PoV. Author
Dua pria memancing keributan di pintu kedatangan Los Angeles International Airport. Bukan karena pertengkaran atau baku hantam antar pria, melainkan karena grombolan wanita membicarakan mereka yang terlihat sangat memukau dengan stelan jas yang membalut tubuh tinggi tegap mereka dan wajah campuran Asia dan timur tengah yang kentara. Bahkan ada beberapa juga mengambil gambar mereka yang menyaingi ketampanan pilot-pilot muda di sana yang terkenal keren.
"Aku malas berjalan bersamamu." Ujar Azka kesal.
Bagai mana tidak penampilan nya saja sudah sukses membuat gempar setiap berpergian apa lagi ini, saat dia berjalan bersama sumber kebisingan wanita di muka bumi ini. Ya siapa lagi kalau bukan Rama.
"Pagi tadi ada yang meminta ku ikut," balas Rama yang masih santai melihat ke sekelilingnya.
Azka memutar bola matanya malas, dia memilih sibuk dengan ponselnya meng
PoV. AuthorAzka yang baru berniat keluar dari lift terkejut dengan rama yang berlari masuk kedalam lift dengan terburu-buru."Kenapa Ram?, lari-lari begitu." Tanya Rama yang melihat raut wajah temannya yang sangat kalut."Aku harus kembali ke indonesia sekarang, Ka.""Jangan ngaco, kita baru mendarat beberapa jam lalu, Ram." Seru Azka yang tidak jadi keluar dari lift dan malah ikut turun bersama Rama."Nggak bisa, aku harus pulang." Ujarnya saat pintu lift terbuka Rama langsung berlari meninggalkan Azka yang ikut berlari di belakangnya.Dering ponsel Azka terdengar membuat langkahnya mengikuti Rama terhenti. Azka melihat layar ponselnya dengan kesal."Brandon?" Gumamnya sebelum menerima panggilan itu. "Hallo?""Aku akan memberi berita
PoV. AuthorAzka didepan sebuah gedung besar Regan Group, siang ini Azka berniat menemui Max untuk meminta penjelasannya. Tapi kini dia tahu apa yang di maksud Brandon dengan sulit, melihat gedung besar ini.Azka berjalan memasuki lobi namun langkahnya terhenti saat salah seorang penjaga menghadangnya."ID anda," ujar pria prontos bertubuh besar itu.Azka memutar kedua bola matanya, dia merasa seperti ada di diskotik saja penjaganya berbadan besar."Saya harus bertemu tuan Max sekarang.""Tidak ada ID anda tidak bisa masuk.""Kalau begitu hubungi dia dan bilang aku ingin membicarakan masalah rekaman pemerkosaan yang dia lakukan," mendengar itu keduanya menatap Azka tajam."Kalian tidak percaya? Saya akan putar rekaman nya di sana, jika saya tidak boleh masuk." Tunjuk Azka pada Billboard besar di sebuah gedung. Sudah dipastikan semua pejalan k
PoV. AuthorSudah lima hari Azka di LA, hari ini dia sudah mendarat di indonesia. Dengan senyum yang penuh kemenangan Azka berjalan keluar dari bandara sambil diiringi bisik-bisik penumpang di sana, bahkan saat di dalam pesawat pun masih ada yang sempat mengajak nya berkenalan, namun dengan cepat dia menunjukan cincin pernikahannya dengan Putri yang membuat wanita itu terlihat malu."Selamat datang, Pak Azka." Ujar pak Yatno supir kantor Azka."Terimakasih, Pak saya mau langsung ke kantor ya." Ucap Azka membalas sapaan dari Pak Yatno."Baik pak, siap!" Seru supir itu dengan semangat.Dengan sigap pak Yanto membukakan pintu mobil untuk Azka. Lalu mulai melajukan mobil menuju kantor nya. Sesekali dia me
PoV. AuthorPutri berbalik menatap seseorang yang memeluknya, namun langsung menjauh saat Putri berbalik. Napas Putri tercekat menatap wajah Azka yang tak kurang dari satu meter dari diri nya, ingin sekali Putri memeluk Azka tapi dia tahu Azka pasti akan marah."Kamu?" Ucap Putri pelan."Kenapa kamu berhenti kerja?" Tanya Azka."Itu_aku mau pindah kesini, jadi aku putuskan berhenti kerja di kantor kamu." Jawab Putri tergagap."Kalau begitu kamu harus bayar denda satu milyar karena sudah berhenti di tengah kontrak." Ujar Azka yang membuat Putri membulatkan matanya."Apa? Aku nggak baca peraturan itu di lembar kontrak!" Seru Putri tidak terima."Ada. Itu peraturan baru, dan kamu wajib patuhi." Mulut Putri membentuk huruf O tanpa mengeluarkan suara."Mana bisa begit
PoV. AuthorRubbi terbangun dari tidurnya, dia merasakan pusing yang sangat terasa di kepalanya, "ahhh pusing sekali!" Serunya sambil memegangi kepalanya.Dengan kesusahan Rubbi menyandarkan punggungnya ke sandaran tepat tidur. Matanya sukses membola saat dia sadar dirinya tidak tidur di kamarnya, melainkan di sebuah kamar bernuansa abu-abu dengan selimut tebal menutupi tubuh polosnya."Kamu sedang apa, Baby?" Suara serak itu mengejutkan Rubbi sampai ke saraf otaknya."Max?!" Pria itu tersenyum miring menatapnya lalu berjalan kearahnya tanpa merasa perlu menutup tubuh telanjangnya."Tidak tidak tidaaaaaaaaak!!!!!"Rubbi terpental keluar dari mimpi buruknya dengan napas memburu dan keringat yang menetes di pelipisnya."Rubbi kamu kenapa sayang?" Seru Iren yang baru saja masuk ke dalam kamar putrinya itu."Mah.." seru
PoV. Author"Senang bertemu lagi, Rubbi." Rubbi tampak pias menatap Max dihadapannya."Baiklah mari kita mulai membicarakan pernikahan Rubbi." Potong Ibu Azka yang tersenyum menatap Rubbi.Ibu Azka menanyakan terlebih dahulu tanggal berapa akan di adakan acara pernikahan dengan intonasi yang sangat tenang."14 February, sangat sepesial untuk hari yang sepesial." Ujar Max menjawab Ibu Azka sambil meminum minuman di depannya tanpa di persilahkan yang membuat wanita itu menatap tak suka pada Max yang justru terkekeh.Ayah Azka ikut terkekeh juga mendengar ucapan Max yang terlihat asal. Berbeda dengan Iren yang sudah diam sejak Max menyebutkan namanya.Putri hanya menunduk dalam menahan sakit di hatinya, apa lagi saat mendengar tanggal yang di sebutkan. Itu tidak lebih dari dua bulan, dia bingung harus apa."Kamu setuju kan,
PoV. AuthorSiang sudah berganti malam, Dering ponsel Rama terus terdengar di apartemen dua lantai itu. Rama yang tergeletak di lantai ruang tv nya masih belum sadarkan diri. Tak lama suara bel juga berbunyi saling bersahutan.
PoV. Author 18++ JANGAN DI BACA KALAU KALIAN MASIH SUCI!!“kita belum selesai, kamu harus tanggung jawab.”
PoV. AuthorAzka benar-benar kecewa dengan sikap Putri kali ini. Azka tahu jika dirinya pernah melakukan sebuah kesalahan yang fatal dan mungkin sulit untuk bisa di maafkan. Tapi kali ini Putri membuatnya takut dengan pemikiran-pemikiran yang sangat abu-abu."Bagai mana bisa aku selingkuh. Saat ini aku sudah kalah Put.. aku sungguh-sunggun jatuh cinta." Ujarnya Azka saat melihat anaknya yang ada di dalam ruang NOCU."Ka, kamu kenapa? Ada masalah sama Putri?" Tanya Mona."Aku juga nggak paham sama keadaan ini." Jawab Azka."Apa nggak bisa dibicarakan ini kan hari bahagia kalian, masa harus ada salah paham gini." "Aku akan bicara dengan nya saat dia sudah lebih tenang." Azka menjawab."Baiklah, kalau begitu aku pamit pulang ya, sekali lagi aku ucapkan selamat ya atas kelahiran putra kal
PoV. AuthorAzka menatap Putri. Dia terkejut dengan respon dari istrinya itu."Put, aku ada salah sama kamu? Tolong jangan gini, Put." Azka kembali mencoba mendekat pada Putri yang terlihat semakin kesakitan."Nggak!! Aku bilang nggak ya nggak!!" Seru Putri sambil mengatur napasnya."Salah aku apa, Put?""Kamu selingkuh!!" Azka terkejut bikan main mendengarnya."Kamu ngomong apa si Put? Aku nggak pernah seperti itu." Azka mendekat tak mengindahkan Putri yang mendorong dan memukuli dadanya yang Azka lakukan hanya memeluk istrinya."Awwhh sakit, Mas sakit perutku!" Putri meremas kerah baju Azka dengan keras saat rasa sakit sudah tidak bisa terbendung.Beberapa dokter, memasuki ruangan persalinan itu membuat Azka berubah pias. Ini merupakan hal pertama yang m
PoV. AuthorUsia kandungan Putri sudah melewati 9 bulan. Putri mengalami perubahan sikap, dia tidak lagi manja dan sensitif seperti sebelumnya. Putri bersikap sangat dewasa, seperti selayaknya ibu dan itu membuat Azka semakin mencintainya."Kali ini kamu masak apa untuk aku?" Tanya Azka yang baru saja memasuki dapur. Dilihatnya Putri tengah sibuk menyiapkan bekal makan siang Azka untuk dibawa ke kantor pagi ini seperti biasanya."Kentang balado sama kikil kecap, Mas" Putri menjawab sambil menutup Tupperware yang sudah berisi makanan. Kemudian diletakan nya diatas meja makan.Saat memasuki delapan bulan kehamilannya Putri selalu gigih belajar masak. perlahan akhirnya Putri pun bisa memasak."Kamu sarapan ya, aku ke kamar dulu ya," ucap Putri yang diangguki Azka. Putri pun kekamarnya untuk mandi pagi, satu lagi kebiasaan baru Putri yaitu mandi pagi dua kali sehar
PoV. AuthorPutri berjalan bersebelahan dengan Rama seraya memasuki ballroom hotel tepat diadakannya pameran produk baru perusahaan mereka diselenggarakan. Putri terus melihat kesekeliling nya memperhatikan keberhasilan berlangsung acara."Itu Azka," Rama menunjuk kearah tengah ballroom."Oh iya, yuk kesana!" Putri berseru berniat mendekati Azka namun ditahan oleh Rama."Tunggu dulu," ujar Rama menatap kearah Azka. "Itu bukannya Mona? Kamu lihat kan, Put?" Tanya Rama."Iya, memangnya kenapa, Mas?""Apa perlu aku buat Mona menjauh dari Azka, aku takut kamu cemburu dan sedih lagi." Putri menatap Rama dengan haru."Nggak perlu, aku bisa tanganin ini sediri Mas Rama tenang saja. Cukup jadi penonton." Putri tau perasaan Rama terhadapnya, dia juga tidak mun
PoV. AuthorLangit sudah berubah warna menjadi hitam. Sinar bulan terang menderang di temani bintang untuk menghalau hujan. Putri sudah bersiap dengan kue coklat buatannya, dia akan mengajak Azka untuk duduk sambil melihat bintang di atas balkon kamar mereka. Putri berjalan melihat Azka yang masih sibuk membuat beberapa makanan sesuai keinginan Putri."Kamu pasti lelah banget, Mas. Maaf ya aku juga merasa aneh nih selama hamil." Putri memeluk Azka dari belang. Kepalanya di sandarkan ke punggung Azka."Enggak kok, aku malah senang kamu selalu butuh aku." Azka mematikan kompor lalu berbalik untuk membalas pelukan Putri. "Aku sayang kamu, Put." Ucap Azka sebelum memberi sebuah kecupan di kening Putri.***Keduanya duduk di bangku rotan yang ada di balkon, Azka sengaja membawa selimut untuk mereka berdua karena ia tahu pasti angin di sana
PoV. Author"Aku nggak maksud begitu, Put." Ujar Azka."Tapi aku merasa kalau kamu sebenarnya nggak percaya sama aku, Mas." Jawab Putri.Saat ini keduanya sedang berada di meja makan, duduk berhadapan dengan penampilan Azka yang masih sama. Mengenakan bokser nya.Azka menghembuskan napasnya gusah, diwajahnya terlihat kegelisahan yang sangat nyata. Dengan perlahan Putri menggapai jari jemari Azka yang sedang menggenggam segelas air."Mas, aku janji nggak akan ada perselingkuhan di dalam rumah tangga kita lagi. Aku cinta kamu mas." Azka menatap Putri. Azka masih tidak menyangka jika hanya dengan melihat senyum gadis barbar yang dulu sangat dia benci, bisa membuatnya setenang ini."Jangan tinggalin aku ya, Put. Maaf kalau aku sering nyakitin kamu." Azka beranjak dari duduk nya lalu memeluk Istrinya dengan erat."Iya Mas
PoV. AuthorPutri masih diam saat mereka sudah sampai di lobi Apartemen. Azka dengan cepat keluar lalu membuka pintu penumpang di sebelah Putri.
PoV. AuthorKeesokan hari nya di kantor. Azka baru saja tiba pukul sepuluh, lebih siang dari biasanya dia datang tidak sendiri melainkan bersama Mona di sebelahnya.
PoV. AuthorJam tujuh malam, Azka pulang saat Putri sedang menyiapkan makanan. Entah apa yang di kerjakan Azka di kantor sampai larut malam begini yang jelas wajahnya sudah terlihat lusuh.