Share

DIMP 87

Penulis: LinDaVin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Ada Pak Danta di ruangan Ibu," beritahu Maya salah satu karyawan saat aku baru memasuki kafe dari pintu belakang.

"Oh … okay, makasih. Minta tolong Hari buatkan kopi ya, dua." Entah sejak kapan aku mulai kecanduan kopi, sepertinya setelah aku bekerja disini.

"Baik, Bu. Permisi," pamit Maya kemidian berlalu.

Aku berjalan pelan kemudian menaiki anak tangga karena ruangan kerjaku berada di lantai dua. Sebagai salah satu pemilik kafe ini, Mas Danta memang sering datang sekerdar melakukan kontrol di sela kesibukannya sebagai dokter.

"Assalamualaikum, Mas." Dengan tangan kanan aku mendorong pintu ruanganku yang setengah terbuka itu.

"Waalaikumsalam," jawab Mas Danta yang sedang duduk di kursi kerjaku.

"Pagi banget," ucapku sambil berjalan mendekati meja kerjaku.

Aku melewati Mas Danta yang duduk di kursi kerjaku untuk meletakkan tas di meja yang berada di belakang Mas Danta.

"Iya tadi habis jogging sekalian
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Teteng yeni
aduh ... aku kok ikut deg2gan.....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 88

    Aku menarik napas dalam dan mengembuskan perlahan untuk mengatur perasaan yang sedikit kacau. Bagaimanapun aku harus meyakinkan diriku sendiri kalau aku pasti bisa menghadapi dan melewati semua ini meski tidak mudah pastinya. Ayolah Rania … kamu pasti bisa, jangan terlihat lemah dihadapan orang yang telah menyakitimu, jangan perlihatkan sakitmu pada orang yang tidak menghargai cintamu. Sisi lain dalam diriku terus saja meyakinkan sisi lainnya untuk tidak memperlihatkan rasa sedih dan sakit yang masih aku rasakan.“Situ kosong,” tunjuk Mas Danta saat kami baru saja melewati pintu. Aku lihat sebuah meja yang berada di sudut warung dan baru saja di bersihkan.Aku mengangguk mengedarkan pandangan kea rah dalam akan tetapi tidak aku lihat keberadaan Mas Satria. Sisi lain ruangan tidak terjangkau oleh pandangan mataku kalau berdiri di sini. Mungkin saja Mas Satria duduk di dalam sana. Lah … kenapa aku malah mencarinya, tapi, memang semua terjadi secara reflek s

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 89

    “Ish … nggak lucu Pak Dokter,” ucapku sambil nyengir, bisa-bisanya kena prank. “Iseng amat ngeprank orang.”Mas Danta malah tertawa mendengarku.“Namanya Nia, kenal nggak?” ucap Mas Danta di sela tawanya. “Ish.” Reflek tanganku mencubit lengan pria yang masih terkekeh itu. “Itu kan foto aku.”“Nama kamu siapa?” tanya Mas Danta kemudian.“Rania.” Dengan polosnya aku menjawab.“Nia kan?” Mas Danta menoleh dan mengangkat sepasang alisnya, lengkung sabit di wajahnya tersenyum lebar.“Iya sih, eh … tapinya.” Aku tidak melanjutkan kalimatku karena tiba-tiba kehilangan kata-kata. Lebih tepatnya tidak mendapatkan kalimat yang tepat, kurang kerjaan banget pakai ngerjain aku segala.“Kamu pernah pacaran selain dengan pria tadi itu?” tanya Mas Danta tiba-tiba. Topik pembicaraan kembali pada permasalahanku.“Belum pernah,” jawabku kemudian. Selain Mas Satria aku memang tidak

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 90

    Seharian penuh kafe ramai, puji syukur kepada Tuhan pastinya atas rejeki yang berlimpah ini. Aku ikut turun tangan membantu karyawan karena memang kondisi benar-benar ramai. Hari minggu memang selalu ramai, tetapi, minggu ini memang lebih dibandingkan minggu biasanya.Selepas Magrib aku kembali keruangan rasanya cukup lelah. Aku mengambil ponsel di meja samping monitor dan kemudian membawanya ke arah sofa. Aku hempas pelan tubuh lelahku di atas sofa sambil mengecek ponsel. Ada pesan dan panggilan dari Mas Danta dan juga beberapa yang lainnya. Mas Danta masih mengurus urusan yayasan dan belum bisa kembali cepat. Dokter muda itu menggirim pesan sejak siang tadi.“Assalamualaikum.” Panjang umur sekali pria itu, baru saja aku membatinnya. “Aku pulang dulu tadi, nggak apa-apa kan? Kamu baik-baik aja kan, ramai banget ya hari ini pasti capek ikut turun tangan.”“Waalaikumsalam,” jawabku sambil bangun dari sofa dan kemudian duduk tegak.

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 91

    “Harapanku pupus saat pria itu datang, tapi, setelah Abang memberi tahu tentang pembatalan pernikahanmu harapan itu kembali lagi. Semua bukan sebuah kebetulan saat kamu bekerja di sini dan hal lainnya. Aku, Kak Rahma dan Kakak-kakak kamu yang mengatur semuanya. Aku mengatakan kepada mereka, aku suka padamu dan ingin menikah denganmu, mereka memberi dukungan atas keseriusanku dan meminta waktu karena kamu belum pulih dari lukamu.”Aku kehabisan kata-kata tidak bisa bicara sepatah katapun menanggapi atas apa yang diceritakan oleh Mas Danta. Berarti keluargaku juga terlibat dalam hal ini, mereka juga ikut mengatur semuanya.“Bahkan mama kamu sudah memberikan restu padaku untuk aku bisa menjagamu,” tambah Mas Danta lagi.“Mama?” tanyaku kemudian memastikan apa yang baru saja aku dengar. Mas Danta mengangguk, “Iya, mama kamu.”“Tapi, kenapa? Aku merasa tidak spesial dalam hal apapun. Dengan segala hal yang mas miliki, mas bisa mendapatka

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 92

    “Hal baik tidak perlu di tunda benar demikian kan? Kalau anak-anak sudah merasa cocok satu dengan lainnya alangkah lebih baik disegerakan saja.” Papa dari Mas Danta mulai menyampaikan maksud kedatangannya bersama keluarga.Seperti yang sebelumnya Mas Danta sampaikan bahwa dia akan langsung datang melamar dan itu yang sekarang benar-benar dia lakukan. Jujur aku merasa tidak percaya diri dihadapan keluarga Mas Danta. Aku yang merasa seperti tidak pantas atau tidak sebanding dengan pria itu, meski dapat aku lihat ketulusan dari setiap perkataan Mas Danta maupun keluarganya. Sebuah keputusan kembali diambil setelah aku mengangguk dan menerima lamaran dari Mas Danta dan keluarganya. Mereka menghendaki sebuah resepsi pesta untuk merayakan pernikahan anak bungsu dan anak laki-laki satu-satunya di keluarga mereka. Meski aku pribadi masih merasa trauma dan tidak ingin perayaan akan tetapi mereka memiliki sebuah alasan yang bisa aku terima dan pahami.“Jadi nanti a

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 93

    Tinggal menghitung hari untuk aku menapaki sebuah fase hidup yang lebih tinggi. Belum tenang sepenuhnya karena pengalaman masa lalu, sekarang hanya mencoba meyakinkan diriku sendiri bahwa semua akan baik-baik saja. Harapan adalah sebuah doa dan kadang ketakutan-ketakuan malah akan menjadi sebuah hal yang nyata. Akan lebih baik kalau aku tetap perpikir positif agar apa yang nantinya terjadi juga demikian.“Ruang untuk meeting sudah clear yah?” tanyaku pada Abi salah satu karyawan kafe. Pria muda dengan seragam coklat itu mengangguk.“Sudah siap, Bu.” Abi mengangkat jempol tangan kanannya. “Untuk menu juga sudah beres.”PT Kencana Manunggal beberapa waktu yang lalu memesan ruang untuk meeting sekaligus untuk makan siang sekitar 20 orang. Ini kali pertama setelah aku bekerja di sini ada yang reservasi untuk meeting. Selain menyediakan tempat untuk sekedar nongkrong kafe ini juga menyediakan tempat untuk meeting dengan kapasitas sedang. Untuk pesanan hari i

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 94

    “Terima kasih,” balas mas Satria dan terlihat memaksakan senyumnya. “Aku hanya sedang berusaha berdamai dengan takdir, meski tidak selaras dengan keingginan.”Aku mengangguk samar menanggapi ucapan Mas Satria, ada rasa kesakitan yang aku rasakan saat menatap sepasang mata elang yang nampak lelah itu. Sorot mat aitu seolah ingin bercerita tentang sebuah rasa sakit yang tengah dirasakan pemiliknya. Tidak ada jejak bahagia terpancar disana justru kesedihan yang nampak sekali terasa. Apa yang terjadi dengan pria yang pernah mematahkan hatiku ini?“Kamu terlihat cantik, selalu cantik,” ucapnya lagi dengan senyum getir yang samar. Mendung terlihat di sepasang mata itu, entah kenapa aku merasakan rasa sakit yang aku tidak mengerti apa artinya.Melihatnya seperti ini kenapa ingin menangis aku rasanya, meski aku tidak paham arti rasa yang kini sedang aku rasakan. Hanya saja aku sedih melihat keadaanya, tapi, untuk apa? Bukankah semua adalah pilihannya dan dia sudah

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 95

    “Mas,” panggilku pelan pada pria yang duduk di sampingku itu.“Iya, Sayang,” jawab Mas Danta sekilas menoleh ke arahku.“Mas kan dokter, pasti tau dong macam-macam obat?” tanyaku sambil sedikit memiringkan badan ke arah Mas Danta.“Iya, pastinya. Kenapa memangnya?” tanya Mas Danta balik.“Kayaknya aku butuh obat deh, soalnya habis jatuh tadi,” balasku kemudian.“Jatuh? Kamu kepleset? Jatuh gimana?” Pria itu terlihat sedikit panik mendengarku. “Apanya yang sakit, kok nggak bilang dari tadi.”“Nggak … nggak ada yang sakit. Jatuhnya Cuma bikin jantung berdebar, terus badan panas dingin gitu,” jelasku. “Ada obatnya nggak kalau jatuhnya … karena jatuh cinta sama orang ini,” lanjutku kemudian.Sekilas Mas Danta melihat ke arahku yang sedari tadi menatapnya, pria itu tersenyum kemudian mengulum bibirnya. Wajah putihnya terlihat bersemu, fix dia sedang salah tingkah alias salting.“Jangan ngegemesin … jadi pengen hala

Bab terbaru

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 105 END

    Segelas kopi aku siapkan untuk Mas Danta selepas aku membersihkan diri tadi, aku mandi terlebih dahulu karena Mas Danta masih menerima panggilan telepon dari rekannya. Aroma harum kopi menguar dari gelas yang sedang aku bawa ke ruang tengah. Aku menunggu Mas Danta selesai membersihkan diri dan sudah siap untuk menceritakan semua yang tadi terjadi.Aku berharap tidak akan terjadi kesalah pahaman antara aku dan mas Danta nantinya. Dalam perjalanan pulang tadi, aku sudah memilih kata-kata dan merangkainya menjadi kalimat-kalimat yang akan aku sampaikan kepada Mas Danta. Bicara masalah hati memang bukan yang mudah apalagi Mas Danta juga tau bagaimana aku dan Mas Satria dulu.“Humm … wanginya,” ucapku saat indra penciumanku menghidu aroma wangi yang hadir bersama Mas Danta yang berdiri di belakangku.Aku duduk bersandar di sofa saat Mas Danta datang dan kemudian melingkarkan ke dua tangannya di leherku. Kepalaku mendongak dan sebuah kecupan suamiku itu berika

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 104

    “Sangat bahagia,” jawabku tanpa melepas pandanganku darinya. Rasanya sesak saat aku harus mengatakan ini semua.“Bukankah aku harusnya bahagia?” ucap Mas Satria memaksakan senyumnya, tapi, air matanya malah semakin deras. “Tapi, kenapa sakit sekali rasanya,” lanjutnya kemudian.“Semua sudah berlalu, aku tidak akan mencari siapa yang benar dan siapa yang salah. Mas sudah mengambil jalan mas sendiri dan aku menerima semuanya meski semua itu tidak mudah. Sekarang aku juga sudah menentukan jalanku sendiri. Kita boleh bermimpi, memiliki rencana ini dan itu, akan tetapi, tetap semua kembali ke kehendak Tuhan. Itu dulu yang aku sematkan dalam pikiran saat terpuruk atas semuanya. Sekarang aku sudah bahagia dengan apa yang Tuhan pilihkan untukku, aku berharap mas juga mendapatkan kebahagiaan yang sama. Apa yang pernah terjadi dan yang sudah kita lewati biarkan menjadi bagian dari sebuah kenangan. Yang perlu kita lakukan sekarang adalah berjalan kedepan meski kita

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 103

    “Duh, pengantin baru basah terus rambutnya.” Aku langsung nyengir mendengar ucapan Kak Regina yang berdiri di depan pintu kamarku.Sore ini memang aku pulang ke mama untuk mengambil beberapa pakaian untuk aku bawa ke rumah Mas Danta, yah rumah baruku juga. Juga beberapa barang yang ssekiranya aku perlukan, tidak semua aku bawa karena Mas Danta sudah menyiapkan semuanya lengkap. Mas Danta sedang mengobrol di depan dengan Arya, Mama dan Abang Iparku.“Mana ada basah,” kilahku kemudian, sebelum berangkat tadi aku sudah lebih dulu mengeringkan rambutku dibantu Mas Danta.“Iya tapi, bekas keramas ini.” Kak Sisil mendekatiku dan membaui rambutku. “Bau shampoo,” godanya lagi sambil tertawa, lagi-lagi aku hanya nyengir.“Gimana?” Kak Sisil mengangkat alis dan matanya naik turun, sudah kayak orang cacingan. “Seru kan?!” siku Kakak perempuanku itu menyikut pinggangku pelan.“Apanya?” tanyaku pura-pura tidah paham, padahal aku tahu apa yang dimaks

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 102

    Aku meminta Mas Danta terlebih dahulu untuk keluar menemui keluarganya yang barusan datang, aku menyusul setelah kembali membersihkan diri dan merapikan keadaanku.*Kegiatan hari ini memang cukup padat dan melelahkan aku tidak bisa membayangkan saat pesta resepsi nanti akan seperti apa heboh dan capeknya. Rangkaian acara demi acara hampir selesai di gelar hingga akhirnya semua selesai jam 10 malam. Mama dan Papa meminta aku dan Mas Danta istirahat terlebih dahulu karena sepertinya mereka melihat aku yang sudah cukup kelelahan.“Danta pulang ke rumah aja, ya Mah,” pamit Mas Danta kemudian.“Iya sudah kaliah terlihat lelah sekali, iya disana lebih tenang, di sini masih banyak kerabat.” Mama mengangguk dan mengiyakan. Rumah Mas Danta dan rumah Mama hanya berselang beberapa rumah saja, kami berjalan kaki dari rumaah mama setelah berpamitan dengan keluarga. Bisa dipastikan beberapa keluarga mencandai Mas Danta saat berpamitan dasar Mas Danta buka

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 101

    “Mas … aku merinding,” ucapku lalu sedikit melangkah mundur. “Aku bisa sendiri, ntar bantu narik pelan-pelan aja.” Kembali aku melanjutkan, baju ganti yang aku bawa aku letakkan di atas sebuah meja yang berada di dalam kamar.Aku mulai membuka pelan kebaya yang aku kenakan, masih merasa tenang sebenarnya karena aku mengenakan dalaman yang senada dengan warna kulit. Hanya saja kalau tetap dibantu, sentuhan tangan dari mas Danta justru membuatku bergidik karena memang belum terbiasa. Setelah membuka seluruh kancing aku berdiri membelakangi suamiku itu dan memintanya membantu menarik kebayaku dari belakang.“Aku taruk di ranjang ya?” tanya Mas Danta dan akupun mengangguk.“Makasih, aku ke kamar mandi dulu,” ucapku kemudian saat Mas Danta meletakkan kebayaku di ranjang.“Mas nggak usah ikut, disitu saja dulu,” lanjutku kembali saat melihat mas Danta mengikutiku.“Aku nggak akan ngapa-ngapain, Sayang. Tenang aja, lagian kan di luar masih banya

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 100

    “Terima kasih suamiku tercinta semoga mas kawin yang diberikan memberikan manfaat dan saya mohon jadilah suami yang bertanggung jawab baik lahir maupun batin, terima kasih.” Sama seperti Mas Danta dengan suara sedikit parau karena menahan haru aku mengikuti apa yang penghulu ucapkan dan menerima mas kawin yang diberikan oleh suamiku itu. Untuk kali pertama setelah resmi menjadi nyonya Danta aku mencium punggung tangan suamiku itu dan sebuah ciuman di kening Mas danta berikan sebagai balasannya.Ini bukan yang pertama untukku menjalani prosesi seperti ini, hanya saja kali ini terasa berbeda. Sebuah moment penuh drama … Ah, itu sudah menjadi masa lalu dan sekarang aku sudah membuka sebuah lembaran baru dalam kehidupanku. Penghulu meminta kami duduk karena kami harus menandatangani buku nikah dan juga berkas lainnya. “Sesudah akad nikah saya Danta Pramudya Khalik berjanji dengan sesungguh hati, bahwa saya akan mempergauli isteri saya bernama Rania

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 99

    “Bukan mas Satria, tapi, tentang Ibunya dan juga bapak mertuanya,” jelasku memulai cerita.Aku kemudian mulai menceritakan tentang apa yang terjadi dengan mas Satria berdasarkan kabar yang aku terima dari teman-temanku. Juga tentang apa yang aku lihat sewaktu di mall tadi, dimana aku melihat bapak Aleya dan juga melihat Ibu Mas Satria menjual perhiasan. Aku juga mendengar kalau uang itu akan diberikam kepada bapak Aleya sebagai modal untuk usaha. Aku juga menceritakan kecurigaanku atas kecurangan bapak Aleya kepada Mas Danta.“Apa sebaiknya aku memberi tahu Mas Satria tentang hal ini, agar bisa mencegah ibunya memberikan uang itu kepada bapak Aleya?” tanyaku bingung. “Tapi, aku sudah tidak ingin ikut campur dalam hal apapun lagi sebenarnya,” lanjutku.“Sayang, bukan aku melarang kamu untuk memberitahukan hal itu kepada Satria atau membantunya. Tapi, kamu juga harus punya bukti yang kuat, bukan sekedar dugaan atau pun kecurigaan semata. Apa kamu punya bukti

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 98

    “Sini?” tunjukku kemudian dengan dagu.Mas Danta berhenti di sebuah toko perhiasan yang berda di lantai 1.“Pak titip belanjaan, ya.” Mas Danta berbicara dengan seseorang yang berjaga di depan toko perhiasan.“Baik, Pak.” Pria yang berjaga itu kemudian membantu mendorong troli dan meminggirkan tepat di belakang pria itu berjaga-jaga.Mas Danta kemudian mengandengku masuk ke dalam toko perhiasan yang paling terkenal di kota ini. Pelayan dengan seragam batik menyambut kami dengan ucapan selamat datang dan menanyakan tentang perhiasan apa yang kami cari.“Yang satu set, Mbak,” jawab Mas Danta kemudian.“Silahkan di sebelah sini, Pak.” Dengan tangan kanan pelayan berkulit putih itu menunjuk sebuah etalase.“Buat siapa?” tanyaku pada Mas Danta setengah berbisik.“Buat calon istriku,” jawab Mas Danta, aku menunjuk diriku sendiri dengan jari telunjuk dan pria itu mengangguk.“Kan sudah dapat dari mama,” ucapk

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 97

    “Tunggu sebentar ya, Sayang. Ini sudah selesai kok, dari rumah sakit aku langsung nyusul kesana.”Sebuah pesan masuk di ke ponselku, pesan dari Mas Danta. Aku sedang keluar ke sebuah mall di tengah kota guna berbelanja beberapa barang untuk di kafe. Mas Danta memintaku untuk naik taksi online karena dia yang akan menjemputku nanti. Sudah hampir dua jam aku berada di sini dan sudah mendapatkan barang-barang yan aku cari.Sebuah coffe shop di lantai tiga menjadi tempatku untuk menyandarkan tubuh lelahku. Sewaktu berkeliling tadi sama sekali tidak terasa capeknya, akan tetapi, setelah selesai baru aku rasakan kaki rasanya pegal meski aku tidak mengunakan alas kaki dengan hak tinggi. Mungkin saking asiknya melihat barang-barang sampai lupa capek tadi sewaktu di toko.“Silahkan milk shake coklatnya, Kak.” Seorang pelayan dengan seragam pink fanta menghampiri mejaku untuk mengantarkan minuman pesananku.“Oh … makasih,” jawabku kemudian.“Untuk

DMCA.com Protection Status