Beranda / Pendekar / Asmara di Kehidupan 303 / Bab 55. Musuh Dalam Selimut

Share

Bab 55. Musuh Dalam Selimut

Penulis: Dee Renjii
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-29 23:13:44

Sebagai ketua padepokan, Permana buru-buru menjelaskan tentang alasan Mbayang dan Sukesih dicurigai sebagai kaki tangan pengacau karena memang mereka berdua tidak ada di padepokan di malam dimana Begawan Wirasena tewas. Pangeran Gardapati pun kemudian memeriksa mayat sang Begawan disertai dengan beberapa orang pengikutnya.

Pangeran Gardapati mengeryitkan kening saat seorang anak buahnya membisikkan sesuatu padanya.

“Kau yakin?”

“Hamba sangat yakin pangeran!”

“Ya sudah, kau pergi dulu. aku harus bicara dengan para pemimpin padepokan ini.”

Pangeran Gardapati lalu berjalan menuju aula padepokan. Di sana sudah ada Mbayang, sukesih dan para tokoh-tokoh utama padepokan. Diantaranya, Cakraraya, Gendis dan Bimantara. Nyi Dewi juga ikut menyambut kedatangan Pangeran yang terkenal sakti mandraguna itu.

“Aku hanya kebetulan lewat, mengunjungi Mbayang, sama sekali tak ada niatan untuk membelanya. Ceritakan, apa kau benar-benar terlibat atau tidak! Bila memang terbukti, aku sendiri yang akan men
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 56. Kepanikan Permana

    Wajah pangeran menggelembung menahan kesal. Dia yakin sekali begawan Wirasena dibunuh menggunakan jurus pedang terbang. Dia hanya tinggal mencari pedang siapa yang dipakai, maka semua tabir misteri akan terbuka."Adakah orang luar padepokan yang menguasai jurus pedang, murid yang sudah keluar atau saudara seperguruan Ki Bayu Seta?” tanya Pangeran Gardapati kembali menyelidik.Bimantara erdiri memberi hormat, baru kemudian menjawab pertanyaan pangeran Gardapati.“Ampun pangeran, saya boleh dibilang adalah murid generasi pertama padepokan ini. Awalnnya hanya ada saya dan Gendis, disusul Permana dan Cakraraya, baru perlahan padepokan ini mulai ramai. Bisa dibilang, belum ada murid yang turun gunung yang menguasai jurus pedang terbang. Guru kami juga tidak bercerita punya saudara seperguruan. Jurus-jurus pedang padepokan segaran adalah murni kreasi guru kami, yang merupakan perpaduan berbagai jenis ilmu pedang yang telah di sempurnakan.”“Hmm, jadi jelas, pelakunya adalah orang sendiri. k

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-30
  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 57. Penyerang Misterius

    Pangeran Gardapati berdiri dengan gagah mengawasi para prajuritnya melakukan pemeriksaan. Semua pedang telah terkumpul, peralatan dapun bekas makan Begawan Wirasena juga sudah diperiksa, tinggal menunggu hasil dari pemeriksaan.Permana, meski jantungnya berdebar tak karuan, dia berusaha untuk tidak panik. Rahasianya perlahan akan terkuak, dia sedikit menyesal melakukan tindakan gegabah pada Begawan Wirasena. Begitu tahu ada Begawan Wirasena, tanpa pikir panjang dia menghabisi Begawan itu agar Bimantara tidak sembuh. Apa yang disampaikan Pangeran Gardapati tidak meleset sama sekali. Dia tahu kalau Begawan adalah orang sakti, maka dia sengaja meracuni minumannya, dan saat tengah malam, dia menggunakan jurus pedang terbang untuk menghabisi sang Begawan. Dan ternyata, membaiknya kondisi Bimantara bukan karena sang Begawan tapi karena Mbayang. Kehadiran Pangeran Gardapati makin membuat rencananya berantakan. Kini, dia hanya berharap Nyi Dewi bisa melakukan pembersihan secepat mungkin agar

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-02
  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 58. Serbuk Mematikan

    Sosok bercadar hitam itu berkelebat cepat menuju hutan. Gerakannya cepat, dengan ilmu ringan tubuh yang mumpuni. Tapi, yang mengejarnya juga bukan orang sembarangan. Tiba-tiba saja, di depannya sudah ada Cakraraya, yang bersendekap menatapnya dingin. Saat sosok bercadar hitam itu hendak berbalik, di belakangnya sudah ada dua orang Senopati tangguh, begitu juga di sebelah kanan dan kirinya. Sosok bayangan hitam itu terkepung dan tak bisa lagi melarikan diri lagi. Trrrang “Menyerahlah, kau sudah tidak bisa lari lagi!” Gendis yang muncul dari arah belakang berteriak dengan mata melotot. “Ha ha... kalian pikir bisa menangkapku. Hah, jangan mimpi kalian. Suwiwwit!” Pria bercadar hitam bersiul panjang, tak lama berselang, muncul dari balik semak-semak belasan orang berpakaian serba hitam menghunuskan pedang, mengepung. Cakraraya, Gendis dan empat orang senopati langsung melirik waspada, dengan kemunculan sekawanan musuh itu. mereka bersiap mencabut pedang dan bertarung. “Kita dijebak!”

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-04
  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 59. Sakit hati Jalasanda

    Jalasanda tiba-tiba muncul. Dengan cepat, dia menghunuskan pedang dan bersiap menggunakan jurus pedang terbang, menyerang lelaki bercadar hitam yang hendak menerbarkan serbuk beracun. Cakraraya yang melihat Jalasanda, buru-buru berteriak mencegah.“Jalasanda... jangan!” Terlambat, pedang Jalasanda sudah terlanjur lepas dari tangan dan melesat cepat menuju dada lelaki bercadar.Sllup Jllleb!“Aaaaaaa’!”Jerit panjang parau, terdengar memilukan saat sebuah pedang menancap tepat di jantung lelaki bercadar hitam. Dengan mata melotot dan tangan kanan yang memegangi pedang yang menancap di dada, pria bercadar hitam menuding ke arah musuh-musuhnya, menjatuhkan serbuk racun yang tak sempat dia tebar. “Ka ka lian a akan menerima balasannya!”BrrakTubuh lelaki bercadar itu roboh ke belakang, matanya melotot dan tak bergerak lagi. Dua orang senopati bergegas menghampiri, yang satu memeriksa nadi, memastikan apakah lelaki itu masih bisa ditolong apa tidak, sedang Senopati yang satunya

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-05
  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 60. Perkumpulan tengkorak hitam

    Pangeran Gardapati mengumpulkan para ketua dari padepokan Segaran di aula pertemuan. Dari pedepokan segaran ada lima orang, Nyi Dewi, Permana, Gendis, Bimantara dan Cakraraya, sementara Pangeran Gardapati seorang diri. Dia menjelaskan petunjuk-petunjuk yang berhasil ditemukan oleh para bawahannya pada para ketua padepokan Segaran. “Menurut keterangan para Senopati, yang dipakai untuk meracuni Bimantara adalah racun pelemas tenaga. Racun itu di teteskan pada tempat makanan. cukup beberapa tetes saja, racun itu akan bercampur bila sudah diberi makanan. Wajar bila Mbayang dan orang-orang dapur tidak menyadarinya. Aku bisa menjamin pengurus dapur tidak terlibat. Sedangkan racun yang dibawa oleh lelaki bercadar hitam adalah racun pembusuk kulit. Keduanya adalah racun andalan milik perkumpulan tengkorak hitam. Apakah kalian punya dendam atau ada masalah dengan perkumpulan itu?” tanya Pangeran Gardapati setelah menjelaskan panjang lebar. Semua yang berada di aula saling memandang. Nama dari

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-06
  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 61. Perubahan Sikap Permana

    Tiba-tiba Permana membawa pedang pusaka padepokan. Dia mendatangi Bimantara yang sedang duduk. “Kang… aku tahu kakang dan kalian semua selalu punya prasangka buruk padaku. Kalian juga tak pernah suka dengan kepemimpinanku. Dan sebenarnya aku memang tak layak jadi ketua..."Permana mengambil nafas panjang baru lalu meneruskan ucapannya. "Demi nama baik padepokan, aku akan mendatangi perkumpulan tengkorak hitam untuk meminta penjelasan, dan meletakkan jabatan ketua dan menyerahkannya pada kakang!” ujar Permana menyodorkan pedang pusaka pada Bimantara. Semua yang ada di aula mendongakkan kepala, kaget mendengar perkataan Permana, terutama Nyi Dewi yang langsung berdiri dari tempat duduknya. “Apa maksudmu, Permana!?” saut Nyi Dewi tak habis pikir dengan apa yang di katakan oleh Permana. Permana menoleh ke arah Nyi Dewi, berjalan mendekat, menunduk sejenak lalu kembali menatap Nyi Dewi istri guru sekaligus kekasih gelapnya. “Mungkin ini yang terbaik, Nyi Dewi. Tidak penting siapa yang m

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-07
  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 62. Kegamangan Bimantara

    Melihat Permana berjalan keluar, Nyi Dewi berdiri dan bergegas menyusul Permana. Wanita berusia empat puluhan tahun itu masih tak habis pikir dengan sikap kekasih gelapnya yang tiba-tiba ingin menyerahkan posisi ketua pada BimantaraSelepas Nyi Dewi pergi, Gendis langsung meluapkan semua ganjalan hatinya, dia menoleh dan menarik tangan Bimantara.“Kenapa Kakang menolak?” serunya merasa gemas dengan sikap suaminya.Bimantara menoleh ke arah Cakraraya yang sejak tadi diam mengamati, mengabaikan celotehan Gendis istrinya. “Bagaimana menurutmu, Dimas?Cakraraya berdiri bersendekap memeluk pedangnya. Dia mencoba menebak-nebak maksud dari Permana tiba-tiba menyerahkan jabatan ketua yang dulu mati-matian dia pertahankan. Tapi semakin dipikir, dia semakin tak mengerti maksud dari dari Permana. Bila Bimantara mau menerima, apa untungnya, dan bila menolak apa yang akan terjadi.“Aku juga tidak tahu, Kang. jalan pikiran Permana selalu sulit untuk ditebak!” Jawab Cakraraya sambil menggosok-gosok

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-08
  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 63. Pertarungan Kedua

    Permana duduk di pinggir sungai, memasukkan tangannya ke dalam, bermain-main air, seperti menunggu kedatangan seseorang. Tak lama berselang, Bimantara muncul dan berjalan menghampiri.Permana tersenyum melihat kedatangan Bimantara. Dia berdiri menyambut kakak seperguruannya itu.“Kakang sudah benar-benar sehat rupanya...”kedua saudara seperguruan yang tak pernah akur itu kini berdiri berhadapan.“Apa maksud semua ini Permana?” tanya Bimantara langsung pada pokok masalahnya.Permana mengibas-ngibaskan tangannya yang basah, lalu menatap pedang di tangannya, melangkah lebih dekat pada Bimantara.Bimantara menatap dengan penuh waspada.“Aku ingin mencari siapa yang meracunimu, dan siapa yang sudah membuat onar di ppadepokan, Kang!” jawab Permana penuh penekanan.“Tapi kenapa kau memintaku menjadi ketua? pasti kau merencanakan sesuatu?” saut Bimantara lagi.“Ha ha… Kakang selalu curiga padaku. Hmm di pertarungan pertama kita, aku sudah jelas-jelas mengalahkanmu. Tapi kau masih tidak mau m

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-09

Bab terbaru

  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 82. Markas tengkorak Hitam

    Tawa KI Bayu Seta perlahan mulai mereda, berubah jadi suara parau yang memilukan, membuat Mbayang makin bingung dan merasa takut kalau berada di jurang yang sepi, dan seorang diri dalam kurun waktu yang lama telah membuat kejiwaan Ki Bayu Seta terganggu.“Entah sudah berapa purnama aku berada di tempat sepi ini. Akhirnya aku menemukan cara untuk kembali ha ha. Mbayang, setelah kau pulih, aku akan melatihmu menjadi pendekar tak tertandingi!Di tempat lain, Permana sibuk menggembleng tujuh murid pilihan padepokan segaran. Dia mengajarkan jurus formasi pedang yang di mainkan oleh tujuh orang. Dengan formasi pedang itu, Permana bermaksud menantang pangeran Gardapati, saat sedang sibuk melatih, seorang murid padepokan tergopoh-gopoh menghampirinya.“Ampun ketua… Nyi Dewi menunggu di aula padepokan!”“Ada perlu apa Nyi Dewi mencariku?” tanya Permana merasa terganggu.“Hamba tidak tahu ketua, saya hanya menjalankan perintah, untuk memanggil ketua.”“Lanjutkan latihan!” perintah Permana yang

  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 81. Luka yang Belum Mengering

    Ki Barada kembali murung, air muka kesedihan tidak lagi bisa dia sembunyikan, saat mendengar alasan kenapa Mbayang sampai jatuh ke dalam jurang yang tidak lain tidak bukan sebab tanpa sengaja melihat Permana dan NyI Dewi melakukan cinta terlarang. Berkali kali dia menarik napas panjang mencoba merelakan apa yang telah terjadi.“Guru...” panggil Mbayang yang melihat wajah duka dari Ki Bayu Seta.Ki Bayu Seta tersadar dan menoleh ke arah Mbayang dan berusaha tersenyum. Dia merasa suka sekali dengan pemuda yang terlihat gagah dan bertulang kuat itu. Bertahun-tahun dia berada dalam lembah curam seorang diri hingga muncul Mbayang. Ya, meski kemunculan Mbayang juga membuatnya harus kembali merasakan luka hati yang tak kunjung mengering.“Saya mohon maaf bila cerita saya membuat Guru, tidak berkenan,” Mbayang yang mulai bisa bergerak jadi merasa tidak enak hati menceritakan asmara terlarang Nyi Dewi dan Permana.“Ha ha, sudahlah. Dulu aku adalah pendekar pedang yang cukup di segani. Bertahun

  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 80. Pelajaran Pertama Sang Guru

    Bab 80. Pelajaran Pertama sang GuruTok tok tokBunyi Kentongan terdengar bertalu-talu, sebuah pertanda ada peristiwa besar yang terjadi di padepokan Segaran. Seluruh murid padepokan langsung bergegas berkumpul di halaman. Kasak kusuk mulai terdengar riuh seperti tawon. Semua saling bertanya tentang apa yang terjadi hingga pagi buta mereka harus berkumul di halaman. Tidak lama berselang, Permana naik dia atas mimbar kehormatan. Dia di dampingi oleh Nyi Dewi dan Bimantara. Wajah Permana terlihat tegang dan penuh amarah. Dia menyapu pandang ke semua murid padepokan dengan tatapan tajam, yang membuat semua murid padepokan tidak lagi berani bersuara. Mereka diam menyimak, hal penting apa yang akan di sampaikan oleh pimpinan padepokan.“Murid-murid padepokan Segaran! kita tidak pernah berbuat onar, dan selalu setia pada kerajaan. Bila kerajaan memanggil, murid-murid padepokan selalu siap berlaga membela kerajaan. Bila kerajaan butuh, kita siap berjuang tanpa pamrih. Tapi Kerajaan malah men

  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 79. Ki Bayu Seta

    Mbayang merasakan tubuhnya makin lemas, dadanya juga terasa sesak. Dalam hatinya dia membatin, kalau dia masih beruntung bisa hidup dan selamat, meski dia juga tidak tahu dia benar-benar selamat atau hanya menunda kematian, karena selain tidak bisa bergerak, dan merasakan nyeri di sekujur tubuh, dadanya juga panas dan sesak.Kakek tua itu berjalan makin mendekat, wajah tua, rambut putih dan rambut yang awut-awutan itu membuat Mbayang jerih. Dia mulai menduga-duga kalau kakek itu itu adalah malaikat maut yang akan mengakhiri hidupnya.“Mau apa kau! Uhuuk-uhuuuk!”Mbayang berusaha menggerakkan tubuhnya tapi tidak bisa, semakin dia mencoba, tubuhnya makin terasa panas dan perih di sekujur tubuh.“Simpan tenagamu, anak muda. Kau sudah pingsan seharian. Sungguh beruntung kau tidak menemui ajal!” ujar kakek tua itu sambil berjongkok memeriksa nadi Mbayang, mengalirinya dengan hawa murni.Mbayang merasakan tubuhnya mulai menghangat, aliran tenaga murni dari kakek tua itu mampu mengurangi nye

  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 78. Kakek tua dalam Jurang

    Mbayang melesat cepat menembus hutan, berusaha melarikan diri secepat mungkin. Dari belakang, nampak berkelebat bayangan mengejarnya. Mbayang mengerahkan seluruh tenaga untuk menjauh, tapi bayangan itu selalu berhasil membayanginya. Mbayang yang terus berlari terjebak di sebuah tebing curam yang dalam, membuatnya tidak bisa lari kemana-mana lagi.“Ha ha,mau lari kemana lagi kau! ” sengit Permana tertawa geram berhasil menyusul Mbayang.Mbayang menoleh ke belakang, menatap tajam Permana tanpa rasa takut. Wajahnya kini terlihat jelas di terangi sinar rembulan.“Mbayang…!” Permana sendiri sedikit kaget mengetahui kalau yang mengintipnya adalah Mbayang, meski sebenarnya Permana punya rencana menjadikan Mbayang sapi perah, mau tak mau dia harus membungkam mulut Mbayang untuk selamanya agar rahasianya tidak terbongkar."Aku benar-benar tidak menyangka kau selancang itu!"“Aku juga tidak menyangka, paman berbuat serendah itu!” saut Mbayang tak kalah sengit.“Ku robek mulutmu! Hiatt!”Perman

  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 77. Bangkai Busuk yang Terkuak

    Juragan Karta merasa lega, Mbayang tidak memiliki rasa apa-apa pada Candrawati. dalam hati dia merasa bangga, kelak anak laki-lakinya itu akan menjadi seorang pendekar tangguh sekaligus seorang Senopati dibawah bimbingan Pangeran Gardapati. “Aku akan segera kembali untuk menepati janjiku!” ucap Juragan Karta saat berpamitan pada Mbayang. “Mbayang… sapi dan kudamu kurus kering sejak kau tinggal. Cepat pulang,” Candrawati terbata-bata berat kembali berpisah dengan Mbayang, dia sama sekali tidak tahu menahu soal janji Juragan Karta akan kembali untuk melamar Sukesih dan melepaskan Mbayang untuk pergi mengabdi di kota raja. Mbayang hanya menunduk tidak menjawab perkataan Candrawati. Dia merasa berat untuk berkata kalau dia mungkin tidak akan kembali ke rumah Juragan Karta setelah menikahi Sukesih. Dia melirik Juragan Karta, berharap junjungannya itu nanti akan menjelaskan pada Candrawati. “Kita harus berangkat!” Juragan Karta menarik pelan tangan Candrawati, yang membuat gadis itu mau

  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 76. Berpamitan

    “siapa dia kang?” tanya Sukesih dengan nada ketus, mencegat Mbayang yang mengambil makanan di dapur umum.Mbayang tersenyum dan terus saja masuk ke dapur, mengambil jagung dan ketela rebus.“Siapa yang kau maksud?”tanya Mbayang sambil menata jagung dan ketela rebus di sebuah nampan.“Hah, jangan pura-pura tidak tahu, kang. Tentu saja wanita yang bersikap manja padamu itu, apa hubungan kalian sebenarnya?” cecar Sukesih dengan wajah manyun.“Ha ha Ndoro ayu itu junjungan sekaligus teman masa kecilku, Kesih.”“Tapi sikap kalian bukan seperti hamba dan junjungan!” sengit Sukesih masih cemburu.“Kesih... malam ini aku akan bicara pada juragan Karta, meminta izin padanya untuk melamarmu dan pergi ke kota raja, mengabdi pada pangeran Gardapati. Berdoalah, agar semua berlancar baik,” terang Mbayang sambil melangkah keluar membawa makanan untuk dihidangkan pada Juragan Karta.Sukesih yang tadinya kesal dan uring-uringan langsung terdiam mendengar ucapan Mbayang.Mbayang terus berjalan, tekadny

  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 75. Api Cemburu

    Wajah Jalasanda langsung berseri cerah saat melihat Permana berjalan ke arahnya. Dia pun langsung berjalan menyambut sang ketua padepokan. Dia sudah menunggu cukup lama untuk menagih perkataan sang ketua padepokan.“Kang…”“Hmmm,” Permana berdehem sambil mangangkat telapak tangan. “Bersabarlah, bila kau ingin membahas soal Sukesih, percaya padaku, dia akan jadi milikmu. Bahkan aku akan memberimu hadiah kejutan, tunggu saja!” ucap Permana sambil berlalu.“Tapi kang...,”"Bersabarlah, aku tidak akan lupa pada janjiku!" Permana menoleh sejenak lalu kembali berjalan pergiJalasanda sebenarnya tidak puas dengan jawaban dari Permana, tapi tidak berani membantah, meski begitu, dia sudah bertekad akan melakukan segala cara untuk mendapatkan Sukesih dengan atau tanpa bantuan Permana.Hubungan antara Mbayang dan Sukesih sendiri memang makin terlihat mesra. Kini, seluruh padepokan seakan tahu, kalau Mbayang dan Sukesih saling menyukai. Hal itu membuat Jalasanda makin terbakar cemburu. Jalasanda

  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 74. Penakluk Pedang Terbang

    “Teja… kau lawan Mbayang!” putus Jalasanda saat sedang melakukan latihan bersama. Semua murid langsung duduk bersila membentuk lingkaran begitu Jalasanda memutuskan Teja yang akan menjadi lawan tanding Mbayang. Jalasanda tersenyum licik membayangkan Mbayang akan babak belur dihajar Teja, murid padepokan yang lebih lama belajar silat. Dia sebenarnya ingin langsung menghajar Mbayang dengan tangannya sendiri, kerana cemburu pada keakraban Mbayang dan Sukesih. Hubungan Mbayang dan Sukesih memang sudah terendus olehnya. Tapi, dia harus menahan diri karena Permana mencegahnya untuk berbuat sesuatu pada Mbayang yang merupakan kenalan dari pangeran Gardapati. Jalasanda pun memanfaatkan tangan orang lain untuk memberi pelajaran ada Mbayang. “Ha ha, bersiaplah Mbayang, aku tidak akan sungkan!” Teja tersenyum berjalan mendekati Mbayang. Murid-murid yang menonton bersorak-sorai. Hampir semua menjagokan Teja yang memang terkenal kuat dan sulit di kalahkan. Beberapa tombak dari tempat Mbayang dan

DMCA.com Protection Status