Setelah Emma terlelap, mereka baru meninggalkan kamarnya Emma.Begitu pintu tertutup, Janice langsung melepaskan tangannya dari pegangan Jordan.Tatapan Jordan menggelap."Kenapa? Memangnya aku sekotor itu?" tanya Jordan."Kita hanya akting di hadapan Nenek. Sekarang, Nenek sudah terlelap, jadi kita nggak perlu akting lagi," kata Janice.Janice berbalik dan turun ke lantai bawah.Jordan mengikutinya sambil bertanya, "Kamu mau ke mana?""Pulang," jawab Janice."Sudah semalam ini, kamu masih mau pulang?""Ini urusanku, nggak perlu kamu pedulikan."Langkah Janice sangat tegas.Di lantai bawah, dia melihat Linda membawakan kue dan iga asam manis untuknya.Imelda duduk di sofa sambil menggendong seekor anjing Pomeranian dan berkata, "Ini perintah Ibu, makanlah."Janice berkata, "Nggak deh, Bibi. Aku sudah makan malam.""Ya sudah kalau nggak mau makan. Kamu kira aku ingin melihat orang yang nggak tahu berterima kasih sepertimu lebih lama?" kata Imelda."Kalau bukan karena Nenek, aku juga ngg
Jordan meninju mobil Maybach di sampingnya.Tangannya pun kesakitan.Di dalam mobil Bentley.Janice duduk di jok penumpang sambil menyeka air hujan di tubuhnya dengan tisu.Setelah mobil ini melaju menjauhi vila tersebut, Cedric tiba-tiba menghentikan mobilnya. Kemudian, dia mengambil sebuah selimut yang lembut dari jok belakang mobil untuk Janice."Lap saja dengan selimut ini.""Terima kasih."Janice menerima selimut itu dan menyeka rambutnya.Kemudian, dia baru menyadari bahwa mobilnya tidak bergerak.Janice menoleh dan melihat Cedric yang sedang memegang setir mobil dengan satu tangan dan memiringkan badannya sambil menatap Janice dengan terang-terangan.Janice seketika berhenti bergerak."Pak Cedric?""Janice, kamu nggak seperti rumor yang beredar di luar."Cedric menatap Janice dengan tatapan penuh ketertarikan dan berkata, "Kata orang, kamu sangat mencintai Jordan, tapi menurutku, kamu bisa memutuskan hubungan kalian dengan sangat tegas."Janice menunduk sambil berkata, "Aku juga
Di rumah lama Keluarga Felix, Jordan baru keluar dari kamar mandi.Setelah mandi, api amarahnya sedikit mereda.Pada saat ini, ponselnya berdering.Dia menerima panggilan ini dan langsung mendengar suara Angela yang lembut."Jordan, kenapa kamu nggak angkat teleponku ....""Ada urusan, nggak sempat kuangkat," jawab Jordan."Bagaimana keadaan Nenek?"Angela bertanya dengan penuh perhatian, "Bagaimana kalau besok aku beli sesuatu dan pergi menjenguk Nenek?"Jordan mengeluarkan sebatang rokok dan memasukkan rokok itu ke dalam mulutnya. Dia menunduk sambil menyalakan rokok dengan pemantik api dan berkata, "Nggak usah. Nenek ingin bertemu dengan Janice. Hari ini, Nenek sudah bertemu dengannya, jadi kondisi Nenek sudah baikan."Angela terdiam untuk sangat lama.Saat Jordan hendak berbicara lagi, dia malah mendengar suara isakan tangis."Jordan, apakah nenekmu juga nggak menyukaiku? Ibumu dan adikmu nggak menyukaiku. Sekarang, nenekmu juga nggak menyukaiku .... Kenapa ... apa salahku sebenarn
Keesokan harinya kebetulan adalah akhir pekan.Awalnya, Janice berencana untuk pergi mencoba gaun dengan Cedric. Namun, Cedric sedang sibuk dan sudah terbang ke luar negeri pagi-pagi sekali.Cedric menghubungi Janice dan mengatakan bahwa dia sudah menghubungi penanggung jawab tempat itu, jadi Janice bisa langsung pergi.Secara kebetulan, Laura mengajak Janice untuk jalan-jalan, jadi Janice pun pergi dengan Laura.Penanggung jawab yang menyambut kedatangan Janice bernama Monica, yang merupakan seorang wanita berdarah campuran. Dia bukan hanya agen merek di Kota Sidny, tapi juga merupakan pemilik sebuah perusahaan majalah mode.Ada banyak selebriti yang pernah muncul di majalahnya.Begitu Monica melihatnya, Monica langsung memujinya. "Nona Janice, kamu cantik sekali, kamu bahkan lebih berkilau dari banyak sekali artis yang pernah kulihat!"Janice tersenyum dengan rendah hati.Laura berkata dengan bangga, "Apa daya, Janice memang sangat cantik. Sebagai sahabatnya, aku juga merasa sangat t
Janice pun berbalik dan hendak pergi.Namun, Jason malah mengikutinya."Janice, lagi pula, kamu sudah jadi wanita bekas. Setelah bertahun-tahun ditiduri oleh Jordan, sepertinya kamu juga nggak mendapatkan keuntungan apa pun darinya. Kalau kamu ikut aku, aku bisa memberimu 600 juta per bulan," kata Jason."Pergi sana!" seru Janice."Satu miliar? Huh, jangan-jangan kamu merasa bahwa kamu bernilai dua miliar?" Jason menjilati bibirnya sambil mendekati Janice dan berkata, "Dua miliar juga boleh, sih. Tapi, permainannya harus lebih menyenangkan, entah kamu sanggup ...."Plak!Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Jason."Biar kuperingatkan, menjauhlah dariku! Di sini ada kamera pemantau. Kalau kamu nggak pergi juga, aku akan menuntutmu atas pelecehan!" seru Janice.Ekspresi Jason sangat masam."Ck, sungguh pemarah, ya. Kamu kira aku takut?"Dia tiba-tiba menarik pergelangan tangan Janice. Belum juga dia melakukan apa pun, terdengar suara teriakan penuh amarah."Kamu mau ngapain?!"Laura y
Melihatnya seperti ini, Angela yang berada di sampingnya merasa agak panik.Perasaan gelisah kembali meluap dalam hatinya.Dia mendekati Jordan sambil berkata dengan polos, "Bukankah itu Kak Janice, ya? Wanita cantik memang disukai di mana pun itu, ya. Presiden direktur Perusahaan Walter melindunginya. Sekarang, pria itu sepertinya penggemar barunya, deh."Jordan malah tidak mengucapkan sepatah kata pun.Angela menggenggam tangannya dan bertanya, "Ada apa, Jordan?""Nggak apa-apa, turunlah."Angela turun dari mobil dengan patuh dan mengikuti Jordan ke dalam toko.Monica menghampiri mereka dan bertanya, "Pak Jordan, jarang sekali saya melihat Anda. Ada apa Anda datang ke sini?""Pilih gaun untuk pacarku," kata Jordan sambil mendorong Angela ke depan.Monica menatap tubuh Angela dan memuji Angela, lalu membawanya ke ruang ganti.Setiap ruang ganti di toko ini adalah ruangan yang luas, dengan karyawan yang khusus melayani tamu di dalamnya.Jordan tidak ikut masuk, dia terus menatap Jason.
Jordan sedang bertelepon. Dia menjulurkan jarinya ke arah Angela sebagai isyarat agar Angela tidak bersuara.Entah apa yang dikatakan orang di ujung telepon lainnya, nada bicara Jordan menjadi lembut."Baiklah, aku akan ke sana."Setelah mengakhiri panggilan ini, Jordan baru menoleh dan melihat Angela yang terabaikan di satu sisi.Saat dia melihat gaun yang dikenakan Angela, dia langsung mengernyit."Nggak bagus, ganti yang lain."Angela benar-benar marah hingga dia hampir muntah darah....Setelah mereka meninggalkan toko itu, Jordan tidak kembali ke perusahaan, melainkan pergi ke sebuah restoran kelas atas.Angela pun merasa kebingungan."Jordan, kenapa kamu datang ke sini?""Adikku pulang, semua anggota keluargaku ada di sini untuk menyambut kepulangannya. Aku akan membiarkan Steven mengantarkanmu pulang," jawab Jordan.Angela tahu bahwa ibunya Jordan tidak menyukainya, jadi dia juga tidak bersikeras untuk ikut.Pada saat ini, dia melihat Hannah berjalan keluar dari restoran itu."P
Jordan menjawab dengan dingin, "Dia sudah meninggalkan Perusahaan Felix. Ke depannya, dia sudah nggak lagi berhubungan dengan Keluarga Felix."Jack masih ingin bertanya, tetapi dia melihat isyarat yang diberikan Jesslyn dengan tatapannya.Dia pun membungkam.Semua orang mulai makan.Saat semua orang sedang mengobrol, Jack menarik Calvin dan bertanya, "Kak Calvin, apa yang sebenarnya terjadi?""Ceritanya panjang ...."Calvin membuang napas, lalu menceritakan secara singkat apa yang terjadi antara Jordan dan Janice.Jack pun terkejut."Jadi ... Kak Janice dan kakakku nggak mungkin bisa bersama lagi?""Sepertinya begitu. Sekarang, Kak Jordan juga sudah punya pacar. Menurutku, kali ini Janice juga pergi dengan sangat tegas. Sepertinya sudah nggak ada harapan lagi."Mendengar jawaban Calvin, Jack mengangkat gelasnya dan menurunkan tatapannya sambil tersenyum kecil.Saat mereka sedang makan, Carter tiba-tiba berkata, "Beberapa hari lagi ada sebuah jamuan amal. Jordan, kamu juga akan hadir, '
Baru saja Janice sampai ke depan pintu, dia melihat Cedric berjalan keluar.Dia pun tersenyum."Pak Cedric, kenapa kamu keluar?" tanya Janice."Sudah saatnya berdansa, jadi aku keluar untuk mencari pasanganku," jawab Cedric.Dia mengulurkan tangannya pada Janice, sedikit membungkukkan badannya dan berkata dengan sopan, "Nona Janice, maukah kamu berdansa denganku?"Janice pun meletakkan tangannya di telapak tangan Cedric.Keduanya berjalan ke aula jamuan bersama.Tidak jauh dari mereka, Jordan menatap mereka dengan tatapan yang sangat dingin.Baru saja dia hendak berjalan maju, lengannya dirangkul seseorang.Dengan ekspresi penuh ekspektasi, Angela berkata, "Jordan, ayo kita berdansa."Jordan terdiam sejenak, lalu membawa Angela ke dalam aula.Lampu aula jamuan yang awalnya terang benderang seketika menjadi redup. Seiring dengan iringan musik yang merdu, semua orang mulai berdansa dengan pasangan mereka.Cedric merangkul pinggang Janice yang ramping dengan tangannya yang besar, telapak
"Baiklah."Laura pun menarik Janice.Jordan berkata dengan suara rendah, "Janice, apakah kamu menghindariku karena kamu peduli padaku?"Dia mengamati Janice dengan matanya yang indah, seperti ingin menembus pikiran Janice."Kalau kamu benar-benar nggak peduli padaku, kamu bisa menganggapku seperti tamu lainnya dan menghadapiku dengan terbuka, bukan bersembunyi dariku. Bukankah begitu?"Laura menjulingkan matanya."Pak Jordan, kalau kamu melihat seekor anjing di jalanan, apakah kamu akan berhenti untuk mengobrol dengannya? Janice nggak menghiraukanmu karena dia sama sekali nggak menganggapmu sebagai manusia. Apakah aku harus menjelaskannya seperti ini padamu?!"Dengan tatapan dingin, Jordan berkata, "Laura, sepertinya kamu sudah bosan hidup, ya?!"Laura masih ingin melawan, tetapi Shawn menghentikannya."Jangan melawan lagi, dia bukan orang yang bisa kamu singgung," kata Shawn."Aku nggak peduli, aku tetap harus memarahinya. Lagi pula, sebelumnya, aku sudah pernah memarahinya!" seru Lau
Cedric menjawab secara perlahan, "Ibunya adalah mantan istri Samuel. Saat Simon berusia empat tahun, dia dan ibunya diusir dari rumah. Dalam waktu kurang dari sebulan, Samuel sudah punya istri baru. Kemudian, mereka melahirkan seorang putra bernama Harry Cresto.""Awalnya, Samuel membesarkan Harry sebagai pewarisnya. Sayangnya, putranya ini mengecewakannya, bukan hanya nggak berpendidikan, tapi juga mengalami patah kaki saat dia berkelahi dan balapan mobil. Sekarang, Harry masih menerima perawatan di luar negeri."Dengan nada bicara datar, Cedric berkata, "Beberapa tahun yang lalu, Perusahaan Cresto sebenarnya mengalami krisis. Kondisi kesehatan Samuel buruk, jadi dia tidak bisa mengelola perusahaan dengan baik. Terlebih lagi, karena tekanan dari beberapa petinggi perusahaan, dia hanya bisa membiarkan Simon masuk ke Perusahaan Cresto.""Di luar, Simon terlihat seperti pewaris yang berwibawa, tapi dia sebenarnya hanya pulang untuk membersihkan kekacauan ini."Dia mengetuk gelas kaca den
"Anak yang baik?"Cedric mengembalikan kartu nama itu pada Janice, tatapannya menggelap.Entah mengapa, dia merasa bahwa saat Jack menatap Janice, tatapannya ganas, seperti seekor anak serigala.Pada saat ini, suara kaca pecah menarik perhatian semua orang di dalam aula.Kedua orang ini menoleh dan melihat seorang pria berambut putih dengan ekspresi masam di depan pintu. Di depan kakinya, ada pecahan gelas anggur. Sedangkan di hadapannya, Simon berdiri dengan ekspresi acuh tak acuh.Melihat orang-orang memandang ke arah mereka, Simon tersenyum kecil."Ayah, apa yang Ayah lakukan? Gelas anggur bisa pecah, tapi jangan sampai kesehatan Ayah rusak karena amarah," kata Simon.Dengan nada yang sangat tegas, Samuel Cresto berkata, "Aku nggak memerlukan perhatian palsumu!"Cedric dan Janice pun menghampiri mereka.Cedric mengambil segelas anggur dari pelayan di satu sisi dan menyerahkannya pada Samuel."Paman Samuel, di acara sepenting ini, nggak bagus deh kalau Paman marah-marah?"Cedric meng
Pasangan pria dan wanita yang serasi berjalan masuk.Pria itu sangat tinggi dengan tubuh yang tegap dan aura mulia. Dia mengenakan jas hitam buatan khusus, yang membuat wajahnya yang tampan terlihat sangat mulia.Wanita di sisinya juga sangat cantik. Gaun berwarna merah tua itu menonjolkan bentuk tubuhnya yang sempurna. Kalung di lehernya juga sangat menyilaukan mata.Wanita itu terlihat sangat familier."Itu Janice?" seru Melissa dengan terkejut.Ekspresi Jesslyn dan Angela juga berubah.Tidak jauh dari mereka, Jordan juga sangat gelisah.Dia sudah menyangka bahwa Janice akan datang, tetapi dia tidak menyangka bahwa Janice akan tampil dengan begitu memukau.Janice terlalu cantik, sehingga semua wanita di tempat ini menjadi tidak terlihat.Jordan-lah yang sudah lupa .... Namun, sebenarnya Janice selalu secantik ini.Sedangkan kecantikan ini pernah menjadi milik Jordan sendiri!Saat Jordan memikirkan hal ini, perasaan getir dan enggan memenuhi hatinya.Dia sepertinya sudah mulai menyesa
Janice terlalu memesona, sehingga semua kata kehilangan kekuatan mereka. Sedangkan Cedric merasakan sebuah dorongan ... untuk mencium Janice....Di sebuah aula jamuan kelas atas di Kota Sidny.Jordan berdiri di dalam aula sambil meminum sampanye dan sesekali melihat ke arah pintu masuk.Saat orang di sekitar datang untuk mengobrol dengannya, dia hanya berbicara singkat dengan mereka sebelum mengusir mereka.Angela menyadari bahwa Jordan sangat tidak fokus. Dia memonyongkan bibirnya dan merangkul lengan Jordan."Jordan, ramai sekali di sini, tapi aku nggak kenal siapa-siapa. Bagaimana kalau kamu bawa aku pergi berkenalan dengan orang-orang?"Saat Keluarga Felix berada di luar, tetap akan ada orang yang datang untuk mengobrol dengan mereka, mereka tidak perlu secara khusus pergi berbicara dengan orang lain.Namun, Angela tidak memahami prinsip ini.Jordan berkata dengan sabar, "Kalau kamu ingin berkenalan dengan orang lainnya, biarkan Jesslyn bawa kamu pergi. Aku nggak bisa bergabung da
Janice merasa agak terkejut. Dia langsung melangkah mundur sambil berkata, "Nggak usah, Pak Cedric ...."Sekarang, dia benar-benar sudah mulai meragukan apakah kebaikan Cedric padanya mengandung maksud ketertarikan seorang pria terhadap seorang wanita atau tidak.Jordan sudah menyakitinya terlalu mendalam, sehingga sekarang, dia sama sekali tidak bisa memikirkan hal-hal seperti perasaan seperti ini.Jika Cedric benar-benar tertarik padanya, dia benar-benar tidak tahu bagaimana dia harus menghadapi pria ini."Hanya sekotak cokelat, kenapa kamu segugup ini?"Cedric menggigit rokoknya. Seperti bisa membaca pikiran Janice, dia berkata, "Aku membelinya di toko oleh-oleh di bandara, anggap saja sebagai ucapan terima kasihku karena kamu sudah merayakan ulang tahunku. Bukan hanya kamu, aku juga beli untuk Simon."Dia menyerahkan sebuah kotak untuk Janice.Janice pun menerima kotak itu dengan tenang.Namun, Cedric tidak langsung pergi. "Kata Monica, hari ini, saat kamu pergi coba gaun, kamu ber
'Benar saja, pasti ada yang terjadi,' pikir Janice.Janice berdiri dan mendekati Laura."Coba kulihat foto bosmu.""Nggak ada yang perlu dilihat," kata Laura.Namun, Laura tetap mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto bosnya pada Janice."Namanya Shawn Marvin. Tahun ini, dia baru berusia 30 tahun. Dia mengambil alih perusahaan dari ayahnya. Dia jauh lebih kaya daripada rakyat biasa sepertiku," katanya.Janice pun melihat foto itu."Dia lumayan tampan dan elegan.""Sudahlah, dia berada jauh di bawah Cedric," kata Laura.Janice pun berkata dengan nada bercanda, "Laura, menurutku, kamu cocok dengannya.""Ahh ...."Laura yang terkejut mendengar ucapan Janice tidak sengaja menyayat jarinya dengan pisau.Darah langsung mengalir dari luka itu.Laura seketika tercengang. Reaksi pertamanya adalah menyembunyikan tangannya di belakang punggungnya dan mengamati ekspresi Janice."Janice, kamu keluar saja dulu ...."Sejak ayahnya Janice meninggal, Janice tidak bisa melihat luka dan darah.Janice
Jordan menjawab dengan dingin, "Dia sudah meninggalkan Perusahaan Felix. Ke depannya, dia sudah nggak lagi berhubungan dengan Keluarga Felix."Jack masih ingin bertanya, tetapi dia melihat isyarat yang diberikan Jesslyn dengan tatapannya.Dia pun membungkam.Semua orang mulai makan.Saat semua orang sedang mengobrol, Jack menarik Calvin dan bertanya, "Kak Calvin, apa yang sebenarnya terjadi?""Ceritanya panjang ...."Calvin membuang napas, lalu menceritakan secara singkat apa yang terjadi antara Jordan dan Janice.Jack pun terkejut."Jadi ... Kak Janice dan kakakku nggak mungkin bisa bersama lagi?""Sepertinya begitu. Sekarang, Kak Jordan juga sudah punya pacar. Menurutku, kali ini Janice juga pergi dengan sangat tegas. Sepertinya sudah nggak ada harapan lagi."Mendengar jawaban Calvin, Jack mengangkat gelasnya dan menurunkan tatapannya sambil tersenyum kecil.Saat mereka sedang makan, Carter tiba-tiba berkata, "Beberapa hari lagi ada sebuah jamuan amal. Jordan, kamu juga akan hadir, '