuk ke dalam mobil setelah melihat Sharon turun dari mobil itu. Franky takut ketika ia melihat ekspresi mengerikan di wajah bosnya dan bagaimana Simon terlihat seperti ingin membunuh seorang pria.“Cari orang untuk awasin Eugene.” Simon meneriakkan perintah entah dari mana. Ia tidak bisa membiarkan Eugene mendekatinya lagi!Di dalam mobil, Franky yang duduk di kursi pengemudi dan hendak menyalakan mobil melihat wajah tampan bosnya yang sedingin gunung es melalui kaca spion. Ada juga beberapa darah di sudut bibirnya.Franky tidak bisa menahan diri untuk tidak merasa ngeri. Apa b
Seolah-olah Simon telah menghilang ke udara. Ia tidak bertanya tentang Sharon dan anaknya sama sekali.Sebuah bola kemarahan terbentuk di hati Sharon. Mau tak mau Sharon menertawakan pikirannya bahwa Simon punya waktu untuk memikirkan mereka. Simon bahkan mungkin sedang dalam perjalanan untuk menghabiskan waktu bersama Rebecca.Sharon adalah satu-satunya idiot yang mengira Simon akan peduli dengan perasaannya!Setelah Sharon bermain dengan putranya selama dua hari, seseorang dari keluarga Zachary datang untuk membawa pulang si kecil. Douglas tidak akan membiarkan si kecil tinggal terlalu lama di luar."Ibu, aku pulang ke tempat kakek dulu ya." Sebastian tidak ingin berpisah darinya, tetapi ia mengerti bahwa ia akan menyebabkan banyak masalah bagi ibunya jika ia tinggal bersamanya.Sharon berjongkok dan menggendong putranya. “Kamu harus makan dan tidur tepat waktu ketika kamu sampai di tempat kakekmu, oke? Kakek sudah tua sekarang, jadi jangan buat kakek marah, ngerti?”Sebastian
Sharon menatap pria yang duduk di sebelahnya. Ia mengenakan setelan yang dibuat khusus dan mengenakan dasi dengan garis-garis diagonal. Rambut hitamnya disisir ke belakang dengan rapi, dan selalu ada senyum lembut yang menyebar di wajahnya.Sungguh, Eugene bukan bos yang keras dan benar-benar berbeda dari Simon yang dingin dan arogan.Aneh, kenapa ia memikirkan Simon lagi?Simon belum muncul sampai sekarang. Sharon tidak bisa tidak memikirkan apakah Simon benar-benar hilang.Namun, jika sesuatu terjadi padanya, Alfred tidak akan begitu tenang ketika ia datang untuk menjemput si kecil tadi malam.Jika itu masalahnya, apakah ia sibuk mempersiapkan pernikahannya dengan Rebecca?"Apa yang kamu pikirkan?" Suara lembut pria itu terdengar di sebelahnya.Sharon kembali sadar dan tersenyum malu. "Aku cuma nggak biasa dijemput bos untuk kerja."“Kamu cuma akan dapat perlakuan seperti ini di hari pertama kerja. Jangan harap dapat perlakuan ini setiap hari,” kata Eugene sambil tertawa keci
Sharon terpesona setelah mendengarkannya. Ia hampir lupa menyanyikan bagiannya.Setelah Eugene selesai dengan bagiannya, Eugene mengangkat tangannya untuk menyentuh Sharon sebelum ia kembali sadar. Sharon melihat ke layar dan dengan cepat melanjutkan liriknya.Kebetulan, Sharon tahu lagu ini. Ia bahkan menyanyikan lagu ini dengan Howard waktu kompetisi menyanyi di sekolah. Saat itu, ia berlatih lagu ini berulang kali sehingga ia bisa bekerja sama dengannya untuk mendapatkan hadiah.Namun, siapa yang tahu bahwa semuanya tetap sama, tetapi orang-orang telah berubah dan sekarang mereka adalah musuh.Ketika Sharon menyanyikan lagu ini, ia teringat semua yang terjadi di masa lalu. Hatinya tidak nyaman dan berat. Ia hampir tidak bisa melanjutkan bernyanyi lagi.Mungkin Eugene bisa melihatnya. Eugene tiba-tiba mengulurkan tangan untuk memegang bahunya. Sharon mengangkat kepalanya untuk melihat ke dalam mata sipitnya yang terlihat tersenyum. Perasaan akrab itu muncul lagi dan rasanya sepe
Sharon merasa kepalanya mati rasa. Keduanya tampak seolah-olah mereka akan berkelahi kapan saja. Ia tidak ingin Simon berkelahi dengan seseorang karena ia lagi."Apa aku perlu buat janji sebelum aku menghajarmu?" Mata Simon dipenuhi dengan penghinaan."Lepas Sharon." Eugene meminta Simon untuk melepaskan Sharon agar mereka bisa bertarung.Tentu saja, Simon tidak takut dengan provokasinya. Ketika ia hendak melepaskan Sharon, Sharon memeluknya lebih erat."Cukup! Apa kalian nggak takut direkam video kalian berkelahi di sini dan masuk berita?” Mereka berdua adalah orang tenar dan berpengaruh."Shar, aku cuma mau kasih dia pelajaran" Eugene sepertinya tahu bahwa Simon tidak memperlakukannya dengan baik.Pupil mata Simon mengerut. Shar? Kapan mereka berdua menjadi begitu dekat?Sebuah bola kemarahan meledak di hatinya. Ia mengepalkan tinjunya untuk meninju Eugene.Sharon menggunakan seluruh kekuatannya untuk menahan pria yang marah itu. "Simon, tenang!"Kegelapan di mata hitam Simo