Saat Viola tidak sengaja melirik ke atas, Viola melihat lampu besar di atas Bianca sudah hampir jatuh. Wajah Viola menegang, dengan cepat Viola mendorong keras tubuh Bianca, "Bianca awass." teriak Viola kencang, ia mendorong Bianca sekuat mungkin.Bianca terkejut, dia terjatuh di lantai namun ia sudah memeluk perutnya dengan erat.Pranggg"Violaa" teriak Bianca, perlahan pandangan Bianca mulai buram. Tidak lama kemudian Biaca sudah tidak sadarkan diri."Bianca," teriak Arthur, dengan cepat Arthur berlari ke arah Bianca, saat melihat Bianca pingsan.Begitu pun Richo dia berlari ke arah Viola yang sudah terkulai di lantai dengan penuh darah. Arthur memeluk Bianca, memeriksa istrinya untungnya tidak ada darah. Arthur langsung membopong Bianca gaya bridal. Sedangkan Viola, Richo yang membopong. Kepala Viola di penuhi oleh darah. Alvin langsung berlari mengikuti Arthur, dan menyiapkan mobil untuk ke rumah sakit. Keadaan ruangan begitu menegang, istri dari Arthur Afford dan sahabatnya men
Dokter sudah mengizinkan Bianca untuk pulang ke rumah, karena kondisi Bianca memang sudah sehat. Kandungannya pun kuat dan sehat, tidak ada lagi yang harus di khawatirkan. Tapi sebelum Bianca pulang, ia ingin menemui Viola yang masih belum sadarkan diri. Caroline mendorong kursi roda Bianca, Caroline menemani Bainca untuk melihat keadaan Viola. Jujur saja, hati Bianca belum bisa tenang. Meskipun Arthur selalu menenangkan Bianca untuk tidak menyalahkan dirinya. tapi tetap tidak bisa. Bianca selalu merasa bersalah, jika bukan karena dirinya Viola tidak akan seperti ini. Bianca masuk ke ruang ICU, Viola masih menutup matanya. Banyak alat di tubuh Viola, membuat Bianca terasa sakit. Perlahan air mata Bianca mulai menetes. Caroline membawa Bianca mendekat. Richo yang melihat Bianca datang, dia langsung mundur dan membiarkan Bianca melihat Viola. "Viola, cepatlah bangun. Aku ingin kau menemani ku berbelanja. Aku berjanji, setelah ini kita akan berbelanja sepuasnya. Aku akan memberikan ba
Sinar matahari pagi, menembus jendela. Perlahan Bianca mulai membuka matanya, mengerjap dan menggeliat. Saat tangan Banca mulai meraba ke samping ia sedikit terkejut Arthur sudah bangun. Bianca mengikat rambutnya asal, ia melangkah menuju kamar mandi. Ia ingin langsung membersihkan diri. Dua puluh menit kemudian, Bianca sudah selesai membersihkan diri. Bianca menggganti baju dengan dress simple berwarna cream tanpa lengan. Kandungan Bianca kini sudah memasuki bulan keempat. Perut Bianca sudah terlihat membuncit, Bianca juga sudah menyiapkan baju-baju untuk dirinya. Dia sudah tidak lagi memakai jeans, setiap harinya dia akan memakai dress yang longgar di bagian perut. CeklekSuara pintu terbuka, Arthur masuk ke dalam kamar. "Arthur, kau dari mana?" tanya Bianca saat melihat Arthur. "Aku tadi menerima telepon." jawab Arthur. Bianca mengangguk pelan, "Aku pikir kau belum bersiap, tapi ternyata kau sudah siap dengan setelan jas mu. Kenapa kau tidak membangunkan ku? aku bahkan tidak m
Richo masih menatap Viola yang sudah beberapa hari ini belum juga membuka matanya. Richo tetap setia menunggu Viola hingga sadar, setidaknya Richo ingin saat Viola membuka matanya, Viola melihat Richo berada disisinya. Richo mengelus dengan lembut pipi Viola, "Hey tiger, kau lama sekali bangun. Apa kau tahu sudah lama tidak datang ke kantor. Jika perusahaan ku merugi, kau harus membayar ganti rugi. Kau tahu perusahaan ku memiliki keuntungan besar setiap bulannya, bulan ini kau harus menggantinya karena aku sudah menunggu mu." "Tiger bangunlah, aku menyukai segala umpatan kasar mu. Kau ini, bagaimana tiger menjadi lemah begini? kau ini perempuan tangguh yang pernah aku kenal. Kau juga berani menarik rambut Clarissa, aku merindukan mu tiger. Bangunlah, hidup ku sepi tidak mendengar teriakan dan umpatan kasar mu." gumam Richo, ia masih terus mengelus pipi Viola. Kemudian Richo menyentuh tangan Viola, mencium punggung tangan Viola. Seketika Richo tersentak, ia merasakan jari jemari Vi
Arthur keluar dari ruang meeting, ia melangkah masuk ke dalam ruang kerjanya diikuti oleh Alvin. Arthur melirik arloji kini sudah pukul dua siang. Mungkin Bianca sudah berada di rumah orang tuanya. Pagi tadi memang Bianca sudah mengatakan pada Arthur, jika Bianca akan datang ke mansion keluarganya. Arthur duduk di kursi kerjanya, dengan punggung yang bersandar di kursi kerjanya, "Alvin, bagaimana kenapa kau belum melaporkan pada ku tentang kejadian di fashion show beberapa hari yang lalu?" tukas Arthur, ia menatap Alvin yang berdiri di hadapannya. "M-Maaf tuan, ini tidak mudah. CCTV ternyata mati beberapa jam sebelum kejadian. Saya sudah memeriksa di setiap sudut, tapi sepertinya orang ini melakukannya dengan sangat mulus. Mereka sudah merencanakan ini semua tuan, saya masih menyelidiki ini semua." jawab Alvin menundukan kepalanya tidak berani melihat tuannya yang menatap tajam dirinya. Arthur membuang napas kasar, "Temukan secepatnya, aku tidak ingin mendengar gerak lamban mu dala
Bianca mulai membuka kedua matanya, ia menatap ruangan putih. Bianca menoleh Elena ibu mertuanya sudah ada di sampingnya. "Sayang, kau sudah sadar?" ucap Elena, ia memberikan air putih pada Bianca. Lalu Bianca meminum air putih yang di berikan Elena, "Terima kasih ma." Bianca menyentuh pelipisnya, ia kembali mengingat kejadiaan yang membuatnya pingsan. Lalu sektika wajahnya menegang, "Ma, dimama mama dan papa ku?" tanya Bianca panik dan cemas."Mereka sudah di temukan nak, mereka dalam pemeriksaan dokter." ucap Elena, memeluk Bianca.Tidak lama kemudian, Arthur berlari masuk ke ruang rawat Bianca, "Sayang." panggil Arthur, ia langsung memeluk istrinya dengan erat. "Arthur, bawa aku ke mama dan papa." ucap Bianca dengan suara parau."Kau bisa melihatnya nanti, mereka masih dalam penanganan dokter." Arthur memeluk erat Bianca dan mengecupi pucuk kepala Bianca."No, aku mau sekarang. Jika kau tidak membawa ku sekarang, aku akan kesana sendiri." tukas Bianca, tegas. Ia tetap ingin meli
Hari ini adalah upacara pemakaman Adam dan Melinda. Semua sudah di urus oleh Alvin. Bianca dan Caroline memilih tempat pemakaman orang tuanya di New York. Harusnya pemakaman keluarga Lancaster harus di Los Angeles. Tapi kali ini, Bianca memutuskan untuk memilih New York. Keluarga Bianca dari Los Angeles, semua sudah tiba di New York tadi malam. Untungnya jarak Los Angeles ke New York hanya memakan waktu enam jam dengan pesawat. Tampak semuanya sudah bersiap menuju tempat pemakaman. Bianca dengan balutan dress sederhana berwarna hitam, dan kaca mata yang dia pakai menutupi matanya yang sembab. Bianca dan Arthur masuk ke dalam mobil. Alvin ikut bersama dengan mobil Arthur. Caroline, Annabeth dan Bella pengasuh Annabeth berada di dalam mobil Steven. Viola juga ikut, memang seharusnya dia tidak diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Tapi Viola tetap memaksa. Terlebih kepergian orang tua dari sahabat dekatnya, tidak mungkin Viola tidak turut hadir dalam upacara pemakaman ini. Tidak lam
Beberapa hari setelah pemakaman Adam dan Melinda. Bianca lebih sering mengurung diri di kamar. Bianca mempercayai Lily yang mengatur butiknya dengan Baik. Dokter kandungan juga selalu datang setiap hari untuk memeriksa keadaan Bianca. Untungnya meskipun Bianca masih terluka karena kepergian orang tuannya, Bianca masih selalu meminum vitamin dari dokter. Bianca tetap menjaga kandungannya dengan baik. Hanya saja, Bianca masih enggan berbicara. Hari ini adalah pembacaan wasiat dari Adam dan Melinda. Caroline dan Steven sudah berada di ruang kerja Arthur. Arthur sengaja meminta mereka berkumpul di ruang kerjanya. Bianca berjalan keluar kamar menuju ruang kerja Arthur. Bianca sudah mendengar dari Marissa jika Caroline dan Steven sudah berkumpul di ruang kerja Arthur. Wajah cantik Bianca masih tetap terlihat begitu sedih dan murung. "Maaf membuat kalian menunggu." ucap Bianca, ia melangkah masuk ke ruang kerja Arthur lalu duduk tepat di samping Arthur. "Apa kabar ka?" sapa Caroline yang
Justin turun dari mobil, dia mengancingkan jasnya masuk ke dalam perusahaan ayahnya. Hari ini, Justin menggantikan posisi Arthur. Ya, di usianya yang ke dua puluh delapan tahun, Arthur meminta Justin mengambil alih perusahannya. Tidak hanya Afford Company, tapi perusahaan perfilman milik Lucero Company berada dalam kendali Justin. Sang adik Nathan juga memiliki posisi yang tak kalah penting dengan Justin. Nathan memegang kendali perusahaan Afford Company dalam bidang property dan majalah. Untuk Lucero Company, Drake khusus meminta Nathan menangani perusahaan teknologinya. Sebelumnya Justin menetap di Barcelona selama dua tahun, untuk memperlajari Lucero Company. Namun, sekarang Justin memilih untuk menetap di New York. Karena bagaimanapun dia memiliki tanggung jawab perusahaan ayahnya.Joseph dan Hazel, adik kembar Justin yang kini berusia dua puluh tahun, mereka tengah menyelesaikan master degree di Oxford University. Diusia yang masih sangat muda, Joseph dan Hazel berhasil menyeles
Suara tangis bayi memecahkan kesunyiaan dalam ruang operasi. Bianca meneteskan air matanya, kala mendengar suara tangis bayi kembarnya. Persalinan berjalan dengan lancar, anak mereka lahir dengan selamat dan sempurna. Arthur selalu mencium Bianca selama proses persalinan. Kebahagian Bianca dan Arthur begitu lengkap ketika mengetahui anak kembar mereka sepasang laki-laki dan perempuan. Kali ini, keinginan Arthur sudah terwurjud, memiliki anak perempuan."Nyonya Bianca, silahkan lakukan proses IMD." Dokter menyerahkan bayi mungil itu dalam gendongan Bianca. Semua tim medis kini sudah membersihkan alat medis di dalam ruang operasi. Mereka semua kemudian pergi setelah melakukan pemeriksaan terhadap Bianca dan bayi kembarnya.Arthur meminta perawat untuk segera memindahkan Bianca di ruang rawat VVIP. Setelah proses IMD, tidak lama kemudian Bianca di pindahkan di ruang rawat VVIP sesuai permintaan Arthur.Kini seluruh keluarga Arthur dan keluarga Bianca masuk ke dalam ruang rawat Bianca. N
"Arthur, kau ingat, kan hari ini kita harus ke rumah orang tuaku?" kata Bianca mengingatkan suaminya itu. Sejak tadi, dia melihat Arthur yang tengah fokus pada iPad di tangannya. "Iya sayang, aku ingat. Sebentar ada pekerjaan yang harus aku selesaikan," jawab Arthur. Tatapannya teteap menatap layar iPad. Bianca mendengus. Dia melangkah mendekat ke arah Arthur, dan duduk di samping suaminya itu. "Tadi pagi justin sudah menghubungiku, putramu itu terus mengingatkan kita untuk tidak terlambat."Kemarin, Justin dan Nathan sudah lebih dulu dijemput oleh assistant Drake. Tentu Bianca sudah tidak lagi terkejut, karena kedua putranya itu sangat dekat pada kakek mereka. Terlebih Drake selalu memanjakan Justin dan Nathan. Bahkan Drake telah membangun sebuah perusahaan untuk Justin dan Nathan.Arthur meletakan iPadnya ke atas meja, lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah Bianca. "Kau tidak apa-apa keluar sekarang? Minggu depan kau sudah melahirkan, aku hanya takut terjadi sesuatu padamu, say
Suara keributan terdengar membuat Tasya yang tengah tertidur pulas, langsung terbangun. Tasya berlari keluar kamar menuju suara keributan itu."Astaga Alfred...Aldrich... Kenapa kalian berdua bertengkar?" Tasya mendekat ke arah dua putranya yang ribut. "Mommy, look. Ka Aldrich merusak robotku!" tunjuk Alfred pada robotnya yang telah rusak. "Aldrich, kenapa kau merusah robot Alfred?" Tasya menundukan kepalanya, dia mengelus lembut pipi gemuk Aldrich. "Aku tidak sengaja, Mommy.." ucap Aldrich dengan penuh penyesalan. Tasya mendesah pelan. Ini bukan pertama kali mainan Aldrich atau Alfred rusak. Hal yang membuat Tasya sakit kepala, adalah harga mainan milik Aldrich dan Alfred. Bagaimana tidak? Altov memberlikan mainan pada anak kembar mereka, denga harga yang fantastis. Seluruh mainan milik Alfred dan Aldrich adalah mainan termahal. Harga ratusan ribu dollar hingga jutaan dollar. Bahkan rasanya Tasya sulit bernapas setiap kali Altov memberikan anak kembarnya itu mainan dengan harga f
Viola mematut cermin. Dia melihat seluruh tubuhnya, memastikan tubuhnya sudah kembali seperti dulu. Ya, kehamilan pertama Viola, membuatnya mengalami kenaikan berat badan cukup parah. Bahkan Viola, tidak mau keluar rumah karena malu dengan bentuk tubuhnya. Meski Richo, tidak pernah mengeluh sedikitpun, Richo juga selalu mengatakan Viola sangat cantik. Tapi tetap saja, Viola tidak pernah percaya diri jika keluar rumah. Dengan Berolah raga dan melakukan rangkaian perawatan kecantikan, membuat bentuk tubuh Viola sudah kembali seperti dulu. Kini dirinya sudah percaya diri seperti sedia kala. "Mommy....." pekik Kylie melangkah mendekat ke arah Viola.Viola mengalihkan pandangannya, dia melihat putrinya mendekat ke arahnya. Namun, tatapan Viola melihat wajah muram putrinya itu. Dia langsung menundukan tubuhnya. "Hi sweetheat, kenapa wajahmu bersedih?" "Mommy, where is Ka Justin? I wanna meet Ka Justin.." Kylie mencebik, dia mengerutkan bibirnya. Viola tersenyum, dia mengelus pipi Kylie.
Suara teriakan Annabet begitu keras membuat Steven dan Caroline yang masih tertidur, langsung membuka mata mereka dan segera menghampiri suara teriakan Annabeth. Mereka beranjak dari tempat tidur, lalu berlari keluar kamar. "Sayang, kau kenapa berteriak sepagi ini?" Caroline melangkah, mendekat ke arah Annebth yang kini menangis. "Ada apa sayang? Kenapa kau menangis?" "Adam, menyembunyikan bonekaku!" tunjuk Annabeth pada adiknya. Tangisnya, sesegukan. Sedangkan Caroline langsung menatap putra bungsunya yang tersenyum lebar memperlihatkan gigi putihnya. Adam Steven Evans, putra Caroline dan Steven yang berusia empat tahun ini begitu aktif. Tidak heran, melihat tingkahnya yang hampir setiap hari membuat Annabeth menangis. Caroline dan Steven, hampir setiap hari mendengar suara tangis Caroline. Alasannya? Tentu saja karena Adam selalu mengambil barang-barang kesukaan Ananbeth dan menyembunyikannya. Steven membuang napas kasar, dia mengusap kepala putranya. "Boy, Daddy sudah mengataka
Pantai Jimbaran - BALI, INDONESIABianca dan Arthur tengah duduk di sebuah restoran yang ada di Pantai Jimbaran. Mereka tengah menikmatin makanan khas bali. Terlihat Bianca begitu menyukai makanan khas bali. Tapi berbeda dengan Arthur. Suaminya itu tidak bisa makan masakan pedas. Bianca sering menertawakan Arthur, yang wajahnya langsung memerah ketika makan makanan pedas. "Sayang, jangan di makan. Itu semua cabai. Nanti terjadi sesuatu pada anak kita," ujar Arthur dengan tatapan dingin melihat istrinya melahap masakan khas bali."Ini sambal khas dari bali. Ikan bakarnya juga sangat enak. Aku sepertinya menyukai tinggal di sini," balas Bianca dengan antusias, "Jangan bicara yang tidak-tidak Bianca," jawab Arthur malas. "Aku tidak mungkin bisa tinggal di kota yang panas ini." Bianca mencebik kesal. "Apa kau tidak lihat? Sejak tadi Justin dan Nathan terus bermain di pantai. Itu artinya kedua putramu menyukai Bali." "Mereka memang sudah bermain. Tidak hanya di Bali, saat kita berlibur
Lima tahun kemudian... BALI - INDONESIABianca menatap kedua putranya yang tengah berlari menelusuri Pantai Nusa Dua. Setelah menunda liburan ke bali, akhinya Bianca dan Arthur bisa berlibur. Dengan kaki telanjang dan perut membuncit Bianca menelusuri pantai indah itu. Ya, kini, Bianca tengah mengandung anak ketiganya dengan Arthur. Di kehamilan kali ini, Bianca merasa senang karena bisa merasakan babbymoon. Karena sebelumnya ketika mengandung Justin dan Nathan, begitu banyak masalah yang menghampiri mereka. Hingga membuat Bianca mengurungkan niatnya untuk babbymoon. "Justin... Nathan.. Jangan berlari kencang, nanti kalian jatuh!" teriak Bianca keras ke arah Justin dan Natha yang tengah berlari sembari bermain pasir di pantai."Biarkan sayang." Arthur memeluk pinggang istriny. Menikmati Pantai Nusa Dua yang begitu indah. Bianca menghela napas dalam. "Arthur, setelah ini aku tidak ingin hamil lagi! Sudah cukup! Justin, Nathan dan sekarang bayi kembar kita. Jika terus hamil, kapan ak
Beberapa bulan kemudian..Richo duduk di kursi kebesaraannya, membaca dokumen kerja sama perusahaan miliknya dengan perusahaan keluarga milik Viola. Kini Richo memimpin perusahaan keluarga Viola. Karena sejak awal, Richo memang tidak memperbolehkan Viola terlalu lelah bekerja. Richo masih membiarkan Viola, jika istrinya itu masih datang ke perushaaan. Hanya saja, Richo tidak ingin Viola fokus pada perusahaan. Setelah menikah, Richo menginginkan Viola lebih banyak di rumah. Meski Richo tahu, sejak Viola hanya di rumah, istrinya lebih sering ikut arisan bersama Bianca, Tasya dan Caroline. Tidak hanya itu, Viola juga selalu berbelanja setiap harinya demi menghilangkan rasa bosan. Bagi Richo, kebahagaian Viola adalah prioritasnya. Richo akan melakukan apa pun yang membuat istrinya selalu bahagia. Tidak perduli, berapa banyak uang yang harus Richo keluarkan yang terpenting istrinya selalu bahagia.Saat Richo tengah membaca membaca dokumen di hadapanya, dia terkejut melihat Davin assistant