Bianca melangkah masuk ke dalam rumah. Dia melirik jam dinding kini sudah pukul enam sore. Harusnya Arthur sudah pulang ke rumah. Beruntung tadi Bianca sudah memberi pesan pada suaminya itu jika dia akan ke mall. Bianca kini menatap Justin yang tertidur pulas dalam pelukannya. "Ella, baringkan Justin di kamarnya." Bianca menyerahkan Justin pada Ella pengasuh Justin. "Baik nyonya," jawab Ella. Dia langsung mengambil alih Justin dan berjalan menuju kamar Justin.Bianca berjalan masuk ke dalam kamar. Bahkan tadi Bianca, tidak memperhatikan mobil Arthur. Karena tadi saat tiba di rumah, Bianca langsung terburu-buru masuk. Justin sudah tertidur pulas dalam pelukannya. Saat Bianca melangkah masuk ke dalam kamar, dia menatap Arthur yang sedang fokus pada ipadnya dan duduk di sofa. Bianca melangkah mendekat ke arah Arthur dan langsung duduk di samping suaminya itu. "Aku mengganggu mu?" tanya Bianca menatap lekat Arthurr yang fokus pada ipadnya. Bahkan, Arthur tidak menyadari Bianca sudah pu
Bianca menatap lembut Justin yang tengah menyusu padanya. Putranya ini tumbuh dengan sehat. Kini usia Justin sudah menginjak sepuluh bulan. Tubuhnya sangat berisi dan begitu menggemaskan. Terlebih pipi bulat Justin yang membuat Bianca tidak berhenti menciumnya. Justin memang sangat mirip dengan Arthur. Bahkan mereka memiliki warna bola mata yang sama yaitu coklat. "Sayang, kenapa semakin dewasa kau mirip sekali dengan daddy hm? mommy yang mengandung mu, harusnya kau mirip dengan mommy bukan dengan daddy mu." Bianca mengelus pipi bulat putranya itu yang kini masih menyusu padanya. Dering ponsel milik Bianca membuat Bianca mengalihkan pandangannya, Bianca mengambil ponselnya dan melihat ke layar tertera nama Arthur mengirimkan pesan.*Hari ini datanglah ke kantor, ada hal penting yang harus kau lihat. Jangan lupa kau harus tetap bersama dengan Bernard dan Marissa.*Bianca menghela napas panjang setelah membaca pesan dari Arthur, padahal dia ingin sekali bersantai di rumah. Tapi kenapa
Arthur membawa Bianca masuk ke dalam kamar pribadi yang berada di perusahaan. Steven membawa Caroline pulang menemui Annabeth. Sedangkan Richo membaawa Viola berjalan-jalan dan Justin juga ikut bersama dengan Viola. Bianca mengambil yoghurt yang sudah terserdia di atas meja. Sebelumnya Bianca memang meminta Marissa membelikan yoghurt untuknya. Lalu dia duduk di ranjang sambil menikmati yoghurt itu.Arthur melangkah mendekat ke arah istrinya lalu duduk di samping Bianca. "Apa kau ingin makan sesuatu?" Bianca mendengus. "Tidak Arthur! aku tidak mau makan banyak. Kau ini suka sekali melihat ku gemuk! baju ku nanti tidak cukup!" Kau tidak akan gemuk sayang, bahkan setelah kau melahirkan Justin kau terlihat sangat cantik dan seksi." jawan Arthur jujur, karena memang istrinya itu memiliki tubuh yang indah meski sudah melahirkan putranya. Bianca mencebik. "Kau ini pandai sekali merayu ku! tapi tetap saja aku akan tetap menjaga pola makan ku!"Arthu memeluk erar istrinya, dan mengecup p
Suara tangis Justin terdengar, Bianca membuka matanya saat mendengar Justin menangis. Dia melihat ke jam dinding kini sudah pukul dua pagi. Bianca menoleh ke arah Arthur, suaminya masih tertidur pulas. Bianca beranjak dari ranjang hati-hati dia tidak ingin membangunkan Arthur. Bianca mengikat asal rambutnya lalu berjalan menuju kamar Justin. Saat bianca melangkah masuk ke dalam kamar Justin, dengan cepat dia langsung menggendong Justin yang terus menangis. Bianca membuka kancing dressnya dan mulai menyusi Justin. Ternyata benar, putranya itu sangat haus. Justin melahapnya tidak sabar. Bianca tersenyum melihat Justin yang tegah menyusu."Kau haus sayang?" Bianca mengelus dengan lembut pipi bulat Justin.Arthur yang berdiri di depan pintu, sudah sejak tadi dia tahu Justin menangis. Dia langsung menyusul istrinya. Kini dia menatp putranya tengan menyusu."Justin bangun?" Arthur melangkah masuk ke dalam kamar Justin. Bianca menoleh saat mendengar suara Arthur, dia sedikit terkejut saat A
Arthur melangkah keluar dari ruang meeting menuju ruang kerja. Saat Arthur berjalan, langkahnya terhenti kelika melihat Alvin berlari menghampirinya. Arthur menatap lekat Alvin yang berdiri di hadapannya. "Ada apa?" tanya Arthur dingin. "Tuan, ada hal penting yang ingin saya sampikan." jawab Alvin. Arthur mengerutkan dahinya, "Hal apa yng membuat mu berlari seperti ini?" Alvin menunduk, "Maaf tuan, tapi ini tentang nyonya." "Kita bicara di dalam," tukas Arthur, dia kembali melangkah masuk ke dalam ruang kerja dan Alvin mengikutinya dari belakang. Dia duduk di kursi kerja dan kembali menatap Alvin yang berdiri di hadapanya. "Katakan ada apa dengan istri ku?" "Tuan, lihatlah ini." Alvin memberikan video yang ada di ipad. Arthur menerima ipad itu, pandangannya kini menatap video yang diberikan padanya. Arthur menatap tajam video itu, rahangnya mengetat, dia mengepalkan sebelah tangannya dengan kuat. "Siapa yang memberitahu media?" seru Arthur meninggikan suaranya. "T-Tuan, maaf t
Clarissa membanting seluruh lukisan, vas bunga dan segala pajangan yang ada di dalam kamar. Kini keadaan kamarnya begitu berantakan. Bahkan Pauline tidak mampu lagi mencegah Calarissa. Berkali-kali anak buahnya datang tapi Clarissa selalu mengancam akan bunuh diri jika ada yang menghalangi dirinya. Clarissa tidak memperdulikan jeritan Pauline ibunya yang sejak tadi memintanya untuk berhenti. "Clarissa sayang, hentikan sayang, Pecahan kaca itu bisa melukai mu sayang." kata Pauline dengan penuh permohonan. Air matanya terus berlinang membasahi pipinya. "Ma! jelaskan pada ku! kenapa berita mengatakan wanita sialan itu adik dari Ka Altov! permainan macam apa ini!" teriak Clarissa begitu keras, dia meremas dengan kuat rambutnya. Berita yang dia lihat begitu mengejutkan dan dia tidak akan pernah menerima ini. "Sayang, mama juga belum tahu. Bibi Paula mu belum mengatakan apa pun pada mama sayang. Hentikan ini sayang, pecahan kaca itu akan melukai kaki mu." Pauline lagi-lagi tidak menyerah
Mobil Bianca sudah memasuki halaman parkir mansionya. Bianca turun dari mobil dan melangkah masuk ke dalam rumah. Bianca melirik Justin yang kini sudah tertidur pulas dalam pelukan Ella. Bianca meminta Ella untuk membawa putranya itu masuk ke dalam kamar.Saat Bianca melangkah masuk, dia berpapasan dengan pelayan yang menyambut dirinya. Pelayan itu menunduk saat melihat Bianca masuk ke dalam rumah. Bianca mengulas senyuman hangat di wajahnya. "Apa kau melihat suami ku?" tanya Bianca. "Tuan berada di ruang kerjanya nyonya, hari ini tuan pulang lebih awal," jawab pelayan itu. "Terima kasih," Bianca berjalan menuju ruang kerja Arthur. Bianca melirik arloji kini masih pukul tiga sore. Tidak biasanya Arthur pulang lebih awal. Belakangan ini Arthur memang terlalu sibuk. Tapi meski suaminya itu sibuk, dia tetap meluangkan waktu untuk dirinya dan juga Justin. "Arthur," panggil Bianca pelan saat masuk ke dalam ruang kerja Arthur. Arrthur mengalihkan pandangannya, dia menatap Bianca berjal
Arthur menatap Bianca yang masih tertidur pulas, dia merapihkan rambut istrinya itu yang menutupi wajah cantik Bianca. Arthur menatap pemandangan yang indah di pagi hari, Bianca tertidur pulas dalam pelukannya. Arthur memberikan ciuman bertubi-tubi di bibir Bianca hingga membuat Bianca menggeliat. Bianca membuka mata, dia melihat suaminya memberikan banyak ciuman, Bianca mengulum senyumanya dan membiarkan suaminya memberikannya ciuman. Karena di pagi hari, di sambut dengan ciuman dari orang yang kita cintai adalah hal terindah yang ada di hidup Bianca. "Apa aku membangunkan mu?" bisik Arthur, bibir bawahnya masih menempel di bibir Bianca. Bianca tersenyum, dia mengecup bibir suaminya. "Tidak sayang, kau tidak membangunkan ku. Hanya membuat mata ku terbuka karena mendapatkan ciuman yang begitu banyak." Arthur mengeratkan pelukannya, dia merapatkan tubuh istrinya pada tubuhnya. Lalu mengecup puncak kepala Bianca. "Aku ingin lebih banyak meluangkan waktu berdua dengan mu. Sejak Justi
Justin turun dari mobil, dia mengancingkan jasnya masuk ke dalam perusahaan ayahnya. Hari ini, Justin menggantikan posisi Arthur. Ya, di usianya yang ke dua puluh delapan tahun, Arthur meminta Justin mengambil alih perusahannya. Tidak hanya Afford Company, tapi perusahaan perfilman milik Lucero Company berada dalam kendali Justin. Sang adik Nathan juga memiliki posisi yang tak kalah penting dengan Justin. Nathan memegang kendali perusahaan Afford Company dalam bidang property dan majalah. Untuk Lucero Company, Drake khusus meminta Nathan menangani perusahaan teknologinya. Sebelumnya Justin menetap di Barcelona selama dua tahun, untuk memperlajari Lucero Company. Namun, sekarang Justin memilih untuk menetap di New York. Karena bagaimanapun dia memiliki tanggung jawab perusahaan ayahnya.Joseph dan Hazel, adik kembar Justin yang kini berusia dua puluh tahun, mereka tengah menyelesaikan master degree di Oxford University. Diusia yang masih sangat muda, Joseph dan Hazel berhasil menyeles
Suara tangis bayi memecahkan kesunyiaan dalam ruang operasi. Bianca meneteskan air matanya, kala mendengar suara tangis bayi kembarnya. Persalinan berjalan dengan lancar, anak mereka lahir dengan selamat dan sempurna. Arthur selalu mencium Bianca selama proses persalinan. Kebahagian Bianca dan Arthur begitu lengkap ketika mengetahui anak kembar mereka sepasang laki-laki dan perempuan. Kali ini, keinginan Arthur sudah terwurjud, memiliki anak perempuan."Nyonya Bianca, silahkan lakukan proses IMD." Dokter menyerahkan bayi mungil itu dalam gendongan Bianca. Semua tim medis kini sudah membersihkan alat medis di dalam ruang operasi. Mereka semua kemudian pergi setelah melakukan pemeriksaan terhadap Bianca dan bayi kembarnya.Arthur meminta perawat untuk segera memindahkan Bianca di ruang rawat VVIP. Setelah proses IMD, tidak lama kemudian Bianca di pindahkan di ruang rawat VVIP sesuai permintaan Arthur.Kini seluruh keluarga Arthur dan keluarga Bianca masuk ke dalam ruang rawat Bianca. N
"Arthur, kau ingat, kan hari ini kita harus ke rumah orang tuaku?" kata Bianca mengingatkan suaminya itu. Sejak tadi, dia melihat Arthur yang tengah fokus pada iPad di tangannya. "Iya sayang, aku ingat. Sebentar ada pekerjaan yang harus aku selesaikan," jawab Arthur. Tatapannya teteap menatap layar iPad. Bianca mendengus. Dia melangkah mendekat ke arah Arthur, dan duduk di samping suaminya itu. "Tadi pagi justin sudah menghubungiku, putramu itu terus mengingatkan kita untuk tidak terlambat."Kemarin, Justin dan Nathan sudah lebih dulu dijemput oleh assistant Drake. Tentu Bianca sudah tidak lagi terkejut, karena kedua putranya itu sangat dekat pada kakek mereka. Terlebih Drake selalu memanjakan Justin dan Nathan. Bahkan Drake telah membangun sebuah perusahaan untuk Justin dan Nathan.Arthur meletakan iPadnya ke atas meja, lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah Bianca. "Kau tidak apa-apa keluar sekarang? Minggu depan kau sudah melahirkan, aku hanya takut terjadi sesuatu padamu, say
Suara keributan terdengar membuat Tasya yang tengah tertidur pulas, langsung terbangun. Tasya berlari keluar kamar menuju suara keributan itu."Astaga Alfred...Aldrich... Kenapa kalian berdua bertengkar?" Tasya mendekat ke arah dua putranya yang ribut. "Mommy, look. Ka Aldrich merusak robotku!" tunjuk Alfred pada robotnya yang telah rusak. "Aldrich, kenapa kau merusah robot Alfred?" Tasya menundukan kepalanya, dia mengelus lembut pipi gemuk Aldrich. "Aku tidak sengaja, Mommy.." ucap Aldrich dengan penuh penyesalan. Tasya mendesah pelan. Ini bukan pertama kali mainan Aldrich atau Alfred rusak. Hal yang membuat Tasya sakit kepala, adalah harga mainan milik Aldrich dan Alfred. Bagaimana tidak? Altov memberlikan mainan pada anak kembar mereka, denga harga yang fantastis. Seluruh mainan milik Alfred dan Aldrich adalah mainan termahal. Harga ratusan ribu dollar hingga jutaan dollar. Bahkan rasanya Tasya sulit bernapas setiap kali Altov memberikan anak kembarnya itu mainan dengan harga f
Viola mematut cermin. Dia melihat seluruh tubuhnya, memastikan tubuhnya sudah kembali seperti dulu. Ya, kehamilan pertama Viola, membuatnya mengalami kenaikan berat badan cukup parah. Bahkan Viola, tidak mau keluar rumah karena malu dengan bentuk tubuhnya. Meski Richo, tidak pernah mengeluh sedikitpun, Richo juga selalu mengatakan Viola sangat cantik. Tapi tetap saja, Viola tidak pernah percaya diri jika keluar rumah. Dengan Berolah raga dan melakukan rangkaian perawatan kecantikan, membuat bentuk tubuh Viola sudah kembali seperti dulu. Kini dirinya sudah percaya diri seperti sedia kala. "Mommy....." pekik Kylie melangkah mendekat ke arah Viola.Viola mengalihkan pandangannya, dia melihat putrinya mendekat ke arahnya. Namun, tatapan Viola melihat wajah muram putrinya itu. Dia langsung menundukan tubuhnya. "Hi sweetheat, kenapa wajahmu bersedih?" "Mommy, where is Ka Justin? I wanna meet Ka Justin.." Kylie mencebik, dia mengerutkan bibirnya. Viola tersenyum, dia mengelus pipi Kylie.
Suara teriakan Annabet begitu keras membuat Steven dan Caroline yang masih tertidur, langsung membuka mata mereka dan segera menghampiri suara teriakan Annabeth. Mereka beranjak dari tempat tidur, lalu berlari keluar kamar. "Sayang, kau kenapa berteriak sepagi ini?" Caroline melangkah, mendekat ke arah Annebth yang kini menangis. "Ada apa sayang? Kenapa kau menangis?" "Adam, menyembunyikan bonekaku!" tunjuk Annabeth pada adiknya. Tangisnya, sesegukan. Sedangkan Caroline langsung menatap putra bungsunya yang tersenyum lebar memperlihatkan gigi putihnya. Adam Steven Evans, putra Caroline dan Steven yang berusia empat tahun ini begitu aktif. Tidak heran, melihat tingkahnya yang hampir setiap hari membuat Annabeth menangis. Caroline dan Steven, hampir setiap hari mendengar suara tangis Caroline. Alasannya? Tentu saja karena Adam selalu mengambil barang-barang kesukaan Ananbeth dan menyembunyikannya. Steven membuang napas kasar, dia mengusap kepala putranya. "Boy, Daddy sudah mengataka
Pantai Jimbaran - BALI, INDONESIABianca dan Arthur tengah duduk di sebuah restoran yang ada di Pantai Jimbaran. Mereka tengah menikmatin makanan khas bali. Terlihat Bianca begitu menyukai makanan khas bali. Tapi berbeda dengan Arthur. Suaminya itu tidak bisa makan masakan pedas. Bianca sering menertawakan Arthur, yang wajahnya langsung memerah ketika makan makanan pedas. "Sayang, jangan di makan. Itu semua cabai. Nanti terjadi sesuatu pada anak kita," ujar Arthur dengan tatapan dingin melihat istrinya melahap masakan khas bali."Ini sambal khas dari bali. Ikan bakarnya juga sangat enak. Aku sepertinya menyukai tinggal di sini," balas Bianca dengan antusias, "Jangan bicara yang tidak-tidak Bianca," jawab Arthur malas. "Aku tidak mungkin bisa tinggal di kota yang panas ini." Bianca mencebik kesal. "Apa kau tidak lihat? Sejak tadi Justin dan Nathan terus bermain di pantai. Itu artinya kedua putramu menyukai Bali." "Mereka memang sudah bermain. Tidak hanya di Bali, saat kita berlibur
Lima tahun kemudian... BALI - INDONESIABianca menatap kedua putranya yang tengah berlari menelusuri Pantai Nusa Dua. Setelah menunda liburan ke bali, akhinya Bianca dan Arthur bisa berlibur. Dengan kaki telanjang dan perut membuncit Bianca menelusuri pantai indah itu. Ya, kini, Bianca tengah mengandung anak ketiganya dengan Arthur. Di kehamilan kali ini, Bianca merasa senang karena bisa merasakan babbymoon. Karena sebelumnya ketika mengandung Justin dan Nathan, begitu banyak masalah yang menghampiri mereka. Hingga membuat Bianca mengurungkan niatnya untuk babbymoon. "Justin... Nathan.. Jangan berlari kencang, nanti kalian jatuh!" teriak Bianca keras ke arah Justin dan Natha yang tengah berlari sembari bermain pasir di pantai."Biarkan sayang." Arthur memeluk pinggang istriny. Menikmati Pantai Nusa Dua yang begitu indah. Bianca menghela napas dalam. "Arthur, setelah ini aku tidak ingin hamil lagi! Sudah cukup! Justin, Nathan dan sekarang bayi kembar kita. Jika terus hamil, kapan ak
Beberapa bulan kemudian..Richo duduk di kursi kebesaraannya, membaca dokumen kerja sama perusahaan miliknya dengan perusahaan keluarga milik Viola. Kini Richo memimpin perusahaan keluarga Viola. Karena sejak awal, Richo memang tidak memperbolehkan Viola terlalu lelah bekerja. Richo masih membiarkan Viola, jika istrinya itu masih datang ke perushaaan. Hanya saja, Richo tidak ingin Viola fokus pada perusahaan. Setelah menikah, Richo menginginkan Viola lebih banyak di rumah. Meski Richo tahu, sejak Viola hanya di rumah, istrinya lebih sering ikut arisan bersama Bianca, Tasya dan Caroline. Tidak hanya itu, Viola juga selalu berbelanja setiap harinya demi menghilangkan rasa bosan. Bagi Richo, kebahagaian Viola adalah prioritasnya. Richo akan melakukan apa pun yang membuat istrinya selalu bahagia. Tidak perduli, berapa banyak uang yang harus Richo keluarkan yang terpenting istrinya selalu bahagia.Saat Richo tengah membaca membaca dokumen di hadapanya, dia terkejut melihat Davin assistant