Bianca kini tengah menikmati ice cream rasa vanila sambil menonton film kesukaannya. Kehamilannya memang membuat Bianca lebih memilih untuk bersantai. Bianca melirik ke jam dinding kini sudah pukul sebelas siang. Kemarin saat Bianca bertemu dengan Viola, untungnya keadaan Viola sudah pulih. Hanya saja Viola masih memilih untuk beristirahat di rumahnya. Tadi pagi, Arthur sudah berangkat ke kantor lebih awal. Arthur mengatakan jika hari ini dia akan pulang terlambat. Karena harus membahas kerja samanya dengan Hilton Company dan Steele Company. Saat Bianca tengah menikmati ice cremnya, terdengar dering ponsel miliknya. Ia mengambil ponselnya dan melihat ke layar ponselnya ternyata Tasya mengirimkan pesan padanya. Tasya : Bianca, apa kau sibuk? jika tidak apa hari ini kita bisa pergi bersama?Bianca : Aku tidak sibuk, kau ingin kemana?Tasya : Aku tidak tahu New York. Aku sering salah jalan. Aku hanya mengandalkan google maps sebagai petunjuk jalan ku.Bianca terkekeh kecil saat membac
"Ya, semoga saja aku mendapatkan pria yang seperti suami mu. Tapi aku tidak ingin terlalu berharap. Aku ini siapa memangnya. Kenapa bisa billionaire tertarik pada ku. Itu seperti sebuah mimpi." kekeh Tasya."Tidak ada yang salah dengan memiliki sebuah mimpi." balas Bianca."Yasudah ayo kita kesana." ajak Bianca dan Tasya mengangguk setuju.BrukkkSaat Bianca membalik badannya dan melangkah ia terkesiap ketika menubruk dada bidang seorang pria. Saat tubuhnya hampir jatuh, tangan kokoh itu dengan cepat menangkap tubuh Bianca. "M-Maaf tuan." ucap Bianca. Ia langsung membenarkan poisisinya dan menjaga jarak pada pria di hadapanya. "Kau tidak apa-apa?" tanya pria itu. "Bianca kau tidak terluka kan? astaga kau harus berhati-hati. Aku bisa dibunuh suami mu, jika kau terluka karena pergi dengan mu." ucap Tasya."Aku tidak apa-apa." jawab Bianca. Bernard dan Marissa yang menjaga jarak dari Bianca. Mereka langsung berlari ke arah nyonyanya yang hampir jatuh. Jika sampai terjadi sesuatu pada
Bianca tengah membaca email masuk dari Lily assistantnya. Semenjak perut Bianca yang sudah mulai membesar Bianca memang sudah tidak lagi ke butik. Biasanya jika ada customer yang meminta rancangan gaun Bianca. Bianca akan mengirimkan hasil rancangannya lewat email. Lily selalu memberikan laporan pada Bianca. Lily juga menangani seluruh butik milik Bianca. Biasanya manager butik akan memberikan laporan bulanan pada Lilly. Setelah Lily mendapatkan semua laporan dari manager butik, Lily langsung memberikannya pada Bianca. Bianca melihat ke jam dinding kini sudah pukul delapan malam. Hari ini Arthur sudah berpesan jika dia akan pulang terlambat. Mengurangi rasa kebosanan Bianca biasanya memilih untuk membaca laporan dari Lily. CeklekPintu kamar terbuka membuat Bianca menoleh ke arah pintu. Bianca tersenyum ketika melihat Arthur masuk ke dalam kamar. Bianca beranjak dari ranjang dan melangkah mendekat ke arah Arthur. "Kau sudah pulang?" sapa Bianca. Ia membantu Arthur melepaskan dasi d
Clarissa duduk di kursi kerjanya dengan punggung yang bersandar di kursi kerjanya. Ia baru saja selesai menandatangani dokumen yang di berikan oleh karyawannya. Tidak lama kemudian terdengar interkom dari sekretarisnya. Sekretarisnya mengatakan jika Arthur Afford datang ingin bertemu dengannya. Wajah Clarissa tersenyum bahagia saat mendengar Artur Afford datang ke kantornya. "Persilahkan Tun Arthur untuk masuk." Clarissa menekan tombol dan berbicara dengan suara yang terdengar sangat bahagia. Kini Artur masuk ke ruang kerja Clarissa. Tubuh Arthur yang sempurna terbalut dengan jas berwaran navy. Clarissa menatap Arthur dan tersenyum melihat pria yang dia cintai. Pria yang sangat tampan. Pria yang sangat hebat. Clarissa memang tidak salah dalam mencintai seorang pria. Clarisa bangkit dari kursi kerjanya dan melangkah mendekat ke arah Arthur. "Kau datang Arthur? apa kau ingin minum sesuatu?" "Tidak, aku datang karena ada hal penting yang harus aku katakan pada mu." ucap Arthur, ding
Usia kandungan Binca sudah memasuki minggu ke tiga puluh. Kini Bianca dan Arthur sedang berada di Central Park. Manhattan Central Park biasanya dikunjungi para pengunjung lokal atau turis asing.Bianca duduk ditemani oleh suaminya menikmati suasana sore yang sejuk. Cuaca yang indah membuat Bianca memilih mendatangi taman ini. Memasuki usia kandungan minggu ke tiga puluh ini membuat Bianca sebenarnya mudah sekali lelah. Bianca sering melihat ke cermin tubuhnya sudah tidak berbentuk. Kaki yang bengkak. Pinggang yang gemuk. Pipi yang berisi, sebenarnya membuat Bianca tidak percaya diri.Tapi meskipun demikian, Bianca tetap bahagia. Paling terpenting baginya adalah anaknya tubuh dengan sehat. Sebenarnya banyak orang di sekeliling Bianca mengatakan kehamilan Bianca ini membuat Bianca semakin cantik. Bahkan sangat cantik. Bianca selalu memakai dress yang sangat pas diukuran tubuhnya. Perut yang yang membesar membuatnya sangat seksi. Bahkan Arthur suaminya sudah sering sekali mengatakan Bia
Clarissa mengendari mobil Lamborghini Veneno miliknya menelusuri kota manhattan. Tujuan Clarissa hari ini adalah menemui sepupunya Altov Lucero. Pria tampan dan kaya raya yang memiliki sifat hampir sama degan Arthur. Pekerja keras dan ambisius itulah sifat Altov. Pauline ibu Clarissa memiliki saudara kembar bernama Paula. Wajah Pauline dan Paula begitu mirip. Hanya saja Paula jauh lebih beruntung dari Pauline ibunya. Paula menikah dengan Drake Lucero, pengusaha kaya raya yang berhasil menduduki posisi nomor satu di Eropa. Jason Steele dulunya memang berkuasa di Amerika. Sebelum Arthur merebut posisi itu dari tangannya. Tapi kini Jason Steele sudah tidak lagi menduduki itu. Itulah yang membuat Clarissa geram. Arthur sungguh berani membuat perusahaannya terlempar dari posisi sepuluh perusahaan besar di Amerika. Clarissa tahu, ayahnya benci jika perusahaanya sudah tidak lagi masuk dalam daftar sepuluh perusahaan besar di Amerika. Menurut Jason itu sungguh memalukan. Jason memang terke
Bianca duduk di sofa kamar sambil membaca majalah fashion. Tidak lama kemudian ponselnya berdering. Ia mengambil ponselnya, melihat kelayar nomor tidak dikenal menghubunginya. Awalnya Bianca ragu untuk menjawab. Tapi ponselnya tidak henti berdering. Mau tidak mau Bianca akhirnya menjawab panggilan telepon."Hallo?" sapa Bianca saat panggilannya terhubung."Apa kabar Bianca? lama tidak mendengar suara indah mu." suara bariton membuat Bianca terkejut. Bianca sangat mengenal suara ini. Bianca melihat ke layar ponselnya. Nomor tidak di kenal. "A-Alex?" "Kau rupanya masih mengingat ku sayang. Aku sudah melihat diri mu yang sedang hamil. Kau sungguh cantik. Bahkan dengan keadaan kau mengandung anak suami mu yang sialan itu, kau tetap sangat cantik dan seksi." kata Alex dengan seringai diwajahnya dari balik telepon."Jangan mengganggu ku! atau kau akan tahu akibatnya!" seru Bianca dengan nada penuh ancaman. Alex tertawa dari balik ponsel. "Kau rupanya bisa mengancam sekarang. Bagaimana ji
Sepanjang jalan Bianca sudah melihat beberapa anak buah Alex mengikutinya. Kini Bianca sudah tiba di alamat yang Alex kirimkan padanya. Bianca turun dari mobil, ia tidak ada pilihan lain selain menyelamatkan adiknya. Bianca ingat pesan kedua orang tuanya, ia harus menjaga adiknya. Bianca tahu, dia salah tidak memberitahu Arthur. Tapi ia tidak memiliki pilihan lain. Bianca mengusap dengan lembut perutnya. "Kuatlah nak. Mama akan melindungi mu." batin Bianca. Seorang pria berbadan besar melangkah menghampiri Bianca. "Silahkan ikut kami nona, tuan kami sudah menunggu anda." ucap pria itu. Bianca mengangguk. "Ya." kemudian Bianca melangkah mengikuti pria yang tadi berbicara dengannya. Bianca menatap gudang kosong yang jauh dari perumahaan penduduk. Bianca mengatur nafas dalam. Ia tidak boleh takut pada apapun. Kini yang terpenting menyelamatkan adik dan keponakannya dan anak yang di kandungnya harus tetap sehat. Bianca yakin anaknya pasti sangat kuat. "Silahkan nona, tuan sudah ada di
Justin turun dari mobil, dia mengancingkan jasnya masuk ke dalam perusahaan ayahnya. Hari ini, Justin menggantikan posisi Arthur. Ya, di usianya yang ke dua puluh delapan tahun, Arthur meminta Justin mengambil alih perusahannya. Tidak hanya Afford Company, tapi perusahaan perfilman milik Lucero Company berada dalam kendali Justin. Sang adik Nathan juga memiliki posisi yang tak kalah penting dengan Justin. Nathan memegang kendali perusahaan Afford Company dalam bidang property dan majalah. Untuk Lucero Company, Drake khusus meminta Nathan menangani perusahaan teknologinya. Sebelumnya Justin menetap di Barcelona selama dua tahun, untuk memperlajari Lucero Company. Namun, sekarang Justin memilih untuk menetap di New York. Karena bagaimanapun dia memiliki tanggung jawab perusahaan ayahnya.Joseph dan Hazel, adik kembar Justin yang kini berusia dua puluh tahun, mereka tengah menyelesaikan master degree di Oxford University. Diusia yang masih sangat muda, Joseph dan Hazel berhasil menyeles
Suara tangis bayi memecahkan kesunyiaan dalam ruang operasi. Bianca meneteskan air matanya, kala mendengar suara tangis bayi kembarnya. Persalinan berjalan dengan lancar, anak mereka lahir dengan selamat dan sempurna. Arthur selalu mencium Bianca selama proses persalinan. Kebahagian Bianca dan Arthur begitu lengkap ketika mengetahui anak kembar mereka sepasang laki-laki dan perempuan. Kali ini, keinginan Arthur sudah terwurjud, memiliki anak perempuan."Nyonya Bianca, silahkan lakukan proses IMD." Dokter menyerahkan bayi mungil itu dalam gendongan Bianca. Semua tim medis kini sudah membersihkan alat medis di dalam ruang operasi. Mereka semua kemudian pergi setelah melakukan pemeriksaan terhadap Bianca dan bayi kembarnya.Arthur meminta perawat untuk segera memindahkan Bianca di ruang rawat VVIP. Setelah proses IMD, tidak lama kemudian Bianca di pindahkan di ruang rawat VVIP sesuai permintaan Arthur.Kini seluruh keluarga Arthur dan keluarga Bianca masuk ke dalam ruang rawat Bianca. N
"Arthur, kau ingat, kan hari ini kita harus ke rumah orang tuaku?" kata Bianca mengingatkan suaminya itu. Sejak tadi, dia melihat Arthur yang tengah fokus pada iPad di tangannya. "Iya sayang, aku ingat. Sebentar ada pekerjaan yang harus aku selesaikan," jawab Arthur. Tatapannya teteap menatap layar iPad. Bianca mendengus. Dia melangkah mendekat ke arah Arthur, dan duduk di samping suaminya itu. "Tadi pagi justin sudah menghubungiku, putramu itu terus mengingatkan kita untuk tidak terlambat."Kemarin, Justin dan Nathan sudah lebih dulu dijemput oleh assistant Drake. Tentu Bianca sudah tidak lagi terkejut, karena kedua putranya itu sangat dekat pada kakek mereka. Terlebih Drake selalu memanjakan Justin dan Nathan. Bahkan Drake telah membangun sebuah perusahaan untuk Justin dan Nathan.Arthur meletakan iPadnya ke atas meja, lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah Bianca. "Kau tidak apa-apa keluar sekarang? Minggu depan kau sudah melahirkan, aku hanya takut terjadi sesuatu padamu, say
Suara keributan terdengar membuat Tasya yang tengah tertidur pulas, langsung terbangun. Tasya berlari keluar kamar menuju suara keributan itu."Astaga Alfred...Aldrich... Kenapa kalian berdua bertengkar?" Tasya mendekat ke arah dua putranya yang ribut. "Mommy, look. Ka Aldrich merusak robotku!" tunjuk Alfred pada robotnya yang telah rusak. "Aldrich, kenapa kau merusah robot Alfred?" Tasya menundukan kepalanya, dia mengelus lembut pipi gemuk Aldrich. "Aku tidak sengaja, Mommy.." ucap Aldrich dengan penuh penyesalan. Tasya mendesah pelan. Ini bukan pertama kali mainan Aldrich atau Alfred rusak. Hal yang membuat Tasya sakit kepala, adalah harga mainan milik Aldrich dan Alfred. Bagaimana tidak? Altov memberlikan mainan pada anak kembar mereka, denga harga yang fantastis. Seluruh mainan milik Alfred dan Aldrich adalah mainan termahal. Harga ratusan ribu dollar hingga jutaan dollar. Bahkan rasanya Tasya sulit bernapas setiap kali Altov memberikan anak kembarnya itu mainan dengan harga f
Viola mematut cermin. Dia melihat seluruh tubuhnya, memastikan tubuhnya sudah kembali seperti dulu. Ya, kehamilan pertama Viola, membuatnya mengalami kenaikan berat badan cukup parah. Bahkan Viola, tidak mau keluar rumah karena malu dengan bentuk tubuhnya. Meski Richo, tidak pernah mengeluh sedikitpun, Richo juga selalu mengatakan Viola sangat cantik. Tapi tetap saja, Viola tidak pernah percaya diri jika keluar rumah. Dengan Berolah raga dan melakukan rangkaian perawatan kecantikan, membuat bentuk tubuh Viola sudah kembali seperti dulu. Kini dirinya sudah percaya diri seperti sedia kala. "Mommy....." pekik Kylie melangkah mendekat ke arah Viola.Viola mengalihkan pandangannya, dia melihat putrinya mendekat ke arahnya. Namun, tatapan Viola melihat wajah muram putrinya itu. Dia langsung menundukan tubuhnya. "Hi sweetheat, kenapa wajahmu bersedih?" "Mommy, where is Ka Justin? I wanna meet Ka Justin.." Kylie mencebik, dia mengerutkan bibirnya. Viola tersenyum, dia mengelus pipi Kylie.
Suara teriakan Annabet begitu keras membuat Steven dan Caroline yang masih tertidur, langsung membuka mata mereka dan segera menghampiri suara teriakan Annabeth. Mereka beranjak dari tempat tidur, lalu berlari keluar kamar. "Sayang, kau kenapa berteriak sepagi ini?" Caroline melangkah, mendekat ke arah Annebth yang kini menangis. "Ada apa sayang? Kenapa kau menangis?" "Adam, menyembunyikan bonekaku!" tunjuk Annabeth pada adiknya. Tangisnya, sesegukan. Sedangkan Caroline langsung menatap putra bungsunya yang tersenyum lebar memperlihatkan gigi putihnya. Adam Steven Evans, putra Caroline dan Steven yang berusia empat tahun ini begitu aktif. Tidak heran, melihat tingkahnya yang hampir setiap hari membuat Annabeth menangis. Caroline dan Steven, hampir setiap hari mendengar suara tangis Caroline. Alasannya? Tentu saja karena Adam selalu mengambil barang-barang kesukaan Ananbeth dan menyembunyikannya. Steven membuang napas kasar, dia mengusap kepala putranya. "Boy, Daddy sudah mengataka
Pantai Jimbaran - BALI, INDONESIABianca dan Arthur tengah duduk di sebuah restoran yang ada di Pantai Jimbaran. Mereka tengah menikmatin makanan khas bali. Terlihat Bianca begitu menyukai makanan khas bali. Tapi berbeda dengan Arthur. Suaminya itu tidak bisa makan masakan pedas. Bianca sering menertawakan Arthur, yang wajahnya langsung memerah ketika makan makanan pedas. "Sayang, jangan di makan. Itu semua cabai. Nanti terjadi sesuatu pada anak kita," ujar Arthur dengan tatapan dingin melihat istrinya melahap masakan khas bali."Ini sambal khas dari bali. Ikan bakarnya juga sangat enak. Aku sepertinya menyukai tinggal di sini," balas Bianca dengan antusias, "Jangan bicara yang tidak-tidak Bianca," jawab Arthur malas. "Aku tidak mungkin bisa tinggal di kota yang panas ini." Bianca mencebik kesal. "Apa kau tidak lihat? Sejak tadi Justin dan Nathan terus bermain di pantai. Itu artinya kedua putramu menyukai Bali." "Mereka memang sudah bermain. Tidak hanya di Bali, saat kita berlibur
Lima tahun kemudian... BALI - INDONESIABianca menatap kedua putranya yang tengah berlari menelusuri Pantai Nusa Dua. Setelah menunda liburan ke bali, akhinya Bianca dan Arthur bisa berlibur. Dengan kaki telanjang dan perut membuncit Bianca menelusuri pantai indah itu. Ya, kini, Bianca tengah mengandung anak ketiganya dengan Arthur. Di kehamilan kali ini, Bianca merasa senang karena bisa merasakan babbymoon. Karena sebelumnya ketika mengandung Justin dan Nathan, begitu banyak masalah yang menghampiri mereka. Hingga membuat Bianca mengurungkan niatnya untuk babbymoon. "Justin... Nathan.. Jangan berlari kencang, nanti kalian jatuh!" teriak Bianca keras ke arah Justin dan Natha yang tengah berlari sembari bermain pasir di pantai."Biarkan sayang." Arthur memeluk pinggang istriny. Menikmati Pantai Nusa Dua yang begitu indah. Bianca menghela napas dalam. "Arthur, setelah ini aku tidak ingin hamil lagi! Sudah cukup! Justin, Nathan dan sekarang bayi kembar kita. Jika terus hamil, kapan ak
Beberapa bulan kemudian..Richo duduk di kursi kebesaraannya, membaca dokumen kerja sama perusahaan miliknya dengan perusahaan keluarga milik Viola. Kini Richo memimpin perusahaan keluarga Viola. Karena sejak awal, Richo memang tidak memperbolehkan Viola terlalu lelah bekerja. Richo masih membiarkan Viola, jika istrinya itu masih datang ke perushaaan. Hanya saja, Richo tidak ingin Viola fokus pada perusahaan. Setelah menikah, Richo menginginkan Viola lebih banyak di rumah. Meski Richo tahu, sejak Viola hanya di rumah, istrinya lebih sering ikut arisan bersama Bianca, Tasya dan Caroline. Tidak hanya itu, Viola juga selalu berbelanja setiap harinya demi menghilangkan rasa bosan. Bagi Richo, kebahagaian Viola adalah prioritasnya. Richo akan melakukan apa pun yang membuat istrinya selalu bahagia. Tidak perduli, berapa banyak uang yang harus Richo keluarkan yang terpenting istrinya selalu bahagia.Saat Richo tengah membaca membaca dokumen di hadapanya, dia terkejut melihat Davin assistant