Arthur melempar jas dan dasinya saat tiba di kamar hotel. Sejak tadi di mobil, bahkan Arthur memilih diam. Bianca tidak berani berbicara saat melihat Arrthur yang kini tengah menahan emosinya. "Arthur," panggil Bianca dengan lembut, ia berharap hati Arthur kini jauh lebih tenang. "Apa! kau ingin menjelaskan apa Bainca? kau tidak memberitahu ku jika Ricardo adalah mantan kekasih mu. Kau juga tadi bertemu dengannya. Kau membohongi ku!" seru Arthur dengan suara tinggi, hingga membuat Bianca terkesiap. "Arthur dengarkan aku dulu, bagaimana aku bisa menjelaskan pada mu jika kau marah seperti ini." kata Bianca, ia berusaha menenangkan Arthur. "Jelaskan sekarang!" tukas Arthur, menggeram menahan emosinya. "Aku dan Ricardo memang pernah menjadi sepasang kekasih. Tapi itu sudah enam tahun yang lalu Arthur. Sudah sangat lama Arthur. Kami berpisah karena dia memilih pindah ke Moscow dan aku pernah menceritakan jika aku mempunyai mantan kekasih yang tinggal di Moscow pada mu. Aku menceritaka
Pagi hari, Arthur sudah lebih dulu bangun dari tidurnya. Ia menatap istrinya yang masih tertidur pulas. Tubuh polos Bianca yang hanya terbalut oleh selimut membuat Arthur tersenyum. Arthur mengelus pipi Bianca, ia memperhatikan wajah cantik istrinya. Lalu ia mengecup dengan lembut bibir Bianca. Bianca memang sangat cantik, bahkan tanpa polesan make up dia tetap sangat cantik. Bianca menggeliat, perlahan ia membuka matanya, ia tersenyum melihat Arthur tengah menatap dirinya, "Morning." ucap Bianca serak suara khas baru bangun tidur. Artur mengecup dengan lembut bibir Bianca, "Morning." "Hari ini kau jangan kemana-mana. Aku harus pergi ada client yang ingin aku temui." kata Arthur sambil mengelus pipi istrinya. "Hem, Arthur bolehkah aku bertemu dengan Irina? aku sungguh merasa tidak enak dengannya Arthur. Aku melihat dia menangis, aku tahu dia pasti sangat terluka." ucap Bianca, ia ingin sekali bertemu dengan Irina. Jujur saja ia sangat tidak tega pada Irina. Ia melihat dengan jelas
Irina duduk di kursi kerjanya, ia berusaha melupakan kejadian dimana hatinya terluka. Ia berusaha untuk tidak memikirkannya, tapi bohong jika tidak memikirkannya. Irina begitu mencintai Ricado. Tapi kenapa Ricardo bertunangan dengannya jika hanya mencintai Bianca? apa karena Irina adalah putri dari Elias Zotova? pengusaha kaya raya yang berkuasa di Russia. Irina kembali meneteskan air matanya, dengan cepat ia segera menghapus air matanya. Perkataan Ricardo terlalu menyakitkan. Ricardo mengatakan tidak mencintainya. Ricardo hanya menjadikannya pelampiasan karena Ricardo tidak bisa menemukan Bianca. Ini terlalu menyakitkan bagi Irina, bahkan hati Irina begitu terluka, hampir setiap malam Irina berusaha untuk tidak meneteskan air mata, tapi tetap tidak bisa. Selama ini Irina selalu ada ketika Ricardo di posisi sulit, Bahkan Irina menemani Ricardo apapun keadaan Ricardo. Kenyataannya ucapan cinta yang di katakan Ricado hanya sekedar ucapan janji manis, yang tidak sesuai dengan kenyataan
Arthur duduk di ranjang sambil berkutat dengan ipadnya. Ia membaca laporan yang dikirimkan oleh direktur pemasaran yang menggantikannya di New York. Sedangkan Bianca, ia tengah asik melihat majalah fashion. Terkadang Bianca membaca email masuk dari Lily yang melaporkan perkembangan butiknya. "Bianca, kau sudah bertemu dengan Irina?" tanya Arthur, ia tetap melihat ke ipadnya. "Ya, sudah. Aku sudah bertemu dengannya." jawab Bianca. "Dia gadis yang memiliki segalanya. Dia pantas mendapatkan yang jauh lebih baik." tukas Arthur, dingin. "Tapi aku melihat dari mata Irina, dia begitu mencintai Ricardo." balas Bianca. "Pria itu tidak pantas mendapatkan Irina, gadis itu bisa mendapatkan jauh lebih baik." "Apa kau tidak ingin membantu Irina kembali pada Ricardo? aku hanya melihat dari mata Irina, dia begitu mencintai Ricardo." kata Bianca. Ia hanya tidak tega pada Irina. Saat bertemu, terlihat jelas kesedihan di mata Irina. "Tidak perlu membantunya. Jika pria itu serius dengan Irina, dia
Arthur duduk di sebuah caffe bersama dengan Alvin. Ia tengah menikmati kopi di pagi hari. Ia memilih untuk bersantai sebelum melanjutkan aktivitasnya. Saat Arthur meninggalkan kamar hotel, istrinya masih tertidur pulas. Arthur sudah membelikan note kecil di atas meja jika ia pergi ke caffe terdekat dari hotel bersama Alvin."Tuan, kapan tuan akan kembali ke New York? mengingat kita masih memiliki kerja sama dengan Steele Company dan Hilton Company." ucap Alvin. "Mungkin tiga hari lagi kita akan segera kembali ke New York. Banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan." kata Arthur. "Maaf tuan, apa tuan tidak ingin berbulan madu dengan nyonya? atau babymoon mungkin tuan? nyonya kini tengah mengandung. Nyonya selalu ikut dalam perjalanan bisnis, tapi tuan lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja." ujar Alvin. "Kau benar, aku bahkan selalu membawa Bianca dalam perjalanan bisnis ku. Tapi untuk menghabiskan waktu hanya berdua dengannya aku memang sangat sulit. Kau tahu kita banyak mem
Irina berjalan keluar dari ruang meeting. Ia masuk ke ruang kerjanya dan duduk di kursi kerjanya. Ia membuka macbooknya, membaca email masuk dari para direktur pemasaran. Sebagai anak tunggal dari Elias Zotova, Irina memang terkenal pekerja keras. Ia mampu membawa perusahaan keluarganya berada di puncak. Hari-hari yang Irina jalani adalah bekerja. Ia memutuskan untuk melupakan hatinya yang tengah terluka. Dengan fokus dalam bekerja, setidaknya ia bisa sedikit melupakan Ricardo. Saat Irina tengah berkutat dengan macbooknya, interkom dari sekretarisnya berbunyi. Sekretarinya mengatakan jika Ricardo berada di luar ruangan. Irina membuang napas kasar mendengar nama Ricardo. Ingin sekali ia menghindar untuk tidak bertemu, lagi pula semenjak kejadian Ricardo mengatakan masih mencintai Bianca, dia tidak berusaha sedikit pun menghubungi Irina. "Persilahkan dia masuk," Irina menekan tombolnya dan berbicara dengan tegas. Kini Irina menatap Ricardo yang berjalan masuk ke ruang kerjanya. Rica
Bianca duduk di ranjang sambil menonton salah satu film kesukaanya. Ia memakan cemilan yang sudah di siapkan oleh Marissa. Semenjak hamil, Bianca sangat menyukai cake. Makanan manis mengurangi rasa mualnya. Tentu saja menambah berat badannya juga. Tapi ia tidak perduli, yang terpenting anaknya sehat. Ia akan merawat bentuk tubuhnya setelah melahirkan nanti. Saat Bianca tengah asik menonton film, terdengar dering ponsel miliknya. Ia langsung mengambil ponselnya di atas nakas. Ternyata pesan dari Viola sahabatnya. Ia pun tekekeh kecil membaca pesan Viola. Viola : Bianca, apa kau tidak ada niat kembali ke New York? aku bersumpah akan menjemput mu jika kau dalam minggu ini tidak kembali.Bianca : Kau sungguh mengerikan, aku masih di Moscow, Arthur memiliki kerja sama dengan Zotova Company. Jadi aku harus menunggunya.Viola : Astaga, inilah ketika kau memutuskan menikah dengan pria berkuasa dan kaya raya. Kau akan selalu ikut dalam perjalanan bisnis. Aku sungguh merindukan sahabat ku.Bi
Bianca duduk di sofa kamar, ia meminta Marissa membereskan barang belanjaanya. Ia membeli banyak barang-barang untuk keluarganya di New York. Sebenarnya Bianca ingin sekali membantu Marissa. Tapi Arthur sudah menatap tajam Bianca, Arthur tidak mengizinkan Bianca lelah harus merapihkan barang-barang. Bahkan sejak mereka baru menikah pun Arthur selalu seperti ini. Apalagi sekarang Bianca tengah mengandung. "Arthur, besok kita sudah kembali ke New York. Bolehkah aku bertemu dengan Irina?" tanya Bianca sambil menatap Arthur. "Ya, kau ingin bertemu dengannya dimana? di kantor Irina?" tanya Arthur balik pada Bianca."Tidak, aku ingin mengirim pesan padanya. Aku ingin menemuinya di Karlsson Reastauran." jawab Bianca. Arthur mengangguk, "Kau bisa menemuinya. Jangan pulang terlambat, dan Marissa juga Bernard akan ikut dengan mu." Bianca mendengus, "Untuk itu aku sudah tahu Arthur. Kapan kau membiarkan aku pergi sendiri? rasanya tidak mungkin. Pasti Bernard dan Marissa untuk ikut dengan ku.
Justin turun dari mobil, dia mengancingkan jasnya masuk ke dalam perusahaan ayahnya. Hari ini, Justin menggantikan posisi Arthur. Ya, di usianya yang ke dua puluh delapan tahun, Arthur meminta Justin mengambil alih perusahannya. Tidak hanya Afford Company, tapi perusahaan perfilman milik Lucero Company berada dalam kendali Justin. Sang adik Nathan juga memiliki posisi yang tak kalah penting dengan Justin. Nathan memegang kendali perusahaan Afford Company dalam bidang property dan majalah. Untuk Lucero Company, Drake khusus meminta Nathan menangani perusahaan teknologinya. Sebelumnya Justin menetap di Barcelona selama dua tahun, untuk memperlajari Lucero Company. Namun, sekarang Justin memilih untuk menetap di New York. Karena bagaimanapun dia memiliki tanggung jawab perusahaan ayahnya.Joseph dan Hazel, adik kembar Justin yang kini berusia dua puluh tahun, mereka tengah menyelesaikan master degree di Oxford University. Diusia yang masih sangat muda, Joseph dan Hazel berhasil menyeles
Suara tangis bayi memecahkan kesunyiaan dalam ruang operasi. Bianca meneteskan air matanya, kala mendengar suara tangis bayi kembarnya. Persalinan berjalan dengan lancar, anak mereka lahir dengan selamat dan sempurna. Arthur selalu mencium Bianca selama proses persalinan. Kebahagian Bianca dan Arthur begitu lengkap ketika mengetahui anak kembar mereka sepasang laki-laki dan perempuan. Kali ini, keinginan Arthur sudah terwurjud, memiliki anak perempuan."Nyonya Bianca, silahkan lakukan proses IMD." Dokter menyerahkan bayi mungil itu dalam gendongan Bianca. Semua tim medis kini sudah membersihkan alat medis di dalam ruang operasi. Mereka semua kemudian pergi setelah melakukan pemeriksaan terhadap Bianca dan bayi kembarnya.Arthur meminta perawat untuk segera memindahkan Bianca di ruang rawat VVIP. Setelah proses IMD, tidak lama kemudian Bianca di pindahkan di ruang rawat VVIP sesuai permintaan Arthur.Kini seluruh keluarga Arthur dan keluarga Bianca masuk ke dalam ruang rawat Bianca. N
"Arthur, kau ingat, kan hari ini kita harus ke rumah orang tuaku?" kata Bianca mengingatkan suaminya itu. Sejak tadi, dia melihat Arthur yang tengah fokus pada iPad di tangannya. "Iya sayang, aku ingat. Sebentar ada pekerjaan yang harus aku selesaikan," jawab Arthur. Tatapannya teteap menatap layar iPad. Bianca mendengus. Dia melangkah mendekat ke arah Arthur, dan duduk di samping suaminya itu. "Tadi pagi justin sudah menghubungiku, putramu itu terus mengingatkan kita untuk tidak terlambat."Kemarin, Justin dan Nathan sudah lebih dulu dijemput oleh assistant Drake. Tentu Bianca sudah tidak lagi terkejut, karena kedua putranya itu sangat dekat pada kakek mereka. Terlebih Drake selalu memanjakan Justin dan Nathan. Bahkan Drake telah membangun sebuah perusahaan untuk Justin dan Nathan.Arthur meletakan iPadnya ke atas meja, lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah Bianca. "Kau tidak apa-apa keluar sekarang? Minggu depan kau sudah melahirkan, aku hanya takut terjadi sesuatu padamu, say
Suara keributan terdengar membuat Tasya yang tengah tertidur pulas, langsung terbangun. Tasya berlari keluar kamar menuju suara keributan itu."Astaga Alfred...Aldrich... Kenapa kalian berdua bertengkar?" Tasya mendekat ke arah dua putranya yang ribut. "Mommy, look. Ka Aldrich merusak robotku!" tunjuk Alfred pada robotnya yang telah rusak. "Aldrich, kenapa kau merusah robot Alfred?" Tasya menundukan kepalanya, dia mengelus lembut pipi gemuk Aldrich. "Aku tidak sengaja, Mommy.." ucap Aldrich dengan penuh penyesalan. Tasya mendesah pelan. Ini bukan pertama kali mainan Aldrich atau Alfred rusak. Hal yang membuat Tasya sakit kepala, adalah harga mainan milik Aldrich dan Alfred. Bagaimana tidak? Altov memberlikan mainan pada anak kembar mereka, denga harga yang fantastis. Seluruh mainan milik Alfred dan Aldrich adalah mainan termahal. Harga ratusan ribu dollar hingga jutaan dollar. Bahkan rasanya Tasya sulit bernapas setiap kali Altov memberikan anak kembarnya itu mainan dengan harga f
Viola mematut cermin. Dia melihat seluruh tubuhnya, memastikan tubuhnya sudah kembali seperti dulu. Ya, kehamilan pertama Viola, membuatnya mengalami kenaikan berat badan cukup parah. Bahkan Viola, tidak mau keluar rumah karena malu dengan bentuk tubuhnya. Meski Richo, tidak pernah mengeluh sedikitpun, Richo juga selalu mengatakan Viola sangat cantik. Tapi tetap saja, Viola tidak pernah percaya diri jika keluar rumah. Dengan Berolah raga dan melakukan rangkaian perawatan kecantikan, membuat bentuk tubuh Viola sudah kembali seperti dulu. Kini dirinya sudah percaya diri seperti sedia kala. "Mommy....." pekik Kylie melangkah mendekat ke arah Viola.Viola mengalihkan pandangannya, dia melihat putrinya mendekat ke arahnya. Namun, tatapan Viola melihat wajah muram putrinya itu. Dia langsung menundukan tubuhnya. "Hi sweetheat, kenapa wajahmu bersedih?" "Mommy, where is Ka Justin? I wanna meet Ka Justin.." Kylie mencebik, dia mengerutkan bibirnya. Viola tersenyum, dia mengelus pipi Kylie.
Suara teriakan Annabet begitu keras membuat Steven dan Caroline yang masih tertidur, langsung membuka mata mereka dan segera menghampiri suara teriakan Annabeth. Mereka beranjak dari tempat tidur, lalu berlari keluar kamar. "Sayang, kau kenapa berteriak sepagi ini?" Caroline melangkah, mendekat ke arah Annebth yang kini menangis. "Ada apa sayang? Kenapa kau menangis?" "Adam, menyembunyikan bonekaku!" tunjuk Annabeth pada adiknya. Tangisnya, sesegukan. Sedangkan Caroline langsung menatap putra bungsunya yang tersenyum lebar memperlihatkan gigi putihnya. Adam Steven Evans, putra Caroline dan Steven yang berusia empat tahun ini begitu aktif. Tidak heran, melihat tingkahnya yang hampir setiap hari membuat Annabeth menangis. Caroline dan Steven, hampir setiap hari mendengar suara tangis Caroline. Alasannya? Tentu saja karena Adam selalu mengambil barang-barang kesukaan Ananbeth dan menyembunyikannya. Steven membuang napas kasar, dia mengusap kepala putranya. "Boy, Daddy sudah mengataka
Pantai Jimbaran - BALI, INDONESIABianca dan Arthur tengah duduk di sebuah restoran yang ada di Pantai Jimbaran. Mereka tengah menikmatin makanan khas bali. Terlihat Bianca begitu menyukai makanan khas bali. Tapi berbeda dengan Arthur. Suaminya itu tidak bisa makan masakan pedas. Bianca sering menertawakan Arthur, yang wajahnya langsung memerah ketika makan makanan pedas. "Sayang, jangan di makan. Itu semua cabai. Nanti terjadi sesuatu pada anak kita," ujar Arthur dengan tatapan dingin melihat istrinya melahap masakan khas bali."Ini sambal khas dari bali. Ikan bakarnya juga sangat enak. Aku sepertinya menyukai tinggal di sini," balas Bianca dengan antusias, "Jangan bicara yang tidak-tidak Bianca," jawab Arthur malas. "Aku tidak mungkin bisa tinggal di kota yang panas ini." Bianca mencebik kesal. "Apa kau tidak lihat? Sejak tadi Justin dan Nathan terus bermain di pantai. Itu artinya kedua putramu menyukai Bali." "Mereka memang sudah bermain. Tidak hanya di Bali, saat kita berlibur
Lima tahun kemudian... BALI - INDONESIABianca menatap kedua putranya yang tengah berlari menelusuri Pantai Nusa Dua. Setelah menunda liburan ke bali, akhinya Bianca dan Arthur bisa berlibur. Dengan kaki telanjang dan perut membuncit Bianca menelusuri pantai indah itu. Ya, kini, Bianca tengah mengandung anak ketiganya dengan Arthur. Di kehamilan kali ini, Bianca merasa senang karena bisa merasakan babbymoon. Karena sebelumnya ketika mengandung Justin dan Nathan, begitu banyak masalah yang menghampiri mereka. Hingga membuat Bianca mengurungkan niatnya untuk babbymoon. "Justin... Nathan.. Jangan berlari kencang, nanti kalian jatuh!" teriak Bianca keras ke arah Justin dan Natha yang tengah berlari sembari bermain pasir di pantai."Biarkan sayang." Arthur memeluk pinggang istriny. Menikmati Pantai Nusa Dua yang begitu indah. Bianca menghela napas dalam. "Arthur, setelah ini aku tidak ingin hamil lagi! Sudah cukup! Justin, Nathan dan sekarang bayi kembar kita. Jika terus hamil, kapan ak
Beberapa bulan kemudian..Richo duduk di kursi kebesaraannya, membaca dokumen kerja sama perusahaan miliknya dengan perusahaan keluarga milik Viola. Kini Richo memimpin perusahaan keluarga Viola. Karena sejak awal, Richo memang tidak memperbolehkan Viola terlalu lelah bekerja. Richo masih membiarkan Viola, jika istrinya itu masih datang ke perushaaan. Hanya saja, Richo tidak ingin Viola fokus pada perusahaan. Setelah menikah, Richo menginginkan Viola lebih banyak di rumah. Meski Richo tahu, sejak Viola hanya di rumah, istrinya lebih sering ikut arisan bersama Bianca, Tasya dan Caroline. Tidak hanya itu, Viola juga selalu berbelanja setiap harinya demi menghilangkan rasa bosan. Bagi Richo, kebahagaian Viola adalah prioritasnya. Richo akan melakukan apa pun yang membuat istrinya selalu bahagia. Tidak perduli, berapa banyak uang yang harus Richo keluarkan yang terpenting istrinya selalu bahagia.Saat Richo tengah membaca membaca dokumen di hadapanya, dia terkejut melihat Davin assistant