Kini Bianca baru saja tiba di butik, jujur saja pikirannya mengingat perkataan Viola. Meskipun ia meyakinkan dirinya jika Arthur tidak mungkin membohonginya, tapi entah kenapa ia tetap merasakan perasaan yang aneh. Bianca mencoba menepis semua pikiran buruk mengenai Arthur. Ia yakin Arthur tidak mungkin menyakiti hatinya. Jika Arhur memang berniat menyakitinya, itu sudah pasti Arthur lakukan sebelumnya. Selama ini Arthur selalu memperilakukan Bianca dengan sangat baik. Bahkan sangat memanjakan Bianca dengan segala yang dimiliki oleh Arthur. Bianca berjalan masuk ke dalam butik, kali ini ia meminta Bernard dan Marissa menunggu Bianca di ruangan lain. Ia ingin memiliki privasi sendiri, ia sungguh lelah harus di kelilingi oleh pengawal. "Nona Bianca," panggil Lily saat melihat bosnya berjalan masuk. "Ya?" Bianca menoleh ke arah Lily, yang kini berjalan menghampirinya. "Nona, ada kiriman karangan bunga untuk nona dari Tuan Lewis. Lalu ada hadiah dari Tuan Lewis yang saya letakan di m
"Kau sudah membacanya kan? kau lihat betapa Arthur mencintai ku? Aku yakin dia hanya tidak tega meninggalkan mu karena kau pelampiasannya Bianca. Wanita yang Arthur cintai sudah kembali. Aku memohon pada mu, tinggalkan Arthur." ucap Clarissa, ia sungguh memohon pada Bianca. Bianca tersenyum, lalu ia berkata "Kalau memang seperti itu, silahkan kau menggoda suami ku untuk kembali pada mu." "Jadi kau akan meningalkan Arthur?" kali ini Clarissa tersenyum bahagia. "Aku tidak akan meninggalkan suami ku, aku hanya meminta mu menggodanya. Jika sampai dia tergoda oleh mu, maka aku akan meninggalkan Arthur. Tapi jika dia tidak tergoda oleh mu maka kau yang harus meninggalkan Arthur." ujar Bianca dengan suara tenang dan tegas dan berusaha untuk tidak menteskan air matanya. "Tapi jika Arthur tergoda dan memang masih mencintai ku, apa benar kau akan meninggalkannya?" tanya Clarisaa kembali. "Clarissa, aku tidak akan pernah menarik ucapan ku. Aku membiarkan mu untuk menggoda suami ku, jika mem
Tengah malam, dering ponsel milik Arthur mengganggu Arthur dan Bianca yang tengah tertidur pulas. Kali ini Bianca tidur memunggungi Arthur, hanya saja Arthur memeluknya dari belakang. Perlahan Arthur menyalakan lampu di atas nakas, dan mengambil ponselnya. Saat ia melihat ternyata panggilan dari Pauline, Ibu Clarissa. Ia pun langsung bangun dari ranjang, dan mengangkat panggilan teleponnya di luar kamar. Tanpa Arthur sadari, Bianca sudah bangun dan menatap Arthur yang menjawab telepon hingga harus keluar kamar. "Ya," jawab Arthur serak saat panggilannya terhubung. "Arthur, Clarissa pingsan. Tolong Arthur, dia hanya bisa tenang jika kau ada." ucap Pauline dari sebrang line. "Bagaimana dia bisa pingsan?" tanya Arthur dengan nada agak cemas. "Aku tidak tahu, mungkin karena terlalu banyak memikirkan mu. Aku mohon Arthur," jawab Pauline dengan suara parau, ia sungguh memohon pada Arthur agar datang. "Aku kesana sekarang." Arthur menutup panggilan teleponnya dan ia melihat ponselnya
Pagi hari Bianca dan Arthur kini tengah menikmati sarapan mereka. Bianca memilih beef cheese omelette dan susu kacang. Sedangkan Arthur, sarapan dengan sandwich dan kopi espresso seperti biasa. Arthur melihat ke arah Bianca yang wajahnya tidak secerah biasanya. "Bianca, kau sakit?" tanya Arthur sambil menatap Bianca. "Tidak, mungkin hanya terlalu lelah saja." jawab Bianca dengan tenang. "Aku akan mengirim dokter pribadi ku ke mansion mu, jadi nanti dia akan memeriksa mu." ujar Arthur. Ia terus menatap wajah istrinya yang terlihat kurang sehat. Meskipun Bianca memakai make up tipis, tapi wajahnya tetap terlihat pucat tidak seperti biasanya. "Tidak Arthur, setelah aku sampai di rumah nanti, aku akan langsung beristirahat." tolak Bianca, ia enggan untuk di periksa oleh dokter. Menurutnya istirahat saja sudah lebih dari cukup. Banyak hal yang membebani pikirannya, jadi wajar saja kesehatannya menurun. "Kau yakin?" tanya Arthur memastikan. "Ya, aku baik-baik saja. Jika aku memerlukan
Di dalam mobil, Arthur kembali mengingat apa yang di katakan Steven kemarin. Steven melihat foto Bianca di meja kerja Brian, Arthur sudah tidak bisa lagi menahannya. Bagaimana bisa Brian sangat berani menginginkan istrinya. "Nick, putar arah aku ingin ke Smith Company." perintah Arthur pada supirnya. "Baik tuan." "Maaf, tuan. Kita akan ke Smith Company?" tanya Alvin yang duduk di depan. Pagi ini memang Alvin datang ke mansion sesuai perintah dari Arthur. Banyak dokumen yang harus di periksa oleh Arthur. Itu kenapa Arthur meminta Alvin untuk datang. "Ya, aku ada urusan dengan Brian Smith." jawab Arthur dengan suara dingin dan datar. Sorot mata yang tajam, ia memang ingin langsung bertanya pada Brian. Kenapa dia berani menginginkan istrinya. "Tapi pagi ini tuan ada meeting dengan Tuan Jason Steele." ucap Alvin."Jason Steele? untuk apa ayah dari Clarissa menemui ku?" tanya Arthur. "Saya tidak tahu tuan, karena beliau sudah membuat janji untuk bertemu dengan tuan sejak beberapa har
Arthur melangkah menuju ruang kerjanya, ia sudah mendengar dari Martha sekretarisnya jika Jason Steele, ayah Clarissa sudah menunggunya di ruang kerjanya. Kali ini Arthur harus dipusingkan berurusan dengan Keluarga Steele. Ceklek"Tuan Jason," sapa Arthur yang kini sudah berada di ruang kerjanya. "Arthur." sapa Jason, kemudian Arthur duduk di sofa tepat di hadapan Jason."Ada apa tuan datang ke kantor ku dan ingin bertemu dengan ku?" tanya Arthur langsung. "Panggil aku paman, kita tidak membahas pekerjaan. Jadi tidak perlu berbicara formal dengan ku." balas Jason. "Baiklah, kalau begitu ada keperluan apa paman datang ke kantor ku jika tidak ingin membahas pekerjaan?" tanya Arthur kembali. "Arthur, apa kau tidak ingin kembali pada putri ku? apa dia yang kurang dari putri ku Arthur? dia sudah berjuang sembuh untuk diri mu." ujar Jason. Ia sangat tahu jika putrinya sangat mencintai Arthur. "Bukankah kau sudah mengetahui jika aku sudah memiliki seorang istri?" balas Arthur. Jason,
Pagi hari, Bianca sudah bersiap menuju Time Square. Salah satu pusat permbelanjaan besar di New York. Demi menemani sahabatnya untuk mendatangi pameran berlian, sungguh memang Viola terkenal sangat gila. Ya, walaupun itu bisa sedikit menghilangkan stress didiri Bianca. Dekat dengan sahabat dan keluarganya, setidaknya membuatnya sedikit lupa. Beruntungnya hari ini, dia pergi tanpa ditemani oleh Bernard dan Marissa. Setidaknya dia merindukan masa dimana hidupnya bisa tidak terlalu diawasi. Namun tetap saja, untuk menyetir dia tidak dizinkan oleh Arthur. Dave supirnya harus mengantarnya ke mall. Bianca berjalan keluar mansion, langkahnya terhenti saat mendengar suara yang memanggilnya. "Kakak," panggil Caroline saat melihat Bianca hendak keluar."Caroline?" "Kakak mau kemana?" tanya Caroline."Kakak ingin ke mall, sudah ada janji dengan Viola.""Bukannya kakak masih belum sehat?" "No, kakak sudah sehat." Caroline menghela nafas dalam, "Baiklah, jam berapa kakak akan pulang?" tanya
"Oh astaga, kau pikir aku bercanda? jika tidak percaya kau tanya sendiri saja pada dokter." balas Viola yang kesal.Bianca menyentuh perutnya dengan tangannya, "Kenapa kau harus hadir sekarang." gumam Bianca."Bianca, apa kau ingin aku menghubungi Arthur?" tanya Viola kembali."No, biar aku saja yang memberitahunya. Aku mohon jangan ceritakan apapun pada nya, dan ada hal yang ingin aku katakan pada mu Viola." ucap Bianca yang kini menatap sahabatnya dengan serius."Ada hal apa yang ingin kau katakan pada ku Bianca?" tanya Viola yang kini duduk di tepi ranjang."Kau benar belum menghubungi Arthur kan?" tanya Bianca memastikan kembali. "Belum, aku terlalu panik. Aku menunggu sampai dokter memeriksa mu telebih dahulu. Kau tahu suami mu memiliki emosi yang sangat tinggi, jadi aku menunggu hingga kau di periksa baru aku ingin menghubunginya. Tapi sekarang malah kau menahan ku untuk menghubunginya." jelas Viola. "Bagus, sekarang aku ingin berbicara serius. Tapi kau harus berjanji apapun y
Satu minggu kemudian...Bianca tengah duduk di sofa sembari menyusui Nathan. Bianca tersenyum melihat bayi mungilnya. Wajahnya sungguh mirip dengan Justin saat Justin masih bayi. Bianca mengusap pelan pipi Nathan. Kini hidupanya benar-benar sempurna. Memiliki suami yang mencintainya dan memiliki dua putra yang sangat tampan. Suara dering ponsel terdengar, Bianca mengambil ponselnya dengan tangan kanannya. Tangan Kiri Bianca tengah menopang kepala Nathan yang masih menyusu padanya. Bianca menatap ke layar ponsel, tertera nama Irina di layar ponselnya. Kening Bianca berkerut dalam ketika melihat nama Irina. Tidak biasanya Irina menghubungi dirinya. Tanpa menunggu lama, Bianca mengusap tombol hijau untuk menerima panggilan. Sebelum kemudian, Bianca meletakan ponselnya di telinganya. "Irina?" sapa Bianca saat panggilan terhubung. "Bianca? Kau masih menyimpan nomorku?" tanya Irina dari seberang line. "Tentu Irina, aku masih menyimpannya. Apa kabar Irina?" "Aku baik, bagaimana denganmu
Beberapa bulan kemudian.. Di ruang operasi, Arthur terus berada di samping Bianca. Bayi dalam kandungan Bianca, tidak dalam posisi yang tepat. Hingga akhirnya dokter menyarankan untuk Bianca kembali operasi caesar. Arthur terus mengecupi kening Bianca saat dokter melakukan proses operasi. Sudut mata Bianca mengeluarkan air mata haru, dia kembali bisa melahirkan buah cintanya dengan Arthur. Oeee...Oee.... Sura tangis bayi pecah di ruang operasi. Air mata Bianca menetes ketika mendengar bayinya menangis. Arthur mengecup kening istrinya. Mata Arthur tidak mampu lagi menahan, air matanya menetes saat mendengar suara bayi. "Terima kasih sayang," bisik Arhur. "Bayi laki-laki," ucap sang dokter. Tidak perduli apa jenis kelaminya, terpenting bagi Bianca dan Arthur anaknya lahir dengan selamat. Kehamilan yang kedua ini, Bianca memang sengaja tidak memeriksa jenis kelamin bayinya. "Nyonya Bianca, silahkan lakukan proses IMD." Dokter menyerahkan bayi mungil itu dalam gendongan Bianca. Me
Viola duduk di tepi ranjang, menatap Richo yang masih terus menutup matanya. Dokter memang mengatakan peluru tidak mengenai jantung Richo, tapi hingga detik ini Richo masih juga belum sadar. Beberapa hari ini, Viola menjalani harinya begitu berat. Viola merasa kehilangan sosok Richo yang setiap hari selalu mengganggunya. Viola menyentuh tangan Richo, mengelus pelan."Richo, kapan kau bangun? Aku merindukan mu Richo..." air mata Viola tidak mampu lagi tertahan. Dia sungguh merindukan kekasihnya itu. Rasanya beberapa hari tanpa Richo dia benar-benar merasakan tidak lagi bernyawa. "Selama ini aku selalu menutupi perasaan ku. Aku menyukai cara mu yang tidak pernah menyerah mendapatkan ku. Aku sungguh menyukai setiap cara mu Richo. Kau tidak pernah lelah mengejar ku. Bahkan berkali-kali aku mengusir mu dari kehidupan ku, kau tetap meminta ku menjadi wanita mu. Andai waktu bisa di putar, sudah sejak awal aku menerima mu." "Masa lalu mu memang membuat ku ragu menerima mu. Tapi percayalah,
Beberapa hari kemudian... Altov turun dari mobil, dia melangkah masuk ke dalam rumah tempat dimana dia menyembunyikan Clarissa. Altov masih mengurung Clarissa sebelum menjebloskannya ke dalam penjara. Sebenarnya Arthur tidak setuju dengan apa yang di rencanakan Altov, tapi Altov memiliki alasan tersendiri mengurung Clarissa. Tidak hanya Clarissa, tapi Jesslyn yang turut membantu Clarissa juga di kurung oleh Altov. Alasannya karena permintaan dari Viola. Saat itu ketika Viola mendengar Jesslyn sudah berhasil di tangkap oleh Altov, Viola meminta waktu sebentar sebelum menjebloskan Jesslyn ke penjara. "Tuan," sapa Christian saat Altov melangkah masuk ke dalam. "Dimana Clarissa?" tanya Altov dingin. "Masih berada di kamarnya tuan," jawab Christin. Altov mengangguk, kemudian melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kamar. Tempat dimana Clarissa di kurung. Setiap kali Altov bertemu dengan Clarissa, dia merasa dirinya tidak berguna. Harusnya sejak awal Altov menyeret paksa Clarissa meningg
Arthur dan Drake kini pergi ke tempat persembunyian Clarissa. Alvin sudah memberikan informasi saat ini Clarissa dan Jessly dalam perlindungan Jasson Steele. Itu artinya Arthur sendiri yang harus turun tangan. Tidak hanya Arthur, tapi Drake juga turun tangan. Drake ingin langsung berhadapan dengan Jasson. Jika sampai Jasson mempersulit, maka tidak ada pilihan lain bagi Drake untuk melakukan tindakan kekerasan. Mobil Arthur telah tiba di sebuah rumah yang jauh dari Manhattan. Arthur tahu, Jasson memang sengaja menyembunyikan Clarissa di tempat ini. Arthur dan Drake turun dari mobil. Beberapa pengawal Arthur dan Drake berada di belakang. Arthur tersenyum melihat penjagaan ketat demi menyelamatkan Clarissa. Tapi Arthur tidak perduli sedikit pun. Arthur dan Drake tetap melangkah masuk ke dalam. Langkah Arthu terhenti ketika pengawal Jasson menghadang dirnya. Alrthur tersenyum sinis menatap para pengawal Jasson yang menghalanginya. Rupanya Jasson memang berniat untuk melawan dirinya. Sun
Perlahan Bianca mulai membuka matanya, dia menatap ruangan putih. Bianca menoleh dan melihat ada Arthur dan Paula yang berjaga di sisinya. Mereka sama-sama tersenyum saat Bianca sudah membuka matanya. "Bianca? Kau mendengar ku?" Arthur mengelus dengan lembut pipi Bianca. "Arthur kenapa aku di sini?" Bianca mengerutkan keningnya. Dia berusaha mengingat kenapa dirinya berada di rumah sakit. Namun, ketika Bianca mengingat sesuatu. Ingatan di kepalanya begitu jelas tentang Tasya, Richo dan Ella yang tergeletak dengan berlumuran darah. Wajah Bianca langsung memucat, saat dia mengingat semuanya. "Arthur? Bagaimana keadaan Tasya? Richo dan Ella bagaimana?" Bianca semakin panik, kepalanya semakin sakit dan memberat."Ssst, jangan pikirkan itu Bianca. Aku yakin mereka akan selamat," Arthur membawa tangannya mengusap lembut perut istrinya. "Aku minta pada mu, jangan memikirkan hal berat, Dokter mengatakan kandungan mu lemah. Aku tidak ingin terjadi sesuatu pada anak kita." Sebelumnya dokter
Bianca menatap cermin, kini tubuhnya sudah terbalut dengan gaun berwarna gold dengan model atas kemben. Hari ini adalah ulang tahun putranya, Justin. Bianca masih tidak menyangka usia Justin sudah satu tahun. Perjuangan yang Bianca hadapi dulu saat melahirkan putranya itu, tidak pernah bisa terlupakan. Beruntung Tuhan masih melindungi dirinya dan putra kesayangannya. Arthur yang melangkah masuk ke dalam kamar, dia menatap istrinya sudah terbalut dengan gaun yang membuat istrinya terlihat sangat cantik dan seksi. Arthur mendekat, dia langsung memeluk Bianca dari belakang. Memberikan kecupan di tenguk leher. hingga ke pundak mulus milik istrinya itu. "Kenapa kau selalu cantik hem?" bisik Arthur di sela-sela kecupannya. Bianca tersenyum, lalu membalikan tubuhnya menatap lekat wajah suaminya. Bianca mengelus lembut rahang Arthur. "Dan kau selalu tampan."Arthur mengeratkan pelukannya. "Aku rasanya tidak ingin keluar kamar. Aku ingin terus di sini bersama mu." "Kau ini bagaimana! Putra
Viola menyandarkan punggungnya di sofa. Sejak kejadian dirinya bertengkar dengan ayahnya, Viola lebih menyendiri. Daisy ibunya kini sudah mengetahui semuanya. Viola sengaja mengatakan langsung pada Daisy. Viola tidak ingin Daisy terus tertipu pada Carlos yang memberikan sebuah cinta palsu. Selama ini Carlos selalu menunjukan peran ayah yang terlihat begitu sempurna. Tapi kenyataan yang Viola dapatkan ayahnya sendiri berusaha mengahancurkan kehidupannya. Richo melangkah masuk ke dalam rumah, dia menatap Viola tengah melamun. Richo langsung berjalan mendekat ke arah Viola, dan langsung duduk di samping kekasihnya itu. "Kau sedang memikirkan apa?" tegur Richo yang membuat Viola menghentikan lamunannya. Viola mengalihkan pandangannya dan menatap Richo yang duduk di sampingnya. "Kau sudah pulang? Maaf aku tidak menyadari kau datang." "Ada yang kau pikirkan?" Richo kembali bertanya, dia menatap wajah kekasihnya terlihat begitu muram. "Tidak ada," jawab Viola yang berbohong. Dia tidak i
Hari ini hari dimana Viola meminta Richo menemani dirinya untuk bertemu dengan ayahnya. Viola sengaja meminta Richo untuk menemani dirinya. Viola ingin tahu apa reaksi dari ayahnya setelah dia mengetahui semuanya. "Apa kau yakin ingin bertemu dengan ayah mu?" tanya Richo yang kini berada di depan mobil. Sebelum masuk, dia kembali memastikan pada Viola. Viola mengangguk. "Kita harus menemuinya. Aku ingin langsung melihat tindakan apa yang dia ambil setelah melihat kita berdua." "Allright, dengan senang hari aku bertemu dengan calon mertua ku." Richo masuk ke dalam mobil. Begitu pun dengan Viola. Kemudian Richo mulai melanjukan mobilnya meninggalkan halaman parkir mansionnya. "Apa kau sudah tahu dimana rumah ayah ku yang baru?" Viola membuka suara ketika Richo tengah fokus melajukan mobil. "Lebih tepatnya itu adalah rumah lama ayah mu. Rumah itu tempat tinggal ayah mu dan Aria. Aku rasa Jesslyn juga berada di sana. Karena tadi aku meminta assistant ku dan melihat apartemen Jesslyn