Dengan jeruji besi memisahkan mereka, Sharon masih bisa melihat kilatan dingin di mata Simon. Ia tampak terluka. Sekali lagi, tindakannya telah menyakitinya!Ia merasakan cubitan di hatinya dan tiba-tiba, ia menyesalinya. 'Aku udah dengan jelas bilang aku nggak akan paksa dia melakukan apapun karena putra kita, namun lihat apa yang telah aku lakukan sekarang?'Hanya karena apa yang Penelope bilang padanya, dia tidak bisa lagi berpikir dengan benar dan bahkan menggunakan dirinya untuk memaksa Simon melakukan sesuatu yang tidak ia inginkan.Sementara itu, Simon sangat mengkhawatirkannya dan memikirkan cara untuk mengeluarkannya dari penjara. Sharon berpikir bahwa ia menjadi bajingan."Simon..." Ia hendak meminta maaf dan memintanya untuk melupakan apa yang baru saja ia katakan. Ia ingin memberitahunya untuk tidak menganggap serius kata-katanya.Namun, ia dengan dingin memotongnya, "Baiklah, sesuai mau kamu! Aku akan setujui rencananya!"Sharon tercengang. 'Dia setuju?''Dia bersed
Ia berdiri di tempat terdakwa. Ia dengan lembut berbalik untuk melihat penonton dan melihat Simon duduk di sana juga.Ekspresinya dingin dan acuh tak acuh seperti biasanya. Ia juga mengeluarkan aura yang intens. Tubuhnya memancarkan getaran yang bisa membuat siapa pun percaya bahwa dengan ia di dekatnya, Sharon akan baik-baik saja.Sharon mengepalkan tinjunya. Ia merasa bahwa ia seharusnya tidak mengecewakannya setelah semua hal yang telah ia lakukan untuknya.…Semuanya berjalan sesuai rencana Simon. Di akhir sidang, diputuskan bahwa Sharon telah melakukan kesalahan saat membela diri, yang berujung pada kematian Fiona.Sharon dianggap tidak bersalah dan dibebaskan. Namun, karena itu kecelakaan, ia masih harus memberi kompensasi kepada keluarga Fiona.Omong-omong, satu-satunya anggota keluarga Fiona yang tersisa adalah Penelope karena Howard masih di penjara.Itu akan menjadi keputusan Penelope apa Sharon harus memberi kompensasi atau tidak. Itu tidak akan sulit untuk diselesaik
"Sharon, kamu habis alamin kesulitan. Ayo, makan." Jarang Penelope mengambil inisiatif untuk berbicara dengan Sharon dengan ramah."Terima kasih, Penelope." Sharon bersikap sopan tapi ia tidak terbiasa dengan perubahan sikap Penelope yang tiba-tiba.Kemudian, Penelope memandang Simon dan berkata perlahan, "Simon, apa kamu sudah pindahin barang-barang kamu kembali ke rumah? Sebenarnya, kamu nggak perlu repot-repot. Aku nggak pernah menyentuh semua pakaianmu yang tertinggal di sini, aku bahkan minta mereka untuk kirim baju baru.”"Iya, aku belum pindahin barang-barang aku," kata Simon lemah.Sharon memandang mereka, bingung. Tatapannya akhirnya mendarat pada Simon. "Barang apa yang kalian pindahkan?""Simon akan pindah kembali ke rumah keluarga Zachary. Bukankah dia udah kasih tau kamu soal itu? Kupikir kalian udah diskusiin itu." Penelope memandang Sharon, merasa agak terkejut.Sharon juga terkejut. "Kamu pindah kembali ke rumah keluarga Zachary? Kenapa?""Ini rumahnya. Bukannya
Sharon merasa hatinya tenggelam ketika Simon menatapnya begitu dalam. Ia kemudian mendengar Simon berkata, “Karena kamu nggak mau percaya aku bisa temuin cara untuk obatin Sebastian, maka aku nggak punya pilihan selain ikutin ide kamu. Selama kamu bisa terima anak itu nanti kalau udah saatnya tiba.""Simon...""Ayo pulang. Ini udah malem banget." Ia tidak mau mendengarkan Sharon lagi dan melewatinya, langsung menuju ke rumah.Sharon berdiri diam di tempat yang sama. Ia berbalik untuk melihat siluet Simon yang menjulang tinggi dan menyadari ia telah melakukan kesalahan besar.Simon menyuruh sopir mengirim Sharon dan Sebastian kembali ke rumah. Mulai malam ini dan seterusnya, ia akan tinggal di rumah keluarga Zachary."Ayah, Bu, apa kalian berantem? Kenapa kalian berdua tinggal di rumah yang terpisah sekarang?" Sebastian bertanya kepada mereka berdua ketika mereka berada di depan mobil.Sharon memang berbicara. Ia berpikir tentang bagaimana ia harus menjawab putranya.Ekspresi Sim
Howard terus menatap pria yang duduk di kursi roda. 'Dia ... dia pamanku?'Nggak! Mustahil!'Ia yakin pamannya telah meninggal dalam ledakan itu. Tidak mungkin ia selamat!Selain itu, penampilan pria ini berbeda dari pamannya, selain dari tatapan yang sangat tajam itu..."Bibi, berhenti mencoba menipu aku. Iya, aku sudah lama berada di penjara, tapi aku nggak sepenuhnya bodoh. Dia bukan paman aku!" kata Howard."Memang, aku bukan paman kamu. Paman kamu udah meninggal. Kamu dan dia nggak ada hubungan apa-apa lagi," kata Simon.Sejak ledakan itu, ia telah membuat keputusan untuk tidak mengakui Howard sebagai keponakannya lagi.Sekali lagi, Howard meliriknya dengan tatapan kritis. Tiba-tiba, ia memiliki rasa takut terhadap orang ini."Kamu percaya atau nggak, kamu masih bajingan nggak berperasaan yang bahkan berani sentuh paman kamu. Kita, keluarga Zachary, nggak akan mau punya orang seperti kamu," kata Penelope dengan wajah tanpa ekspresi.Howard tertawa meremehkan. "Kalian udah
Sharon menerima pemberitahuan dari rumah sakit yang mengatakan Simon akan menjalani fertilisasi in vitro.Ia dengan cepat bergegas ke rumah sakit dan menghentikannya sebelum ia menjalani tahap seleksi."Simon, apa kamu benar-benar mau melakukan ini? Apa kamu sudah pikirin matang-matang?" Sharon menatapnya dengan serius.Mata lembut Simon berbalik untuk menatapnya, dan nadanya samar ketika ia berkata, "Aku akan tepatin janjiku ke kamu.""Tapi aku sudah bilang kamu bisa memilih untuk nggak lakuin kalau kamu nggak mau." Sharon tidak ingin Simon menuduhnya memaksanya melakukannya di masa depan.Simon menatap tajam padanya dan berkata, "Aku nggak mau kamu gunakan diri kamu sebagai alasan untuk paksa aku lakuin semua ini." 'Aku mungkin juga melakukannya kali ini dan menyelesaikan semuanya. Kenapa aku harus menyeret masalah ini?'Sharon merasakan cubitan di hatinya. 'Sepertinya dia benar-benar kecewa sama aku. Kalau nggak, dia nggak akan bilang hal seperti itu.'Ia menurunkan matanya d
Simon mengangkat alisnya tidak percaya. "Bahkan kalau itu masalahnya, anak itu akan tetap jadi adik laki-laki atau perempuan kamu.""Saudara laki-laki atau perempuan dari ayah yang sama tapi ibu yang beda?" Sebastian melirik ibunya yang ada di sampingnya dan mendengus. "Cuma kalau ibu aku terima."Sharon mengerutkan kening. 'Kenapa aku punya perasaan Simon dan Sebastian coba memaksaku?'"Sebastian, ayahmu lakukan semua ini cuma untuk selamatkan kamu. Kamu seharusnya paham." Penelope sangat berharap Simon memiliki anak lagi."Aku nggak sakit sama sekali, jadi kenapa aku perlu diselamatin?" Sebastian tidak bisa mentolerirnya lagi dan ingin mengabaikan Penelope begitu saja.Setelah beberapa saat, dokter akhirnya keluar."Cepat dan bilang apa aku sakit atau nggak!" Sebastian yang pertama angkat bicara.Dokter itu memegang laporan Sebastian dari pemeriksaan sebelumnya. Dilihat dari tatapannya, sepertinya ia menghindari mereka dan tidak berani menatap langsung ke mata mereka."Ini...
Sharon menganggapnya agak lucu. 'Pria ini begitu percaya dengan dirinya sendiri!'"Tentu saja, aku... nggak mau kamu lakuin itu." Siapa yang ingin pria mereka sendiri memiliki bayi dengan wanita lain meskipun tidak berbagi hubungan intim?Ia bertanya-tanya apa itu jawaban yang ia inginkan, tetapi Simon tidak mengatakan apa-apa dan hanya mendorong kursi rodanya untuk meninggalkan tempat itu.Sharon mengejarnya. "Apa kamu mau pulang ke rumah sama aku sekarang?"Simon tidak menjawab dan hanya tersenyum tipis.…"Riley, kenapa kamu udah keluar dari rumah sakit? Para dokter bilang kamu nggak boleh gerak dalam kondisi ini. Kamu harus istirahat di rumah sakit untuk beberapa waktu dulu." Sharon segera bergegas ke rumah Riley ketika ia mengetahui bahwa Riley diam-diam telah keluar dari rumah sakit.Riley duduk di kepala tempat tidur, dan wajahnya masih pucat. Keguguran kali ini telah memakan banyak korban di tubuhnya."Aku nggak tahan bau antiseptik di rumah sakit. Aku bisa pulihin diri