“Kakak, cukup. Kalau kamu salahin Shar untuk semua ini, silahkan pergi! Anak ini bukan milik dia sendiri. Anak itu juga milik aku!” Simon tidak tahan lagi bagaimana kakaknya menegur Sharon."Tepat sekali. Bibi, bukannya bibi sibuk? Bibi jahat banget sekarang. Bibi sebaiknya pergi. Jangan rusak suasana hati ibu aku yang baik." kata Sebastian. Ia telah kehilangan kesabaran sejak lama karena Penelope membuat begitu banyak kebisingan.Penelope memelototi mereka bertiga. Kemarahan terus melonjak dalam dirinya. “Ok, ini masalah keluarga kamu. Kalau kamu lahirin anak yang nggak sehat, kamulah yang harus khawatir, bukan aku!” Tenggorokan Penelope kering karena semua pembicaraan ini. Dia nggak mau bilang apa-apa lagi. “Kamu bisa tinggalin rumah keluarga Zachary kalau kamu mau. Aku nggak bisa kendalikan apa yang kamu lakukan.” kata Penelope saat ia pergi dengan ekspresi gelap di wajahnya. Sharon akhirnya bisa merasakan damai… Setelah mengetahui Sharon hamil, ia merasa sangat tertekan.
Sharon tahu Rue merasa sedikit curiga. Jika ayahnya melakukan perjalanan bisnis, ia tidak perlu mengirimnya ke sini.Ia menarik Rue di depannya dan membelai rambutnya yang lembut. “Ayah kamu perjalanan bisnisnya panjang kali ini. Dia takut pengasuh nggak akan bisa merawat kamu dengan baik, jadi dia mengirim kamu kesini. Sebastian bisa temenin kamu. Kamu bisa tinggal di sini dengan bebas dan kasih tau aku apa pun, oke? ”Rue adalah orang yang sensitif. Setelah mendengar apa yang dikatakan Sharon, ia tidak lagi merasa khawatir. "Ok" katanya.Sharon memikirkan Fern. Tatapannya goyah saat ia berkata, “Ibu kamu… Dia sibuk syuting akhir-akhir ini, jadi dia mungkin—”"Aku tahu. Ayah aku kasih tau aku dia pergi ke pegunungan untuk syuting dan dia nggak punya akses ke sinyal telepon di sana. Karena itu, untuk saat ini aku nggak bisa video call dengannya setiap hari. Aku akan tungguin dia," kata Rue dengan senyum tulus di wajahnya yang polos. Ia mendukung upaya ibunya. Ia bangga ibunya adala
Ia menatapnya diam-diam tanpa mengatakan apa-apa. Eugene menekan emosi yang berkembang di dalam dirinya. Ia diliputi dengan emosi yang campur aduk sekali lagi. “Apa kamu nggak enak badan? Aku akan panggil dokter."Dokter segera datang. Setelah memeriksanya, ia berkata, “Nona Thompson sudah bangun sekarang. Itu berarti dia sudah lewatin tahap kritis. Namun, lukanya masih sangat serius. Dia masih perlu tinggal di sini selama beberapa hari pengamatan. Kami akan pindahin dia ke kamar pasien biasa setelah kami pastiin dia baik-baik saja.”“Terus, dia sekarang…”“Biarkan dia istirahat sebentar dan minum air. Kamu bisa kasih dia makan kalau dia mau makan sesuatu nanti. Ini akan baik-baik saja selama kamu nggak sentuh lukanya.”Fern tetap diam. Ia telah mendengar apa yang dikatakan para dokter. Sepertinya lukanya cukup serius.Setelah dokter pergi, ia membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu. Namun, suaranya sangat kasar dan serak.Eugene mendengarnya. Ia segera berkata, "Minum air dulu
Eugene tidak pergi. Sebaliknya, ia memerintahkan anak buahnya untuk membawakannya baju ganti baru. Ia kemudian mandi di kamar mandi di kamar dan berganti pakaian baru.Namun, Eugene selalu memprioritaskan penampilannya. Ia mencukur janggut yang tumbuh setelah berhari-hari tidak merawat dirinya sendiri, kembali ke sikapnya yang cerdas dan elegan seperti biasanya. Namun, matanya yang merah masih merupakan tanda bahwa ia belum cukup tidur.Meskipun begitu, pikirannya terpusat pada Fern. Tidak mungkin ia akan pergi sekarang. Fern memahami emosinya dengan baik. Ia tidak akan memintanya untuk beristirahat jika ia tidak mau melakukannya. Selanjutnya, ia merasa sangat lelah sekarang setelah mengucapkan beberapa patah kata.Eugene meminta seseorang untuk menyiapkan makanan bergizi untuknya. “Makan, oke?” Sikapnya terlalu baik hari ini. Ia bersikap begitu baik sehingga sulit baginya untuk menolak tawarannya. Fern menatap tatapannya diam-diam selama beberapa detik dan menjawab dengan sat
Fern tersenyum saat tatapan manis melintas di matanya. Ia membuka mulutnya dengan patuh sehingga ia bisa memberinya makan. Setelah makan seteguk oat, ia berseru kaget, “Wow, oatnya enak sekali. Jangan bilang kamu masak ini sendiri?"“Aku minta juru masak di rumah untuk masak ini” katanya jujur. "Hah? Koki dari rumah kamu? Kalau gitu, apa keluargamu tau soal…” Apa mereka tahu tentang keberadaannya? "Jangan khawatir. Tanpa persetujuan aku, juru masak nggak akan berani bilang apa-apa.” Ia tidak ingin keluarganya ikut campur dalam hubungan mereka juga. Fern menghela nafas lega. "Ok." Ia mengangkat alisnya. "Apa yang salah? Apa kamu merasa tertekan jadi pacar aku?” "Sedikit." "Kamu harusnya lebih pede dong." katanya sambil menepuk hidungnya yang halus dengan tangannya. Nada suaranya memancarkan cinta dan kekaguman. Fern mengira itu adalah hari terbaik yang pernah ada. Ia begitu lembut saat ia memberinya makan dengan hati-hati. Pada saat itu, ia mengatakan pada dirinya sendiri
Setelah berita Fern telah bangun dirilis, Jeremy benar-benar datang mengunjunginya.Jeremy memegang buket besar mawar biru di tangannya. Ia berpakaian santai tetapi masih memancarkan aura luar biasa yang cocok dengan statusnya sebagai superstar. Ia tampak cerah dan tampan."Fernie, kamu akhirnya bangun. Kru syuting dan aku sangat khawatirin kamu.” kata Jeremy."Ini salahku karena buat kalian khawatir." jawab Fern sopan.“Kamu nggak bisa disalahin untuk ini. Nggak ada yang sangka kuda itu tiba-tiba ngamuk." kata Jeremy sambil memasukkan bunga ke dalam vas. “Aku nggak tau bunga apa yang kamu suka, tapi aku lihat mawar biru ini waktu aku melewati toko bunga hari ini. Ini baru aja datang hari ini, jadi aku beli beberapa. Aku harap kamu suka."Fern memandangi mawar biru. Bahkan jika ia tidak tahu jenis bunga apa yang disukainya, ia harus tahu jenis bunga ini tidak boleh diberikan kepada sembarang orang, bukan?Fern tidak mengungkapkan emosinya. Ia hanya tersenyum dan berkata, “Terima
“Jangan salahin aku karena ingetin kamu tentang ini, tapi itu nggak berguna bahkan kalau kamu sudah jatuh cinta padanya. Kamu itu udah nikah. Lebih lagi, apa dia akan tetap jatuh cinta pada kamu kalau dia tau kamu udah punya anak?”Fern mengerutkan kening. “Wanita yang udah nikah? Aku masih lajang sekarang.” katanya.Ia terus menolak untuk mengakui mereka berdua sedang menjalin hubungan."Apa hal tersebut yang kamu pikirin? Kamu lajang? Kalau gitu, aku ini siapa buat kamu?” Eugene mendengus dingin.“Kamu bos aku. Bukannya begitu?”"Kalau aku cuma bos kamu, kenapa kamu masih tidur di ranjang yang sama dengan aku?"Eugene hanya ingin Fern mengakui hubungan mereka."Kamu cuma keras kepala dan menyangkal." kata Fern. Ia tidak ingin ada hubungannya dengan ia, tetapi ia hanya tidak mau membiarkannya pergi."Apa maksud kamu aku keras kepala dan nempel sama kamu?" “Bener kan?” Fern menatapnya dengan dingin. Tatapan mereka beradu di udara. Setelah beberapa saat, sudut bibirnya terta
"Betul? Selamat untuk kamu dan aku! Aku akan jadi ibu baptis lagi!" seru Riley. Ia dengan tulus bahagia untuk Sharon setelah ia mengatakan kepadanya bahwa ia bisa menjaga anaknya.Sharon jauh lebih santai dua hari ini. Namun, setelah mendengar apa yang dikatakan Riley, senyumnya perlahan menghilang. “Gimana tubuh kamu pulih? Apa aku perlu nemenin kamu ke rumah sakit untuk lakuin pemeriksaan?” Sharon bertanya padanya. Ia ingat betapa buruknya ia berdebat dengan Jim untuk mempertahankan anaknya saat itu. Namun, ia akhirnya kehilangan anaknya.Riley sangat menyukai anak-anak, tetapi ia tidak bisa memiliki anak sendiri. Ia pasti sangat marah setiap kali ia memikirkannya.Tatapan Riley goyah. Suaranya melembut saat ia berkata, “Aku baik-baik aja. Aku udah pergi untuk pemeriksaan dan aku pulih dengan baik. Aku bisa punya anak nanti kalau aku mau, tapi… Aku nggak berpikir aku mau punya anak lagi.”Tidak ada pria yang pantas untuknya melahirkan seorang anak.“Bukannya terlalu dini bagim