"Tapi tuan, ada hal penting yang harus saya sampaikan." ucap Alvin yang mulai gugup, ia sangat takut dengan tatapan tajam dari tuannya ini."Ada apa? cepat jangan membuang waktu ku." tukas Arthur, dingin, Ia tidak ingin berlama-lama, Ia harus segera menemui istrinya."Tuan Gustaf pengacara keluarga Nyonya Bianca menghubungi pengacara anda tuan, saat ini Nyonya Bianca sudah mengajukan perceraian," kata Alvin yang tidak berani menatap tuannya.Wajah Arthur memucat, ia bahkan tidak sanggup berkata-kata. Mendengar ucapan dari Alvin, perasaan yang ia alami kini ketakutan kehilangan istri dan anaknya. "Kau jangan bercanda Alvin," tukas Arthur, dingin dengan sorot mata tajam. "Saya tidak bercanda tuan, Nyonya Bianca sudah meminta pengacaranya untuk mengurus perceraian dengan anda." jawab Alvin, ia masih menundukan kepalanya tidak berani menatap tuannya. "Tidak! sampai mati aku tidak akan pernah bercerai dengan Bianca!" teriak Arthur kencang."Katakan pada Gustaf, jika dia masih ingin menj
Auckland, New Zealand. Pukul sepuluh pagi, Arthur sudah tiba di Auckland, New Zealand. Arthur sudah meminta Alvin untuk segera menyewa mobil berserta dengan supir saat mereka berada di Auckland. Tidak lama kemudian supir pun sudah menjemput Arthur, kemudian Arthur duduk di kursi penumpang, sedangakan Alvin duduk di kursi depan. "Alvin. apa kau sudah tahu dimana istri ku tinggal selama di Auckland?" tanya Arthur sambil menoleh ke arah luar. "Sudah tuan, nyonya menginap di The Rees Hotel, Luxury Apartements & Lakeside Residences." jawab Alvin dari kursi depan. "Berapa lama lagi kita akan tiba di sana?" tanya Arthur kembali, ia sudah tidak sabar bertemu dengan istrinya. Ia sudah tidak sabar untuk menjelaskan semua kesalah pahaman ini. "Sekitar tiga puluh menit lagi kita akan sampai tuan," jawab Alvin. "Good, Aku sudah lama sekali tidak ke Auckland, bahkan terakhir aku datang karena pertemuan bisnis dengan salah satu pengusaha asal New Zealand. Itu pun sudah sangat lama. Kini aku ke
Viola bediri di depan Richo. Ia masih terlihat gusar, karena Richo masih belum memberitahukan dimana Bianca sahabatnya. "Richo, aku tidak memiliki banyak waktu dengan mu. Aku sudah ke perusahaan mu sejak kemarin dan hari ini aku harus datang lagi. Katakan kemana Bianca pergi?" tanya Vioala yang sudah tidak sabar. Ia lelah harus kembali ke perusahaan Richo. "Anggap saja, kau sedang mengunjuingi ku." balas Richo sambil menatap macbooknya, ia tidak menoleh sama sekali ke arah Viola. "Cepatlah katakan dimana Bianca. Dia itu sahabat ku satu-satunya. Aku selalu cemas memikirkannya." seru Viola, ia meremas rambutnya dan terus mondar mandir di ruang kerja Richo. "Aku rasa Arthur sudah menemukan Bianca. Kau tenanglah, Biarkan Arthur menyelesaikan masalahnya," kata Richo dengan suara dingin dan tanpa menoleh ke arah Viola. "Tapi aku berhak tahu keberadaan sahabat ku. Jika Arthur melukai sahabat ku lagi, maka aku akan segera menjemput Bianca." balas Viola. Ia memang sudah merencanakan ini.
"Clarissa, hentikan sayang kau bisa melukai diri mu nak," ucap Pauline yang tengah menenangkan putrinya."Lebih baik aku pergi saja ma, aku tidak sanggup. Arthur pergi dari ku ma." ucap Clarissa lirih, tangan kanannya memegang pecahan kaca yang dia percahkan dari vas bunga."Tidak nak, mama tidak punya siapa pun. Mama berjanji, mama akan memberikan apapun pada mu sayang. Jangan tinggalkan mama sendiri sayang." ucap Pauline yang panik."Aku tidak bisa hidup, jika tidak ada Arthur ma. Kenapa wanita itu bisa mengambil Arthur? apa kelebihannya dari pada ku ma? aku bahkan lahir dari keluarga yang melebihi dirinya. Dia hanya seoranag designer, aku melebihinya ma. Aku memiliki segalanya." seru Clarissa, air matanya terus membasahi pipinya. "Sayang, terkadang cinta muncul bukan dari seberapa cantiknya diri kita sayang. Banyak kisah seorang pangeran yang mencintai seorang gadis biasa. Mama rasa kamu harus mneyerah dengan perasaan mu pada Arthur. Kau bisa mendapatkan pria yang jauh lebih hebat
Sinar matahari pagi membangunkan Bianca, perlahan Bianca mulai membuka matanya. Ia mengambil ponselnya di atas nakas, ia melihat kini sudah pukul tujuh pagi. Ia langsung bangun dari ranjang dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Dua puluh menit kemudian, Bianca sudah selesai membersihkan diri. Ia memakai mini dress berwarna putih lengan pendek dan sepatu flat shoes yang kemarin dia beli. Ia sudah tidak lagi menggunakan high heels. Mungkin jika ada acara tertentu dia akan memilih menggunakan wedges. Itu pun jika memang di perlukan, jika tidak ia memilih menggunakan flat shoes. Kemudian, Bianca berjalan keluar kamar. Ia memilih untuk breakfast di tempat breakfast dari pada harus di kamar. Setibanya ia di tempat breakfast ia melihat Tasya yang duduk di sudut kanan. Ia mengambil sarapannya dan kemudian berjalan ke arah Tasya dan Bianca memilih duduk berhadapan dengan Tasya. "Bianca, bagaimana kabar mu?" tanya Tasya sambil tersenyum saat melihat Bianca duduk di hadapannya. "Ak
Bianca duduk di tepi ranjang sambil membaca majalah fashion. Ia merasakan jenuh, selaama di New Zealand, ia memang sudah lama tidak mendesign. Terkadang ada customer yang memaksanya. Bianca pun hanya mendesign untuk customernya jika customernya benar-benar mendesak dirinya. Itu pun hanya satu atau dua gaun saja. Bianca mengambil ponselnya di atas nakas, ia melihat kini sudah pukul delapan malam. Entah kenapa Bianca ingin sekali keluar di malam hari. Kemudian Bianca mengganti pakaiannya dengan celana panjang dan atasan yang juah lebih tertutup. Rambut di ikat asal, dengan polesan make up yang sangat tipis. Tanpa polesan make up pun Bianca sudah terlihat sangat cantik. Bulu mata yang lentik, hidung yang mancung, bibir merah ranumnya. Kulit putih dan halus memperlengkap keindahan dirinya. "Lebih baik aku ke Auckland night market" gumam Bianca. Auckland night market adaalah salah satu pasar malam terbesar di Auckland. Saat di New York, Bianca memang tidak pernah mendatangi night market
Saat tiba di kamar Arthur, Arthur langsung menurunkan Bianca. Dengan cepat ia langsung mengunci kamarnya agar Bianca tidak bisa melarikan diri lagi. "Aku ingin kembali ke kamar ku Arthur! menyingkirlah!" seru Bianca yang berusaha untuk pergi, namun Arthur tetap berdiri di hadapan Bianca, ia menghalangi Bianca agar tidak bisa pergi. "Kau akan pergi meninggalkan kamar ini, jika kau mendengarkan penjelasan ku. Aku sudah tidak bisa lagi menunggu. Aku tidak ingin membuat mu salah paham Bianca." tukas Arthur dengan suara lemah. Ia sudah tidak bisa lagi menunggu, ia harus segera memberitahukan semuanya."Tidak ada lagi yang perlu di jelaskan! aku sudah tahu semuanya! lebih baik kau kembali ke New York. aku sudah meminta pengacara ku untuk mempercepat perceraian kita." seru Bianca dengan tenang. Ia berusaha tidak emosi. "Bukan kah aku sudah memberitahu mu? jika aku tidak akan pernah melepaskan mu dari genggaman ku. Sejauh mana kau berlari, aku akan tetap bisa menemukan mu. Sejauh mana kau
Hingga kemudian Bianca mengalungkan tangannya di leher Arhur. Arthur tersentak dengan Bianca yang memeluknya. Dengan cepat Arthur balik memeluk Bianca dan menarik Bianca ke pangkuannya.Perlahan tangis Bianca mulai berhenti di dalam pelukan Arthur."Aku mencintai mu Arthur." ucap Bianca dengan suara lemah, kini Bianca berada di pelukan Arthur."Aku lebih mencintai mu Bianca, aku berjanji tidak akan pernah melukai mu." ucap Arthur serak, ia terus memeluk Bianca dengan erat. Ia mencium aroma tubuh istrinya yang sudah lama ia rindukan.Bianca semakin memperat pelukannya. Bohong jika dia tidak merindukan pria ini. Bianca sangat merindukan suaminya. Merindukan pelukan yang selalu membuatnya nyaman. "Aku merindukan mu, merindukan diri mu yang berada di pelukan ku. Aku sangat merindukan mu Bianca." bisik Arthur, kemudian ia terus mengecupi leher Bianca. "Jika suatu saat kau menutupi sesuatu dari ku, maka aku akan benar-benar meninggalkan mu." ucap Bianca, lalu Arthur menarik dagu Bianca me
Justin turun dari mobil, dia mengancingkan jasnya masuk ke dalam perusahaan ayahnya. Hari ini, Justin menggantikan posisi Arthur. Ya, di usianya yang ke dua puluh delapan tahun, Arthur meminta Justin mengambil alih perusahannya. Tidak hanya Afford Company, tapi perusahaan perfilman milik Lucero Company berada dalam kendali Justin. Sang adik Nathan juga memiliki posisi yang tak kalah penting dengan Justin. Nathan memegang kendali perusahaan Afford Company dalam bidang property dan majalah. Untuk Lucero Company, Drake khusus meminta Nathan menangani perusahaan teknologinya. Sebelumnya Justin menetap di Barcelona selama dua tahun, untuk memperlajari Lucero Company. Namun, sekarang Justin memilih untuk menetap di New York. Karena bagaimanapun dia memiliki tanggung jawab perusahaan ayahnya.Joseph dan Hazel, adik kembar Justin yang kini berusia dua puluh tahun, mereka tengah menyelesaikan master degree di Oxford University. Diusia yang masih sangat muda, Joseph dan Hazel berhasil menyeles
Suara tangis bayi memecahkan kesunyiaan dalam ruang operasi. Bianca meneteskan air matanya, kala mendengar suara tangis bayi kembarnya. Persalinan berjalan dengan lancar, anak mereka lahir dengan selamat dan sempurna. Arthur selalu mencium Bianca selama proses persalinan. Kebahagian Bianca dan Arthur begitu lengkap ketika mengetahui anak kembar mereka sepasang laki-laki dan perempuan. Kali ini, keinginan Arthur sudah terwurjud, memiliki anak perempuan."Nyonya Bianca, silahkan lakukan proses IMD." Dokter menyerahkan bayi mungil itu dalam gendongan Bianca. Semua tim medis kini sudah membersihkan alat medis di dalam ruang operasi. Mereka semua kemudian pergi setelah melakukan pemeriksaan terhadap Bianca dan bayi kembarnya.Arthur meminta perawat untuk segera memindahkan Bianca di ruang rawat VVIP. Setelah proses IMD, tidak lama kemudian Bianca di pindahkan di ruang rawat VVIP sesuai permintaan Arthur.Kini seluruh keluarga Arthur dan keluarga Bianca masuk ke dalam ruang rawat Bianca. N
"Arthur, kau ingat, kan hari ini kita harus ke rumah orang tuaku?" kata Bianca mengingatkan suaminya itu. Sejak tadi, dia melihat Arthur yang tengah fokus pada iPad di tangannya. "Iya sayang, aku ingat. Sebentar ada pekerjaan yang harus aku selesaikan," jawab Arthur. Tatapannya teteap menatap layar iPad. Bianca mendengus. Dia melangkah mendekat ke arah Arthur, dan duduk di samping suaminya itu. "Tadi pagi justin sudah menghubungiku, putramu itu terus mengingatkan kita untuk tidak terlambat."Kemarin, Justin dan Nathan sudah lebih dulu dijemput oleh assistant Drake. Tentu Bianca sudah tidak lagi terkejut, karena kedua putranya itu sangat dekat pada kakek mereka. Terlebih Drake selalu memanjakan Justin dan Nathan. Bahkan Drake telah membangun sebuah perusahaan untuk Justin dan Nathan.Arthur meletakan iPadnya ke atas meja, lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah Bianca. "Kau tidak apa-apa keluar sekarang? Minggu depan kau sudah melahirkan, aku hanya takut terjadi sesuatu padamu, say
Suara keributan terdengar membuat Tasya yang tengah tertidur pulas, langsung terbangun. Tasya berlari keluar kamar menuju suara keributan itu."Astaga Alfred...Aldrich... Kenapa kalian berdua bertengkar?" Tasya mendekat ke arah dua putranya yang ribut. "Mommy, look. Ka Aldrich merusak robotku!" tunjuk Alfred pada robotnya yang telah rusak. "Aldrich, kenapa kau merusah robot Alfred?" Tasya menundukan kepalanya, dia mengelus lembut pipi gemuk Aldrich. "Aku tidak sengaja, Mommy.." ucap Aldrich dengan penuh penyesalan. Tasya mendesah pelan. Ini bukan pertama kali mainan Aldrich atau Alfred rusak. Hal yang membuat Tasya sakit kepala, adalah harga mainan milik Aldrich dan Alfred. Bagaimana tidak? Altov memberlikan mainan pada anak kembar mereka, denga harga yang fantastis. Seluruh mainan milik Alfred dan Aldrich adalah mainan termahal. Harga ratusan ribu dollar hingga jutaan dollar. Bahkan rasanya Tasya sulit bernapas setiap kali Altov memberikan anak kembarnya itu mainan dengan harga f
Viola mematut cermin. Dia melihat seluruh tubuhnya, memastikan tubuhnya sudah kembali seperti dulu. Ya, kehamilan pertama Viola, membuatnya mengalami kenaikan berat badan cukup parah. Bahkan Viola, tidak mau keluar rumah karena malu dengan bentuk tubuhnya. Meski Richo, tidak pernah mengeluh sedikitpun, Richo juga selalu mengatakan Viola sangat cantik. Tapi tetap saja, Viola tidak pernah percaya diri jika keluar rumah. Dengan Berolah raga dan melakukan rangkaian perawatan kecantikan, membuat bentuk tubuh Viola sudah kembali seperti dulu. Kini dirinya sudah percaya diri seperti sedia kala. "Mommy....." pekik Kylie melangkah mendekat ke arah Viola.Viola mengalihkan pandangannya, dia melihat putrinya mendekat ke arahnya. Namun, tatapan Viola melihat wajah muram putrinya itu. Dia langsung menundukan tubuhnya. "Hi sweetheat, kenapa wajahmu bersedih?" "Mommy, where is Ka Justin? I wanna meet Ka Justin.." Kylie mencebik, dia mengerutkan bibirnya. Viola tersenyum, dia mengelus pipi Kylie.
Suara teriakan Annabet begitu keras membuat Steven dan Caroline yang masih tertidur, langsung membuka mata mereka dan segera menghampiri suara teriakan Annabeth. Mereka beranjak dari tempat tidur, lalu berlari keluar kamar. "Sayang, kau kenapa berteriak sepagi ini?" Caroline melangkah, mendekat ke arah Annebth yang kini menangis. "Ada apa sayang? Kenapa kau menangis?" "Adam, menyembunyikan bonekaku!" tunjuk Annabeth pada adiknya. Tangisnya, sesegukan. Sedangkan Caroline langsung menatap putra bungsunya yang tersenyum lebar memperlihatkan gigi putihnya. Adam Steven Evans, putra Caroline dan Steven yang berusia empat tahun ini begitu aktif. Tidak heran, melihat tingkahnya yang hampir setiap hari membuat Annabeth menangis. Caroline dan Steven, hampir setiap hari mendengar suara tangis Caroline. Alasannya? Tentu saja karena Adam selalu mengambil barang-barang kesukaan Ananbeth dan menyembunyikannya. Steven membuang napas kasar, dia mengusap kepala putranya. "Boy, Daddy sudah mengataka
Pantai Jimbaran - BALI, INDONESIABianca dan Arthur tengah duduk di sebuah restoran yang ada di Pantai Jimbaran. Mereka tengah menikmatin makanan khas bali. Terlihat Bianca begitu menyukai makanan khas bali. Tapi berbeda dengan Arthur. Suaminya itu tidak bisa makan masakan pedas. Bianca sering menertawakan Arthur, yang wajahnya langsung memerah ketika makan makanan pedas. "Sayang, jangan di makan. Itu semua cabai. Nanti terjadi sesuatu pada anak kita," ujar Arthur dengan tatapan dingin melihat istrinya melahap masakan khas bali."Ini sambal khas dari bali. Ikan bakarnya juga sangat enak. Aku sepertinya menyukai tinggal di sini," balas Bianca dengan antusias, "Jangan bicara yang tidak-tidak Bianca," jawab Arthur malas. "Aku tidak mungkin bisa tinggal di kota yang panas ini." Bianca mencebik kesal. "Apa kau tidak lihat? Sejak tadi Justin dan Nathan terus bermain di pantai. Itu artinya kedua putramu menyukai Bali." "Mereka memang sudah bermain. Tidak hanya di Bali, saat kita berlibur
Lima tahun kemudian... BALI - INDONESIABianca menatap kedua putranya yang tengah berlari menelusuri Pantai Nusa Dua. Setelah menunda liburan ke bali, akhinya Bianca dan Arthur bisa berlibur. Dengan kaki telanjang dan perut membuncit Bianca menelusuri pantai indah itu. Ya, kini, Bianca tengah mengandung anak ketiganya dengan Arthur. Di kehamilan kali ini, Bianca merasa senang karena bisa merasakan babbymoon. Karena sebelumnya ketika mengandung Justin dan Nathan, begitu banyak masalah yang menghampiri mereka. Hingga membuat Bianca mengurungkan niatnya untuk babbymoon. "Justin... Nathan.. Jangan berlari kencang, nanti kalian jatuh!" teriak Bianca keras ke arah Justin dan Natha yang tengah berlari sembari bermain pasir di pantai."Biarkan sayang." Arthur memeluk pinggang istriny. Menikmati Pantai Nusa Dua yang begitu indah. Bianca menghela napas dalam. "Arthur, setelah ini aku tidak ingin hamil lagi! Sudah cukup! Justin, Nathan dan sekarang bayi kembar kita. Jika terus hamil, kapan ak
Beberapa bulan kemudian..Richo duduk di kursi kebesaraannya, membaca dokumen kerja sama perusahaan miliknya dengan perusahaan keluarga milik Viola. Kini Richo memimpin perusahaan keluarga Viola. Karena sejak awal, Richo memang tidak memperbolehkan Viola terlalu lelah bekerja. Richo masih membiarkan Viola, jika istrinya itu masih datang ke perushaaan. Hanya saja, Richo tidak ingin Viola fokus pada perusahaan. Setelah menikah, Richo menginginkan Viola lebih banyak di rumah. Meski Richo tahu, sejak Viola hanya di rumah, istrinya lebih sering ikut arisan bersama Bianca, Tasya dan Caroline. Tidak hanya itu, Viola juga selalu berbelanja setiap harinya demi menghilangkan rasa bosan. Bagi Richo, kebahagaian Viola adalah prioritasnya. Richo akan melakukan apa pun yang membuat istrinya selalu bahagia. Tidak perduli, berapa banyak uang yang harus Richo keluarkan yang terpenting istrinya selalu bahagia.Saat Richo tengah membaca membaca dokumen di hadapanya, dia terkejut melihat Davin assistant