Diana takut Nyonya Carter akan mengatakan sesuatu di depan Simon. Ia menekan kecemasan dalam dirinya dan mengatakan kepadanya, “Cuaca berubah terlalu cepat. Aku nggak berhasil rawat dia dengan baik meskipun aku coba yang terbaik untuk lakuin itu. Aku gagal sebagai ibunya.”“Nggak, saya yang harus disalahkan. Saya tinggal dengan Nona Kecil Bonnie sepanjang malam untuk rawat dia, tapi saya tertidur sekitar tengah malam karena saya terlalu mengantuk. Mungkin Nona Kecil Bonnie masuk angin saat itu. Kalau Anda harus nyalahin seseorang, tolong salahkan saya.” Nyonya York akan mengakui kesalahannya setiap saat.Simon memelototi mereka dengan dingin. Ia dibuat terdiam oleh mereka.“Dokter keluarga sudah periksa dia. Dia bilang dia demam karena dia masuk angin. Dia meresepkan obat penurun demam untuknya. Dia juga udah minum obatnya. Mungkin dia masih merasa nggak nyaman dan itu sebabnya dia terus nangis." kata Diana lembut.Simon memiliki ekspresi dingin di wajahnya. Tidak ada gunanya bagin
"Kamu mandiin Bonnie pakai air dingin?" Simon mengarahkan pandangannya yang gelap dan tajam ke arah Diana saat ia bertanya dengan nada berat.“Aku… nggak, aku nggak lakuin itu. Gimana aku bisa lakuin hal seperti itu pada anak aku sendiri? Kamu harus percaya padaku..." Diana panik sambil menggelengkan kepalanya untuk menyangkal tuduhan terhadapnya. Ia tidak bisa mengakui apa yang telah ia lakukan tidak peduli apa!Simon menatapnya dengan dingin tanpa berkata apa-apa. Diana tidak tahu apa ia memercayainya atau tidak.“Kenapa ada begitu banyak orang yang berkerumun di sini? Bukannya kalian semua punya pekerjaan untuk dilakuin?” Saat itu, Penelope masuk.Ia terengah-engah saat melihat Simon. “Jadi kamu masih tau jalan pulang? Aku dengar kamu nunggu Sharon di rumah keluarga Newton akhir-akhir ini, tapi dia masih nolak untuk ketemu kamu.”Penelope mengambil beberapa langkah ke arahnya dan menertawakannya dengan mengejek. “Apa kamu nggak mikir kamu nyia-nyiain usahamu pada seorang wanita
Penelope adalah kakak perempuannya. Kata-katanya masih mempunyai kekuatan di rumah itu.Namun, Simon tidak mau repot-repot berbicara banyak dengannya. “Bawa Diana ke Maple Villa. Siapin semua kebutuhan sehari-harinya juga.” Hanya itu yang bisa ia lakukan untuknya. Bagaimanapun, ia masih ibu Bonnie."Nggak! Presiden Zachary, aku nggak akan pergi. Aku nggak mau pergi. Jangan pisahin Bonnie dan aku…” teriak Diana sambil memohon padanya. Demi anak mereka, ia tidak tega melakukannya, kan? Simon tidak meliriknya. Wajah tampannya mengeras saat ia berkata, “Tapi dia nggak butuh kamu. Karena kamu nggak bisa jadi ibu yang baik, biarin pengasuh profesional yang rawat dia.” Begitu ia selesai berbicara, ia melambaikan tangannya dan memberi isyarat agar Robert membawanya pergi. “Nona Diana, tolong ikut saya. Jangan persulit saya," kata Robert sopan. Jika Diana tidak bekerja sama dengannya, ia tidak punya pilihan selain menggunakan kekuatan. "Robert, pergi!" Penelope berteriak dingin. Ia ingi
“Nona Diana, tolong tetap di sini. Anda nggak bisa pergi kemanapun tanpa perintah Presiden Zachary." kata Robert sebelum ia pergi.Ia melihat pintu tertutup di depan matanya, benar-benar memisahkannya dari dunia luar. Suara kunci yang diklik menutup mengejutkannya. Tidak! Ia tidak ingin dikurung di sini. Apa ini berbeda dari dibuang? Ia bergegas dan membanting tinjunya ke pintu besi dengan sekuat tenaga. “Saya nggak mau tinggal di sini. Biarkan aku keluar! Biarkan aku keluar... Aku ingin kembali ke rumah tangga Zachary. Aku nggak akan tinggal di sini..." Namun, tidak ada yang menanggapinya tidak peduli berapa banyak ia memukul pintu. Tidak ada yang akan membukakan pintu untuknya. Ia tidak tahu berapa lama ia telah memukul pintu. Ia lelah. Benar-benar habis, ia bersandar ke pintu dan secara bertahap duduk di tanah. “...Aku mau kembali ke keluarga Zachary. Biarkan aku kembali…” gumamnya sambil menangis. Bagaimana Simon bisa memperlakukannya dengan begitu kasar? Terlepas da
Sharon mendapat telepon dari Simon segera setelah ia keluar dari laboratoriumnya. Ia mengangkat alisnya dan melanjutkan untuk mengangkat panggilan.Suara rendah dan memesona Simon terdengar dari ujung telepon yang lain. "Aku mau ketemu kamu." katanya dengan nada langsung dan berwibawa.Ia tersenyum dan bertanya, “Kenapa kamu buru-buru? Apa kamu udah selesaiin semuanya?”“Iya, aku udah kirim dia ke tempat lain. Kalau kamu nggak mau lihat dia, dia nggak akan pernah muncul di depan mata kamu lagi.” “Itu kasar. Bukannya kamu bilang kamu akan bertanggung jawab untuk dia?" Ia menggodanya. “Aku nggak mau ngomong apa-apa lagi. Keluar." Sepertinya ia benar-benar ingin bertemu dengannya. "Apa yang akan kamu lakukan kalau aku nggak keluar?" "Kalau begitu aku akan masuk." katanya singkat. Sharon segera berkata, Ok, tunggu aku di luar. Aku akan keluar sebentar lagi.”"Cepat.""Ok. Berhentilah bikin aku buru-buru.” Baru beberapa hari tidak bertemu. Apa ia sudah terburu-buru untuk mene
"Apa? Diana mandiin Bonnie air dingin dengan sengaja untuk buat dia jatuh sakit?"Dalam perjalanan kembali ke rumah Zachary, Simon bercerita tentang kejadian di dalam mobil. Inilah alasan mengapa ia mengirim Diana ke tempat lain."Nyonya Carter bilang dia lihat sendiri. Aku percaya dia. Dia nggak akan bohong." Lebih jauh lagi, ia sengaja mengatur agar Nyonya Carter tetap berada di sisi Diana.“Tapi… dia ibu Bonnie. Gimana dia bisa tega nyakitin anaknya sendiri?” Sebagai seorang ibu sendiri, Sharon pasti tidak akan bisa melakukan hal seperti itu.Memikirkan Bonnie disakiti, hatinya sakit untuk bayi itu.“Benar, itu sebabnya aku kirim dia ke tempat lain. Aku cuma akan biarin dia lihat Bonnie sesekali.” Ia tidak akan membiarkan Diana merawat bayinya lagi."Jadi, apa kamu udah sewa perawat profesional untuk jaga Bonnie?"“Iya, itu akan lebih baik untuk dia. Kamu nggak perlu habisin waktu untuk rawat dia juga. Kamu bisa pergi ke laboratoriummu untuk formulasi wewangianmu seperti bias
Oleh karena itu, Sharon membawa Bonnie ke ruang makan untuk makan malam. Bayi perempuan itu cukup energik hari ini. Ia terus cekikikan padanya dan bahkan memanggilnya 'Mama'. Meskipun pengucapannya tidak akurat, ia mengerti intinya.Anehnya Sharon tersentuh ketika ia mendengar Bonnie memanggilnya seperti itu. Itu benar-benar terasa seperti Bonnie adalah putrinya. Ia menjadi emosional saat air mata membasahi matanya.Simon menepuk pundaknya dan berkata dengan lembut, "Biarkan saja dia jadi putri kamu." Itu adalah cara baginya untuk mengimbangi semua kekacauan mental yang ia alami.“Kalau dia mau ngakuin aku sebagai ibunya, aku pasti akan perlakuin dia seperti putriku.” Sharon bertanya-tanya apa ia sangat menyukai Bonnie karena ia baru saja kehilangan putrinya.Saat itu, mereka bertiga seperti keluarga yang sedang makan malam bersama dengan gembira.Penelope melihat pemandangan ini saat ia memasuki ruang makan. Pupil matanya mengerut saat tatapan dinginnya mendarat di Sharon.Kenap
Api kecemburuan membara dalam dirinya saat membutakan akal sehat Diana. Ia bergegas menuju Sharon dengan sekuat tenaga!Penelope turun dari mobil sesudahnya. Ia menyeringai dingin ketika ia melihat Diana berlari ke arah Sharon dalam keadaan gila. Sharon melihat sosok yang berlari ke arahnya dari sudut matanya. Ia secara naluriah menghindari sosok itu. Simon juga melihat Diana. Sebelum ia bisa berhenti untuk memikirkan mengapa Diana ada di sini, ia segera menarik Sharon dan Bonnie ke belakangnya. Namun, Diana terlalu cepat. Tujuannya juga sangat akurat. Ia segera mencoba merebut Bonnie dari pelukan Sharon.“Saya ibu Bonnie. Kembalikan dia ke aku!” Meskipun ia tidak pernah terlalu peduli dengan Bonnie di masa lalu dan bahkan melecehkannya, ia telah menghabiskan waktu yang cukup lama bersamanya. Mereka juga memiliki hubungan ibu-anak. Ia tidak mau menyerah begitu saja, terutama ketika ia melihat Simon dengan hati-hati melindungi Sharon saat ia menggendong Bonnie! Diana sangat