Ashraf dan Marco benar-benar menemui seorang polisi yang mengaku sebagai kenalan Ashraf. Keduanya pergi ke sebuah restoran yang ada di daerah Gangnam-gu. Cukup jauh dari lokasi markas besar El Abro. Setelah menunggu kurang lebih lima menit, seorang pria mendekati meja mereka. Senyum cerah terbit di wajahnya begitu melihat Ashraf yang tengah duduk sembari bermain ponsel. "Ashraf?" Sapanya dengan nada yang ramah. Ashraf mendongakkan kepalanya, menatap pria itu dengan kening yang berkerut. Sementara Marco segera bangkit dari duduknya, dan menyalami pria itu dengan sopan. "Kau sudah datang Tuan Jeon Won Bin," sapa Marco dengan ramah. Pria bernama Jeon Won Bin itu tersenyum ramah dan menerima uluran tangan dari Marco. "Iya, aku langsung ke sini setelah menerima telfon darimu Marco." Jeon Won Bin menjawabnya tenang. Ashraf sendiri hanya memperhatikan keakraban keduanya. Pria itu tidak berniat untuk bergabung karena memang tidak mengenali pria yang baru datang. Jeon Won Bin menoleh p
Tepat setelah pertanyaan dari Marco dan suasana hening di restoran. Ashraf segera bangkit dari duduknya dan melempar shuriken tepat di punggung tangan Won Bin yang ada di atas meja. "Akh!" Pekik Won Bin tertahan. "Apa yang kau inginkan sebenarnya?" Tanya Ashraf dengan nada yang tenang dan dingin. Dia tidak memperdulikan darah segar yang mengalir dari luka di tangan Won Bin. "Seseorang menyuruhku untuk mengatakan hal ini padamu Ashraf," jawab Won Bin pada akhirnya. Dia berkata jujur, terutama saat Ashraf menekan shuriken yang masih tertancap di punggung tangan Won Bin. Ashraf melakukannya tanpa ekspresi apapun, wajahnya benar-benar datar tanpa rasa iba. "Siapa?" Tanya Ashraf lagi, kali ini dengan nada yang lebih dingin. Won Bin menatap ke arah Ashraf dengan mata yang memerah menahan rasa sakit yang luar biasa dari lukanya. "Kwon Yuri, mantan anggota El Abro sekaligus orang kepercayaan mendiang ayahmu." Won Bin menjawabnya dengan nada yang bergetar. Setelah mendapatkan jawaban i
Ashraf berada di museum bersama dengan Yoriko dan Lizi. Ketiganya memang sengaja bertemu di sana. "Ada apa Kak?" Tanya Lizi yang melihat raut wajah Ashraf berubah. Sebelumnya, Ashraf memang menyingkir dari sisi Lizi dan Yoriko untuk mengangkat telepon dari Marco. "Jeon Won Bin, polisi yang menangani kasus pengintai itu ditabrak oleh seseorang." Ashraf menjelaskan apa yang terjadi. Lizi dan Yoriko membelalakkan matanya, mereka terkejut. Padahal niatnya, Jeon Won Bin akan dijadikan umpan oleh El Abro untuk menemui komplotannya. "Ini semua masih berhubungan dengan pembangunan triangle tower," balas Yoriko yang paham benang merah dari perkara ini. Ashraf mengangguk mengiyakan,"Kau benar. Jadi lebih baik kalian kembali ke markas besar terlebih dahulu. Biar aku yang datang menemui Marco di tempat kejadian perkara!" Perintah Ashraf mutlak. Setelah itu Ashraf membawa mobil milik Lizi dan segera pergi ke tempat dimana Jeon Won Bin kecelakaan. Sementara Yoriko dan Lizi kembali ke markas
Tidak lama kemudian Yoriko datang ke ruang kerja Ashraf. Perempuan itu mengetuk pintu terlebih dahulu, baru setelah mendapatkan jawaban dari dalam dia berani masuk. "Ashraf aku masuk," ucap Yoriko sembari masuk. Ashraf dan Master Wang yang memang sudah ada di dalam sana menoleh ke arah Yoriko datang. Mereka berdua memberi tempat untuk Yoriko duduk. "Duduklah Yoriko!" Perintah Ashraf sembari nunjuk sofa yang kosong dengan dagunya. Yoriko yang mendapatkan perintah itu mengangguk paham. "Baik," jawabnya. Kemudian setelah Yoriko duduk, dua orang maid masuk ke dalam ruangan. Mereka menyuguhkan makanan ringan serta kopi pada ketiganya. Setelah pada maid itu selesai dengan pekerjaannya dan keluar dari ruang kerja. Barulah Ashraf mulia berbicara dengan nada yang serius. "Yoriko, kau dan Master Wang pergilah ke Hongdae dan temui Hwang Culseok!" Perintah Ashraf pada dua anak buah kepercayaannya. Yoriko yang baru saja minum pun segera meletakkan cangkir miliknya di atas meja. "Kau sudah
Setelah mendapatkan penjelasan dari Culseok mengenai sumber informasi yang akan mereka dapat. Yoriko dan Master Wang pergi ke pinggiran kota Hongdae bersama dengan Hwang Culseok dan juga satu orang supir pribadi pria pemilik gedung perdukunan itu. Mereka bertiga sampai saat malam hari, saat itu suasana pinggiran kota cukup ramai. Berbanding terbalik ketika Master Wang pertama kali mengunjungi tempat tersebut. Malam itu gerimis cukup besar turun membasahi seluruh kota. Akan tetapi itu tidak membatasi kehidupan malam yang terjadi di pinggiran kota Hongdae. Ada banyak kedai minum yang masih buka, juga beberapa kedai yang menyediakan obat terlarang bebas beroperasi di sana. Belum lagi dengan para wanita yang menjajakan tubuhnya sendiri. "Pusat dunia hitam yang sesungguhnya," gumam Yoriko begitu dia turun dari mobil. Karena memang mobil tidak akan bisa melewati gang kecil menuju hotel yang dikelola Senor Hugo. Master Wang yang mendengar itu menoleh pada Yoriko. Dia menyunggingkan senyu
Master Wang, Yoriko, dan juga Senor Hugo ikut turun ke lantai satu mengikuti Hwang Culseok. Mereka semua baru sampai di ujung tangga paling bawah ketika Culseok berbicara dengan supirnya. Dilihat dari ekspresi pria itu semua orang sudah tahu kalau ada sesuatu yang tidak beres telah terjadi. Senor Hugo kemudian mendekatinya, menepuk pelan pundak pria nyentrik itu. "Ada masalah apa?" Tanyanya. Culseok menoleh seketika, dia menunjukkan ekspresi kesal. "Ada yang menyerang mobil kami. Mobil itu rusak sekarang," jawabnya. Master Wang dan Yoriko juga mendengar itu, mereka terkejut. Bukan karena kerusakannya, melainkan siapa yang berani melakukan itu pada mereka. "Ini peringatan," balas Senor Hugo. Kening Culseok berkerut dalam, "Apa maksud Senor?" Tanyanya. "Peringatan agar kau tidak terlibat dengan El Abro atau urusan apapun yang dilakukan Ashraf dan antek-anteknya." Senor Hugo menoleh pada Master Wang dan Yoriko yang masih ada di ujung tangga, berjarak sekitar lima meter dari tempa
Begitu orang-orang yang datang memeriksa itu merangsek masuk ke dalam hotel. Semua orang bersiap untuk menyerang mereka semua. Jumlahnya juga tidak kalah jauh, orang kepercayaan Ashraf melawan setidaknya satu orang yang memeriksa hotel. Di bagian belakang resepsionis, Master Wang langsung menghantam salah satu orang pria yang masuk itu dengan sangat keras. Pertarungan pun tidak dapat dihindarkan. Yoriko yang ada di dekat tangga juga melakukan hal yang sama, begitu juga dengan anak buah Senor Hugo yang lain. Mereka semua saling menyerang, melawan dengan sekuat tenaga. Di sisi lain, tepatnya di Kungmin acara pertunangan Xiao Jiang dan Xiaojun berlangsung. Acara tersebut dilaksanakan di salah satu gedung milik keluarga Chen Goufeng yang ada di pusat kota Kungmin. Beberapa kolega perdana menteri itu juga hadir di sana. Akan tetapi Xiao Jiang belum juga datang ke gedung tersebut bahkan dua jam sebelum acara dimulai. "Dimana Xiao Jiang itu?" Tanya Tuan Lan pada Lufeng yang memang sejak
Xiao Jiang hanya menyunggingkan senyum miring, dia kemudian mengangkat tangannya. Meminta agar Ye Siwu berhenti menata rambutnya sejenak. Kemudian perempuan itu berdiri menatap ke arah sang ayah dengan datar. "Bisa kalian tinggalkan kami di sini sejenak? Aku butuh waktu setidaknya lima menit untuk berbicara secara pribadi dengan ayahku," ucap Jiang sembari menoleh pada Ye Siwu dan juga Lufeng. Dua orang itu lalu mengangguk paham, mereka lalu undur diri. Memberikan waktu dan ruang pada ayah, anak itu untuk berbicara secara pribadi. "Baik Nona Jiang, kami permisi." Setelah kepergian Lufeng dan Ye Siwu, barulah Jiang menatap serius wajah sang ayah. Dia juga menarik lengan Tuan Lan agar berjalan sedikit mendekat pada jendela ruangan tersebut. "Ada apa Jiang?" Tanya Tuan Lan yang memang tidak tahu apa-apa. "Ck! Ayah, aku baru saja kembali dari Bulacan." Jiang berkata dengan lirih. Mata Tuan Lan terbelalak sempurna mendengarnya. "Apa-apaan kau ini? Kenapa malah pergi ke sana?" Tanyan
Ashraf panik, dia berlari menuju tubuh Yoriko yang langsung tidak sadarkan diri. Perempuan itu berkorban demi dirinya, Yoriko sangat takut mati. Tapi dia bersedia tertembak demi orang yang dia cintai, yaitu Ashraf. Ashraf memeluk tubuh Yoriko yang mulai lemas. Di rengkuhnya tubuh perempuan berdarah Jepang-Korea Selatan itu. "Yoriko bangun!" Ucapnya berusaha membuat perempuan itu tersadar. Namun tidak ada respon yang diterima dari rekan sekaligus teman baiknya itu. Ashraf menundukkan kepalanya dalam-dalam, dia menyesal. "Sudah aku katakan sebelumnya Yoriko, jangan pernah pertaruhkan nyawa demi cinta. Tapi kau selalu keras kepala."Marco yang juga melihat itu merasa geram, kini hanya ada lima anggota Blair Fulton yang menjaga di sekitar Jeep tempat Tuan Lan dan Xiao juang bersembunyi."Keluar kalian dasar pengecut!" Teriak Marco tidak terima. Dia mengambil alih senapan yang masih dipegang oleh jasad beberapa anggota Blair Fulton yang telah tewas. Marco mulai menembaki para anggota
Tuan Lan dan Xiao Jiang segera bertolak menuju Gangnam begitu proses pemakaman Chen Goufeng dan keluarganya selesai. Kini status Xiao Jiang sendiri cukup terkenal sebagai tunangan mendiang putra perdana menteri. Oleh karena itu Xiao Jiang perlu berhati-hati dalam bertindak di negara asalnya. Akan tetapi tidak ketika dia dan sang ayah berada di Gangnam. Mereka langsung mengepung markas besar El Abro begitu mendapatkan kabar bahwa orang kepercayaan Blair Fulton, Kwon Yuri tewas ditangan Ashraf. Dor!Dor!Dor!Tembakan-tembakan dilepaskan secara tepat sasaran ke arah orang-orang Blair Fulton yang bersembunyi di pepohonan. Setidaknya, Tuan Lan membawa seratus orang anggota Blair Fulton mengepung markas besar El Abro. Hanya lima belas orang saja yang dapat dilihat oleh pihak lawan. Sedangkan sisanya bersembunyi dengan baik, berkamuflase dengan lingkungan tempat sekitar markas besar El Abro. Letak markas yang dikelilingi oleh lahan berisi pepohonan sebagai kamuflase pun memberi jalan ke
Yoriko ditangani dengan baik dan sadar setelah tidak sadarkan diri kurang lebih tiga jam lamanya. Perempuan itu di bius oleh Kwon Yuri begitu dia kalah di dalam penyerangan di hotel milik Senor Hugo. Sebenarnya jika bukan karena jumlah lawan yang tidak sepadan, dan pihaknya tidak dicurigai. Pasti Yoriko tidak akan mudah dibawa oleh orang-orang suruhan Kwon Yuri itu. "Bagaimana keadaan mu Yoriko, apa ada yang masih sakit?" Tanya Ashraf begitu perempuan itu membuka mata. Yoriko tidak segera menjawab, dia malah mengernyitkan dahinya. Merasa heran kenapa Ashraf ada saat dia membuka mata, padahal di ingatan terakhirnya tidak ada pria itu di hotel Senor Hugo. "Ashraf, kau ada di sini?" Tanyanya heran. "Iya aku di sini kenapa? Apa ada yang salah?" Ashraf malah balik bertanya. Sementara di belakangnya ada Ashley dan juga Marco yang tersenyum lebar melihat rekan mereka sadar. "Tidak, maksud ku. Bagaimana kau bisa datang, padahal kau tidak ada di hotel Senor Hugo saat aku di bawa oleh ora
Di tengah-tengah serangan, Ashraf bisa melihat dari kejauhan kalau dia tidak lagi sendirian. Selain Ashley yang memang membantu dirinya, dia bisa melihat ada beberapa anggota yang lain datang membantu. Ashraf tersenyum kecil, dia merasa Tuhan benar-benar ada dengan memberikannya bantuan di tengah keputusasaan dirinya. "Hah! Setidaknya Tuhan mendengar keluhan ku kali ini," gumam Ashraf sembari menatap para musuhnya satu persatu. Kini dia semakin semangat mengalahkan mereka, dia memukul dengan sangat brutal. "Ashraf, biar aku yang mengurus semuanya!" Ashley berkata tegas dari kejauhan. Di tengah kerusuhan dan juga serangan-serangan itu, Ashraf mengangguk paham. Di dekatnya, sudah ada Marco yang merangsek di tengah kerumunan dan juga anak buah Kwon Yuri yang membabi buta. "Mari selamatkan Yoriko Tuan Muda," ajak Marco ketika keadaan didekat mereka mulai terkendali. Ashraf mengangguk, "Ayo!"Keduanya kemudian menarik tali tambang yang mengikat Yoriko. Keduanya menarik tubuh Yoriko
Jiang malah tersenyum lebar ketika melihat tubuh Xiaojun yang ambruk tidak sadarkan diri didepannya. Sedetik kemudian ekspresi wajahnya berubah, dia mendadak berpura-pura panik. "Tolong, siapapun tolong ada yang pingsan di sini!" Teriak Jiang sembari berjongkok di dekat tubuh Xiaojun yang terkapar di lantai rumah sakit. Kondisi koridor rumah saki yang sepi membuat perempuan itu harus berteriak agar mendapatkan bantuan. Tidak lama ada beberapa perawat yang datang dengan tergopoh-gopoh untuk membantu mengangkat tubuh Xiaojun. "Nona keluarga pria ini?" Tanya salah satu perawat begitu tubuh Xiaojun berhasil di pindahkan ke brangkar dan mulai di dorong menuju ruang ICU untuk mendapatkan pertolongan. Jiang mengangguk, "Benar. Aku tunangannya." Perawat itu mengangguk lalu beralih pada Xiaojun yang harus segera mendapatkan pertolongan. Begitu masuk ke ruang ICU, Jiang di hentikan oleh perawat. "Nona silahkan tunggu di luar." Jiang berpura-pura bersedih, dia hanya menatap kosong ke ruan
Ashraf hanya menatap datar dokumen yang ada di depannya. Kemudian dia mengalihkan pandangannya pada Kwon Yuri yang masih menodongkan pistol ke kepala Ashraf. "Tunggu apa lagi Ashraf? Cepat tanda tangani berkas ini!" Kwon Yuri memberikan penekanan pada setiap kalimatnya. Ashraf kemudian melangkah, dia tidak mengalihkan pandangannya ke mana pun. Pria itu masih setia menatap lurus ke arah lawannya. "Apa ucapan mu bisa di pegang Kwon Yuri?" Tanya Ashraf masih tetap dengan nada yang tenang. "Hah! Tentu saja, asalkan kau tanda tangan di berkas itu." Kwon Yuri semakin menekankan nada bicaranya. Ashraf kemudian memperhatikan sekeliling, dia berusaha mencari celah di antara banyaknya anak buah Kwon Yuri yang mengepung dirinya. Ashraf memutar otak, mencari cara terbaik agar bisa lepas dari tekanan Kwon Yuri. Dia bisa saja melakukan perlawanan dengan mudah, akan tetapi Ashraf tidak bisa memastikan keselamatan Yoriko karena tindakannya itu. Akan tetapi Ashraf malah memajukan tubuhnya pada
Ye Siwu tersenyum ramah dan membiarkan seorang pelayan pria yang memang telah dia ajak bekerjasama memberikan botol wine pada keluarga perdana menteri Chen Goufeng. "Permisi Perdana Menteri, aku ingin memberikan wine ini untuk anda." Pelayan itu berkata dengan sopan. Chen Goufeng yang tengah menunggu jawaban dari Xiao Jiang mendecik sebal atas kedatangan pelayan tersebut. Akan tetapi begitu melihat botol yang dibawa, amarah yang semula hendak keluar mendadak reda. "Xiaojun, ini wine yang kau maksud tadi?" Tanya Chen Goufeng pada sang putra. Karena memang sebelum ini, Xiaojun ingin memberikan wine pada sang ayah untuk merayakan pertunangan. Xiaojun yang melihat botol wine serta pelayan yang membawanya mengangguk mengiyakan. "Benar, itu yang aku ingin berikan pada ayah. Lagi pula aku menitipkan ini pada pelayan tadi," jawabnya. Ye Siwu sendiri menahan tawa, menertawakan kebodohan Xiaojun. Karena sebelum memerintah si pelayan, perempuan itu telah memilih siapa orang yang dipercaya
Ashraf hanya menggigit bibir bawahnya menahan emosi yang memuncak. Saat ini dia harus bisa menemukan kembali Yoriko. Akan tetapi dia juga tidak yakin kalau telepon yang dia terima ini akan membawanya pada perempuan itu.Di tengah kebimbangannya, Master Wang yang memang bisa berjalan meski tertatih-tatih itu mendekati Ashraf. "Siapa?" Tanyanya dengan lirih. Ashraf menggedikan bahunya, jawaban kalau dia tidak tahu siapa yang sedang menghubungi dirinya. Master Wang pun paham dengan jawaban yang diberikan. Pria itu berdiri di samping Ashraf, menunggunya menyelesaikan panggilan. ["Ku tanya sekali lagi Ashraf, apa kau mau tahu di mana keberadaan Yoriko?"] Tanya seseorang di seberang sana lagi, mengulangi pertanyaan sebelumnya. Ashraf memejamkan matanya, berpikir keras. Kemudian dia menjawab tenang. "Tentu, jadi katakan di mana perempuan itu?" Tanyanya. ["Kalau kau mau menemuinya, datang lah sendiri ke tempat yang aku katakan. Bagaimana?"]"Ya aku akan ke sana sendirian, jadi cepat ka
Pertunangan Xiao Jiang dan Xiaojun terlaksana dengan baik, keduanya saling bertukar cincin di ikuti oleh sorak sorai para tamu yang ada. Tepukan gemuruh menggema di seluruh gedung tempat acara tersebut digelar. Xiaojun tampak tersenyum lebar, merasa menang atas Xiao Jiang. Dia melirik ke arah sang ayah yang tampak jauh lebih gembira dibanding dirinya. Sementara Xiao Jiang hanya memasang wajah datar. Dia tidak menampilkan ekspresi apa-apa, meskipun para tamu tampak memuji dirinya yang jauh lebih cantik di banding hari-hari biasanya. "Selamat atas pertunangan anda Nona Jiang dan Tuan Muda Cheng!"Para tamu kompak memberikan selamat pada keduanya. Setelah itu acara dilanjutkan dengan pesta. Akan tetapi Xiao Jiang tidak berniat bergabung dalam kerumunan. Perempuan itu malah duduk di kursi yang ada di sudut ruangan. Memperhatikan sekeliling ruangan beserta para tamu yang tampak menikmati acara tersebut. "Semua orang tampak bersenang-senang, tapi kenapa anda malah ada di sini Nona Jian