Tasya berjalan keluar dari perusahaan. Dia melirik arloji kini sudah pukul tiga sore. Hari ini Tasya tidak memiliki jadwal yang padat karena sebelumnya dia telah memiliki jadwal yang sangat padat itu kenapa hari ini Tasya lebih santai. Sejak Tasya menjadi salah satu model di Afford Company, kini namanya sudah jauh lebih di kenal dari sebelumnya. Tasya memang benar-benar beruntung saat dulu di New Zealand bertemu dengan Bianca dan ternyata Bianca adalah istri dari pemilik Afford Company. Tasya mengambil kunci mobil di dalam tas, dia langsung melangkah cepat menuju mobilnya. Namun saat Tasya berjalan cepat, dia tidak memperhatikan jalan hingga terpeleset.BrukkkTasya menubruk seseorang pria. Beruntung pria itu menangkap tubuhnya, hingga membuat Tasya tidak terjatuh di tanah. Tasya mengalihkan pandangannya dan menatap sosok pria yang membantunya berdiri. Seketika tubuh Tasya menegang kala menatap sosok pria yang membantunya ini. Jantungnya berdegup kecang. Tasya menarik napas dalam dan
Arthur duduk di kursi kerjanya, kini dia tengah memeriksa proposal kerja sama yang di berikan oleh Alvin. Sejak Bianca mengatakan menunda rencana mereka untuk berlibur, Arthur kembali mengurus pekerjaannya yang tertunda. Karena memang sebenarnya dia masih memiliki banyak pekerjaan. Tapi bagi Arthur keinginan Bianca adalah hal yang akan menjadi prioritas utama bagi Arthur. Terdengar suara interkom masuk dari sekretaris, Arthur langsung menekan tombol penerima. "Ada apa?" suara Arthur menjawab interkom masuk dengan nada begitu dingin, dia memang sedang tidak ingin diganggu oleh siapa pun. "Maaf Tuan Arthur, tapi saya hanya ingin memberitahu ada Tuan Richo datang." jawab Martha dari seberang line. "Suruh dia masuk," tutup Arthur. Dia memang tidak suka berbasa-basi jika membicarakan sesuatu. Tidak lama kemudian, Richo melangkah masuk ke dalam kerja Arthur. Kini mereka saling berada pandang. Arthur menyandarkan punggunya di kursi dengan jemari mengetuk pelan meja. Richo berjalan mendek
"Begini, ada hal penting yang ingin aku tanya. Tapi kau jangan menceritakan ini pada mama atau siapa pun. Karena aku hanya bertanya." ujar Altov."Apa yang ingin kau tanyakan ka?" Bianca mengernyitkan dahinya."Menurut mu, bagaimana Tasya? maksud ku apa kau tahu tentang wanita itu? karena sebelumnya kau sering terlihat jalan bersama dengannya. Apa kau mengetahui lebih tentang wanita itu?" tanya Altov sambil menatap Bianca dengan serius.Seketika senyum di wajah Bianca terukir sempurna. "Tasya? kau bertanya tentang Tasya? apa kau tertarik padanya?"Altov mendengus, "Kau ini! jawab saja pertanyaan kakak mu ini!"Bianca terkekeh pelan, "Apa yang ingin kau tahu tentang Tasya ka?" "Semuanya," tukas Altov. "Bagi ku Tasya adalah wanita yang baik. Dulu aku bertemu dengan Tasya saat aku di New Zealand. Waktu itu Tasya menenangkan diri karena telah di selingkuhi oleh kekasihnya. Dia wanita yang ceria dan baik hati. Selain itu yang aku suka darinya, dia sangat apa adanya." jelas Bianca. "Apa l
Bunyi bell apartemen membuat Tasya yang tengah tertidur pulas itu terganggu. Tasya menggeliat dan menutup telinganya dengan bantal tapi bunyi bell tetap juga tidaK berhenti. Tasya mengumpat pelan, dia melirik ke jam dinding kini sudah pukul sebelas malam. Tasya membuang napas kasar, siapa yang datang bertamu di malam hari seperti ini. Sungguh menyusahkan saja. Padahal Tasya memiliki pemotretan besok di pagi hari. Tasya beranjak, dia mengikat asal rambutnya lalu berjalan ke arah pintu dan langsung membukanya. "Apa aku mengganggu mu?" suara bariton menyapa saat Tasya membuka pintu. Tasya tersentak, dia menatap Altov yang berdiri di hadapannya. Tanpa Tasya sadari, Altov menatap Tasya yang masih dengan balutan gaun tidur yang sangat seksi dan transparan. Ketika Tasya melihat Altov yang tidak henti menatap dirinya, dia langsung menurunkan pandangannya. Tasya berlari masuk ke dalam, menyambar jaket yang ada di sofa untuk menutupi tubuhnya. Tasya memejamkan matanya singkat, merutuki kebodo
"T-Tidak! mana mungkin! bukan aku!" bantah Tasya cepat. Dia berusaha menarik dagunya, namun Altov menarik dagu Tasya kembali."Begitukah? kenapa kau tidak mengakui kau yang menyukai ku? kenapa kau tidak mau mengakuinya?" bisik Altov di telinga Tasya."T-Tidak, aku-" ucapan Tasya terpotong saat Altov membenamkan bibirnya di bibir Tasya. Mata Tasya membulat sempurna mendapatkan ciuman dari Altov. Pria itu, menarik tengkuk leher Tasya, melumat dengan lembut bibir Tasya.Tubuh Tasya begitu lemas, bahkan rasanya dia tidak mampu berdiri mendapatkan ciuman dari Altov. Ciuman mereka begitu lama. Tasya hanya diam dan tidak membalas ciuman dari Altov. Hingga kemudian Altov melepaskan ciumannya. Kini Altov dan Tasya saling beradu pandang. Altov mengelus dengan lembut pipi Tasya, dia tahu wanita di hadapannya ini terkejut mendapatkan ciuman darinya. Senyum bibir di wajah Altov terukir menatap wajah Tasya yang masih terlihat begitu terkejut bahkan Tasya tidak mampu bekata-kata. Ketika Tasya meny
Steven membaca kontrak kerja sama dengan perusahaan milik Arthur. Bekerja sama dengan perusahaan milik sahabatnya itu tidaklah mudah. Arthur tidak pernah membawa hubungan personal dalam pekerjaan. Itu yang membuat Steven harus fokus pada kerja sama ini. Meski hanya dalam hitungan hari lagi dia dan Caroline akan menikah, tapi Steven masih belum meninggalkan pekerjaannya. "Apa aku menganggu mu?" suara bariton menerobos masuk ke ruang kerja Steven. Steven mengalihkan pandangannya, lalu menatap sosok pria yang kini melangkah mendekat ke arahnya. Steven membuang napas kasar, melihat Richo datang ke tempat kerjanya. Tidak biasanya sahabatnya itu datang ketika jam kerja seperti ini."Ada apa dengan mu?" seru Steven. Richo tidak menjawab, dia langsung duduk di hadapan Steven. "Kau masih mengingat Jesslyn?" tanya Richo langsung. "Jesslyn? kenapa kau bertanya tentang Jesslyn?" Steven mengernyitkan dahinya menatap bingung Richo. Richo membuang napas kasar, "Jesslyn datang pada ku, dia menga
Kini Bianca dan Viola sudah tiba di butik. Viola sengaja ingin langsung ke butik milik Bianca, karena dia harus menyiapkan gaun untuk pernikahan Caroline dan Steven nanti.Bianca dan Viola melangkah masuk ke dalam butik. Namun, langkah Bianca terhenti ketika Lily assistantnya berjalan menghampirinya. '"Nyonya," sapa Lily menundukan kepalanya saat berada di hadapan Bianca. "Ada apa Lily?" tanya Bianca. "Saya ingin memberitahu nyonya. Ada kakak anda Tuan Altov bersama dengan kekasihnya tengah memilih gaun. Tuan Altov meminta rancangan terbaik nyonya untuk kekasihnya." ujar Lily sontak membuat Bianca terkejut. "Tunggu, kekasihnya?" Bianca kembali memastikan. Dia tidak pernah tahu, kakaknya itu memiliki kekasih. Sekarang assistantnya mengatakan jika kakaknya itu datang bersama kekasihnya. "Maaf nyonya? apa ada yang salah?" Lily menatap bingung Bianca. "Apa kau yakin kakak ku bersama dengan kekasihnya?" tanya Bianca lagi."Benar nyonya, kakak anda sendiri yang mengatakan mencari gaun
Hari ini adalah hari yang telah di tunggu oleh Caroline dan Steven. Make up artist baru saja merias wajah Caroline. Dengan balutan gaun pengantin yang di rancang oleh Bianca, membuat Caroline terlihat begitu cantik dan menawan. Namun raut wajah Carolie seketika berubah menjadi muram. Caroline mengingat Adam dan Melinda yang tidak bisa melihat pernikahan mereka. Bianca berdiri di depan pintu, dia menatap lekat Caroline yang terlihat begitu muram. Binca berjalan melangkah mendekat ke arah adiknya itu. "Caroline, kau kenapa sayang?" Bianca mengelus lengan Caroline. Tatapannya manatap raut sedih di wajah Caroline. "Ka, aku memikirkan mama dan papa. Andai mereka masih di sini, pasti mereka bahagia aku menikah. Mereka bahkan pergi sebelum melihat pernikahan ku." Caroline menunduk, dia berusaha untuk tidak menangis namun itu sangat sulit. Sudut matanya sudah mengeluarkan air mata."Ssst... sayang, jangan menangis. Riasan mu nanti rusak." Bianca menangkup kedua pipi Caroline, lalu menghapu
Justin turun dari mobil, dia mengancingkan jasnya masuk ke dalam perusahaan ayahnya. Hari ini, Justin menggantikan posisi Arthur. Ya, di usianya yang ke dua puluh delapan tahun, Arthur meminta Justin mengambil alih perusahannya. Tidak hanya Afford Company, tapi perusahaan perfilman milik Lucero Company berada dalam kendali Justin. Sang adik Nathan juga memiliki posisi yang tak kalah penting dengan Justin. Nathan memegang kendali perusahaan Afford Company dalam bidang property dan majalah. Untuk Lucero Company, Drake khusus meminta Nathan menangani perusahaan teknologinya. Sebelumnya Justin menetap di Barcelona selama dua tahun, untuk memperlajari Lucero Company. Namun, sekarang Justin memilih untuk menetap di New York. Karena bagaimanapun dia memiliki tanggung jawab perusahaan ayahnya.Joseph dan Hazel, adik kembar Justin yang kini berusia dua puluh tahun, mereka tengah menyelesaikan master degree di Oxford University. Diusia yang masih sangat muda, Joseph dan Hazel berhasil menyeles
Suara tangis bayi memecahkan kesunyiaan dalam ruang operasi. Bianca meneteskan air matanya, kala mendengar suara tangis bayi kembarnya. Persalinan berjalan dengan lancar, anak mereka lahir dengan selamat dan sempurna. Arthur selalu mencium Bianca selama proses persalinan. Kebahagian Bianca dan Arthur begitu lengkap ketika mengetahui anak kembar mereka sepasang laki-laki dan perempuan. Kali ini, keinginan Arthur sudah terwurjud, memiliki anak perempuan."Nyonya Bianca, silahkan lakukan proses IMD." Dokter menyerahkan bayi mungil itu dalam gendongan Bianca. Semua tim medis kini sudah membersihkan alat medis di dalam ruang operasi. Mereka semua kemudian pergi setelah melakukan pemeriksaan terhadap Bianca dan bayi kembarnya.Arthur meminta perawat untuk segera memindahkan Bianca di ruang rawat VVIP. Setelah proses IMD, tidak lama kemudian Bianca di pindahkan di ruang rawat VVIP sesuai permintaan Arthur.Kini seluruh keluarga Arthur dan keluarga Bianca masuk ke dalam ruang rawat Bianca. N
"Arthur, kau ingat, kan hari ini kita harus ke rumah orang tuaku?" kata Bianca mengingatkan suaminya itu. Sejak tadi, dia melihat Arthur yang tengah fokus pada iPad di tangannya. "Iya sayang, aku ingat. Sebentar ada pekerjaan yang harus aku selesaikan," jawab Arthur. Tatapannya teteap menatap layar iPad. Bianca mendengus. Dia melangkah mendekat ke arah Arthur, dan duduk di samping suaminya itu. "Tadi pagi justin sudah menghubungiku, putramu itu terus mengingatkan kita untuk tidak terlambat."Kemarin, Justin dan Nathan sudah lebih dulu dijemput oleh assistant Drake. Tentu Bianca sudah tidak lagi terkejut, karena kedua putranya itu sangat dekat pada kakek mereka. Terlebih Drake selalu memanjakan Justin dan Nathan. Bahkan Drake telah membangun sebuah perusahaan untuk Justin dan Nathan.Arthur meletakan iPadnya ke atas meja, lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah Bianca. "Kau tidak apa-apa keluar sekarang? Minggu depan kau sudah melahirkan, aku hanya takut terjadi sesuatu padamu, say
Suara keributan terdengar membuat Tasya yang tengah tertidur pulas, langsung terbangun. Tasya berlari keluar kamar menuju suara keributan itu."Astaga Alfred...Aldrich... Kenapa kalian berdua bertengkar?" Tasya mendekat ke arah dua putranya yang ribut. "Mommy, look. Ka Aldrich merusak robotku!" tunjuk Alfred pada robotnya yang telah rusak. "Aldrich, kenapa kau merusah robot Alfred?" Tasya menundukan kepalanya, dia mengelus lembut pipi gemuk Aldrich. "Aku tidak sengaja, Mommy.." ucap Aldrich dengan penuh penyesalan. Tasya mendesah pelan. Ini bukan pertama kali mainan Aldrich atau Alfred rusak. Hal yang membuat Tasya sakit kepala, adalah harga mainan milik Aldrich dan Alfred. Bagaimana tidak? Altov memberlikan mainan pada anak kembar mereka, denga harga yang fantastis. Seluruh mainan milik Alfred dan Aldrich adalah mainan termahal. Harga ratusan ribu dollar hingga jutaan dollar. Bahkan rasanya Tasya sulit bernapas setiap kali Altov memberikan anak kembarnya itu mainan dengan harga f
Viola mematut cermin. Dia melihat seluruh tubuhnya, memastikan tubuhnya sudah kembali seperti dulu. Ya, kehamilan pertama Viola, membuatnya mengalami kenaikan berat badan cukup parah. Bahkan Viola, tidak mau keluar rumah karena malu dengan bentuk tubuhnya. Meski Richo, tidak pernah mengeluh sedikitpun, Richo juga selalu mengatakan Viola sangat cantik. Tapi tetap saja, Viola tidak pernah percaya diri jika keluar rumah. Dengan Berolah raga dan melakukan rangkaian perawatan kecantikan, membuat bentuk tubuh Viola sudah kembali seperti dulu. Kini dirinya sudah percaya diri seperti sedia kala. "Mommy....." pekik Kylie melangkah mendekat ke arah Viola.Viola mengalihkan pandangannya, dia melihat putrinya mendekat ke arahnya. Namun, tatapan Viola melihat wajah muram putrinya itu. Dia langsung menundukan tubuhnya. "Hi sweetheat, kenapa wajahmu bersedih?" "Mommy, where is Ka Justin? I wanna meet Ka Justin.." Kylie mencebik, dia mengerutkan bibirnya. Viola tersenyum, dia mengelus pipi Kylie.
Suara teriakan Annabet begitu keras membuat Steven dan Caroline yang masih tertidur, langsung membuka mata mereka dan segera menghampiri suara teriakan Annabeth. Mereka beranjak dari tempat tidur, lalu berlari keluar kamar. "Sayang, kau kenapa berteriak sepagi ini?" Caroline melangkah, mendekat ke arah Annebth yang kini menangis. "Ada apa sayang? Kenapa kau menangis?" "Adam, menyembunyikan bonekaku!" tunjuk Annabeth pada adiknya. Tangisnya, sesegukan. Sedangkan Caroline langsung menatap putra bungsunya yang tersenyum lebar memperlihatkan gigi putihnya. Adam Steven Evans, putra Caroline dan Steven yang berusia empat tahun ini begitu aktif. Tidak heran, melihat tingkahnya yang hampir setiap hari membuat Annabeth menangis. Caroline dan Steven, hampir setiap hari mendengar suara tangis Caroline. Alasannya? Tentu saja karena Adam selalu mengambil barang-barang kesukaan Ananbeth dan menyembunyikannya. Steven membuang napas kasar, dia mengusap kepala putranya. "Boy, Daddy sudah mengataka
Pantai Jimbaran - BALI, INDONESIABianca dan Arthur tengah duduk di sebuah restoran yang ada di Pantai Jimbaran. Mereka tengah menikmatin makanan khas bali. Terlihat Bianca begitu menyukai makanan khas bali. Tapi berbeda dengan Arthur. Suaminya itu tidak bisa makan masakan pedas. Bianca sering menertawakan Arthur, yang wajahnya langsung memerah ketika makan makanan pedas. "Sayang, jangan di makan. Itu semua cabai. Nanti terjadi sesuatu pada anak kita," ujar Arthur dengan tatapan dingin melihat istrinya melahap masakan khas bali."Ini sambal khas dari bali. Ikan bakarnya juga sangat enak. Aku sepertinya menyukai tinggal di sini," balas Bianca dengan antusias, "Jangan bicara yang tidak-tidak Bianca," jawab Arthur malas. "Aku tidak mungkin bisa tinggal di kota yang panas ini." Bianca mencebik kesal. "Apa kau tidak lihat? Sejak tadi Justin dan Nathan terus bermain di pantai. Itu artinya kedua putramu menyukai Bali." "Mereka memang sudah bermain. Tidak hanya di Bali, saat kita berlibur
Lima tahun kemudian... BALI - INDONESIABianca menatap kedua putranya yang tengah berlari menelusuri Pantai Nusa Dua. Setelah menunda liburan ke bali, akhinya Bianca dan Arthur bisa berlibur. Dengan kaki telanjang dan perut membuncit Bianca menelusuri pantai indah itu. Ya, kini, Bianca tengah mengandung anak ketiganya dengan Arthur. Di kehamilan kali ini, Bianca merasa senang karena bisa merasakan babbymoon. Karena sebelumnya ketika mengandung Justin dan Nathan, begitu banyak masalah yang menghampiri mereka. Hingga membuat Bianca mengurungkan niatnya untuk babbymoon. "Justin... Nathan.. Jangan berlari kencang, nanti kalian jatuh!" teriak Bianca keras ke arah Justin dan Natha yang tengah berlari sembari bermain pasir di pantai."Biarkan sayang." Arthur memeluk pinggang istriny. Menikmati Pantai Nusa Dua yang begitu indah. Bianca menghela napas dalam. "Arthur, setelah ini aku tidak ingin hamil lagi! Sudah cukup! Justin, Nathan dan sekarang bayi kembar kita. Jika terus hamil, kapan ak
Beberapa bulan kemudian..Richo duduk di kursi kebesaraannya, membaca dokumen kerja sama perusahaan miliknya dengan perusahaan keluarga milik Viola. Kini Richo memimpin perusahaan keluarga Viola. Karena sejak awal, Richo memang tidak memperbolehkan Viola terlalu lelah bekerja. Richo masih membiarkan Viola, jika istrinya itu masih datang ke perushaaan. Hanya saja, Richo tidak ingin Viola fokus pada perusahaan. Setelah menikah, Richo menginginkan Viola lebih banyak di rumah. Meski Richo tahu, sejak Viola hanya di rumah, istrinya lebih sering ikut arisan bersama Bianca, Tasya dan Caroline. Tidak hanya itu, Viola juga selalu berbelanja setiap harinya demi menghilangkan rasa bosan. Bagi Richo, kebahagaian Viola adalah prioritasnya. Richo akan melakukan apa pun yang membuat istrinya selalu bahagia. Tidak perduli, berapa banyak uang yang harus Richo keluarkan yang terpenting istrinya selalu bahagia.Saat Richo tengah membaca membaca dokumen di hadapanya, dia terkejut melihat Davin assistant