PoV. Author
Azka meremas rambutnya. Jawaban dari Putri tadi benar-benar mengganggu benaknya. Bahkan rasa tidak terima menggerogoti hatinya, miliknya telah direnggut orang lain.
"Ka?" Adit menghampiri Azka yang tadi menelponnya untuk menemaninya minum, ia merasa ada yang tidak beres dengan sahabatnya satu itu. Azka bukan tipe pria yang suka minum minuman keras, hanya masalah berat yang mampu membawanya ketempat seperti itu.
"Ada apa, Ka?" Azka duduk di depan Azka sambil menatap penuh tanya. Azka terlihat sangat kacau.
"Dia..." Azka terus meminum minuman nya lagi dan lagi sambil meracau tak jelas.
"Udah, Stop!" Adit merampas gelas dan botol itu, lalu memanggil bartender untuk membawa botol dan gelas itu menjauh.
"Sebenarnya kenapa, ha?" Tanya Adit lagi.
PoV. AuthorDua hari berlalu setelah Azka pulih, mereka kembali ke rutinitas biasanya yaitu pergi kekantor. Malam itu, tidak terjadi apapun. Putri menolak Azka dengan alasan kesehatan Azka yang tidak memungkinkan untuk melakukan itu. Walaupun alasan yang membuat Putri menolak sebenarnya adalah kemungkinan perceraian mereka akan terjadi cepat ataupun lambat, jelas ia tidak mau menjadi pihak yang banyak di rugikan. Logika saja.Setelah makan siang hari ini, Putri dan Mitha mengobrol dengan salah satu teman mereka yang bernama Aji. Pria itu terus saja menggombali Putri terang-terangan. Sejak tadi Putri dan Mitha tak henti-hentinya tertawa mendengarnya."Ehem.. jam makan siang sudah habis, ngapain masih cekikikan disini?" Tanya Azka dingin."Iya nih pak, ini karen
PoV. AuthorSemua karyawan perempuan hari ini terlihat sangat aneh, mereka menatap Putri sinis. Beberapa orang bahkan mencibirnya seolah ia telah melakukan kesalahan yang fatal. Apalagi, saat ia melewati gerombolan Ani dan kawan-kawan. Tak lama Aji ikut bergabung, duduk di meja yang sama dengan Putri dan Mitha. Jangan tanya lagi kenapa Aji masih tetap bekerja, Azka sudah membatalkannya beberapa hari lalu, dengan syarat tentunya Aji tidak boleh mangkir dan menggoda karyawan lain. Meski yang tersirat sebenarnya adalah jangan pernah mendekati Putri.Dan... Akhirnya pertanyaan di otaknya tentang tatapan sini itu terjawab setelah Aji mengatakan bahwa tersebar gosip tentang Azka dan Putri mesra-mesraan di ruangan bos mereka itu. Putri melongo mendengarnya. Mulutnya berbentuk huruf 0. Secepat itukah kabar itu beredar? Dasar wanita bermulut ember!, Umpat Putri dalam hati.
PoV. AuthorMalam ini Azka sangat kelsal, sudah beberapa hari ini Putri tak mau lagi sekamar dengannya, entah apa penyebabnya. Gadis itu ternyata lebih memilih tidur di sofa daripada dikamar bersamanya. "tidur didalam,"Azka berujar sembari lewat ke pantry. "nggak mau. "Kata Putri yang tak memutuskan pusat perhatiaanya pada layar televisi di depannya." hampir seminggu kamu nggak mau tidur lagi di kamar, kenapa si? Udah mulai nggak sabaran aku sama kamu," Azka mearik paksa Putri dari berbaring sampai terduduk."kamu tuh ya.. harusnya kamu tuh senang aku balik ke sini kan kamu jadi leluasa tuh tidur di... AAAaaa" Putri meronta-ronta saat Azka membopongnya kea rah kamar dan melemparnya ke atas Kasur seperti sekarung beras. Akibatnya baju tidur Putri terangkat dan memperlihatkan setengah perutnya serta celana dalamnya.Azka seketika terdiam merasakan sentuhan kulit paha Putri di lengannya. Sat
PoV. AuthorSejak Ayahnya tahu perihal hubungannya dengan Rubbi. Yang biasanya setiap waktu senggang di kantor, Ayahnya akan meminta Azka ke ruangannya. Mereka biasa membicarakan politik dan perusahaan bahkan masakan Ibunya yang terkadang tidak enak. Namun belakangan Ayahnya jadi pendiam serta terlihat menjaga jarak."Kamu sakit? Apa makanannya nggak enak?" Tanya Ibunya. Azka menatap Ibunya, dan Putri seketika menghentikan kegiatan makannya menatap Azka dan Ibu mertuanya bergantian. Ibu mertuanya memang sedang menginap di apartemen mereka karena sendirian dirumah. Ayah Azka sedang perjalanan bisnis membuat Ibu mertuanya itu kesepian."Nggak mah, enak kok.""Enak kok kamu nggak selera gitu makannya.""Hmm Ayah kapan pulang, Bu?" Azka menanyakan pada ibunya, dan mulai menyendokkan nasi ke dalam mulutnya."Besok atau lusa. Tapi Ibu mintanya besok. Soalnya Ibu nggak mau kesepian terus."
PoV. AuthorSetibanya di Parkiran kantor, Azka menatap Putri aneh saat ia merasa Gadis itu mengikutinya sejak tadi. Ia menoleh kebelakang menatap Istrinya itu dengan dahi berkerut."kamu ikuti saya dari tadi ada apa?""nggak kok, aku juga mau masuk lewat sini kenapa nggak boleh gitu?" balas Putri dengan kaku berjalan mendahului Azka dengan sesekali menengok. Azka yang melihat tingkah aneh itu mengernyit bingung.Putri yang sedang berjalan di lobby kantor menghentikan langkahnya begitu melihat Rubbi yang baru saja masuk berjalan menuju lift petinggi perusahaan. Putri mendengus saat melihat penampilan sepupunya itu. "awas ajah kamu!" gumamnya penuh kebencian."awas apa? Jangan berbuat ulah lagi kamu." Ujar suara di belakangnya yang sangat mengejutkan. Saat ia berbalik Azka sudah melotot menatapnya.Putri yang awalnya berniat marah segera mengurungkan niatnya. Ia dengan gay
PoV. AuthorPukul sepuluh malam, Azka dan Putri masih berbaring berpelukan di sofa ruangan Azka lengkap dengan pakaian yang berserakan dan beberapa barang yang jatuh. keduanya tertidur setelah proses kejar-kejaran yang cukup lama, bahkan karyawan kantor yang lembur pun sudah pulang sejak dua jam yang lalu.berbeda dengan Azka dan Putri, Rama justru sedang menenggak minuman nya di depan meja bartender. ia terlihat sangat kacau malam ini, Rama yang biasa terlihat rapih dan berkarisma kini tidak terlihat, tenggelam bersama hatinya yang hancur. hari ini, ia sadar jika perasaan nya pada Raya harus terkubur, sudah tidak ada kesempatan lagi."Tequila!" seru seorang gadis di sebelahnya cukup keras pada sang bartender.Rama menatap gadis itu dengan alis berkerut, sesekali ia akan cegukan membuat tubuhnya sedikit berguncang. gadis yang tadi sedang sibuk melihat kesekeliling nya perlahan menole
PoV. AuthorAzka masuk kedalam apartemennya, namun merasa aneh saat melihat keadaan apartemen yang masih gelap. Ia menghidupkan lampu dan menemukan Putri di sofa depan televisi yang mati."Kamu ngapain gelap-gelapan? Bikin kaget saja," ujar Azka mendekat pada Putri yang mendiaminya."Kita harus bicara." Ucap Putri."Ya bicara saja, bukan nya dari tadi pagi kamu yang ngehindar dari aku?" Balas Azka yang sekarang duduk di singgel sofa sebelah Putri."Apa kamu bisa cinta aku, mas?" Tanya Putri dengan datar."Maksud kamu apa tanya gitu, Put?" Azka menatap Putri penuh tanya."Kalau emang kamu nggak bisa cinta sama aku, ada baiknya kita pisah."Azka terdiam, ia merasa seperti di sambar petir. Hatinya mencel
PoV. AuthorAzka mengikuti rapat dengan tatapan tajam kearah Rama yang berada di sebelah Ayahnya. Azka masih kesal dengan ulah Rama yang mendekati istrinya. Tadi saat Putri memberikan dokumennya pada Azka ia sempat bertanya atas keberhasilan Rama yang mau mengantar anak nakal itu.Dan sialnya berhasil."Bagaimana Pak Azka? Apa ada yang perlu di perbaiki" tanya salah seorang manajer.Azka terlihat linglung dan bingung, ia menggaruk tengkuk nya yang tak gatal. Sang Ayah menatap putranya itu penasaran, apa yang membuat anak nya yang gila kerja itu bisa tidak fokus dalam pekerjaan nya."Saya ikut Ayah saya dan Rama saja," jawab Azka yang membuat semua orang menatapnya bingung.Ayahnya dan Rama hanya mengangguk dengan senyum tipis yang dipaksakan. Rapat ditutup setelahnya, Azka berdiri bersiap berlalu namun Ayahnya menahan
PoV. AuthorAzka benar-benar kecewa dengan sikap Putri kali ini. Azka tahu jika dirinya pernah melakukan sebuah kesalahan yang fatal dan mungkin sulit untuk bisa di maafkan. Tapi kali ini Putri membuatnya takut dengan pemikiran-pemikiran yang sangat abu-abu."Bagai mana bisa aku selingkuh. Saat ini aku sudah kalah Put.. aku sungguh-sunggun jatuh cinta." Ujarnya Azka saat melihat anaknya yang ada di dalam ruang NOCU."Ka, kamu kenapa? Ada masalah sama Putri?" Tanya Mona."Aku juga nggak paham sama keadaan ini." Jawab Azka."Apa nggak bisa dibicarakan ini kan hari bahagia kalian, masa harus ada salah paham gini." "Aku akan bicara dengan nya saat dia sudah lebih tenang." Azka menjawab."Baiklah, kalau begitu aku pamit pulang ya, sekali lagi aku ucapkan selamat ya atas kelahiran putra kal
PoV. AuthorAzka menatap Putri. Dia terkejut dengan respon dari istrinya itu."Put, aku ada salah sama kamu? Tolong jangan gini, Put." Azka kembali mencoba mendekat pada Putri yang terlihat semakin kesakitan."Nggak!! Aku bilang nggak ya nggak!!" Seru Putri sambil mengatur napasnya."Salah aku apa, Put?""Kamu selingkuh!!" Azka terkejut bikan main mendengarnya."Kamu ngomong apa si Put? Aku nggak pernah seperti itu." Azka mendekat tak mengindahkan Putri yang mendorong dan memukuli dadanya yang Azka lakukan hanya memeluk istrinya."Awwhh sakit, Mas sakit perutku!" Putri meremas kerah baju Azka dengan keras saat rasa sakit sudah tidak bisa terbendung.Beberapa dokter, memasuki ruangan persalinan itu membuat Azka berubah pias. Ini merupakan hal pertama yang m
PoV. AuthorUsia kandungan Putri sudah melewati 9 bulan. Putri mengalami perubahan sikap, dia tidak lagi manja dan sensitif seperti sebelumnya. Putri bersikap sangat dewasa, seperti selayaknya ibu dan itu membuat Azka semakin mencintainya."Kali ini kamu masak apa untuk aku?" Tanya Azka yang baru saja memasuki dapur. Dilihatnya Putri tengah sibuk menyiapkan bekal makan siang Azka untuk dibawa ke kantor pagi ini seperti biasanya."Kentang balado sama kikil kecap, Mas" Putri menjawab sambil menutup Tupperware yang sudah berisi makanan. Kemudian diletakan nya diatas meja makan.Saat memasuki delapan bulan kehamilannya Putri selalu gigih belajar masak. perlahan akhirnya Putri pun bisa memasak."Kamu sarapan ya, aku ke kamar dulu ya," ucap Putri yang diangguki Azka. Putri pun kekamarnya untuk mandi pagi, satu lagi kebiasaan baru Putri yaitu mandi pagi dua kali sehar
PoV. AuthorPutri berjalan bersebelahan dengan Rama seraya memasuki ballroom hotel tepat diadakannya pameran produk baru perusahaan mereka diselenggarakan. Putri terus melihat kesekeliling nya memperhatikan keberhasilan berlangsung acara."Itu Azka," Rama menunjuk kearah tengah ballroom."Oh iya, yuk kesana!" Putri berseru berniat mendekati Azka namun ditahan oleh Rama."Tunggu dulu," ujar Rama menatap kearah Azka. "Itu bukannya Mona? Kamu lihat kan, Put?" Tanya Rama."Iya, memangnya kenapa, Mas?""Apa perlu aku buat Mona menjauh dari Azka, aku takut kamu cemburu dan sedih lagi." Putri menatap Rama dengan haru."Nggak perlu, aku bisa tanganin ini sediri Mas Rama tenang saja. Cukup jadi penonton." Putri tau perasaan Rama terhadapnya, dia juga tidak mun
PoV. AuthorLangit sudah berubah warna menjadi hitam. Sinar bulan terang menderang di temani bintang untuk menghalau hujan. Putri sudah bersiap dengan kue coklat buatannya, dia akan mengajak Azka untuk duduk sambil melihat bintang di atas balkon kamar mereka. Putri berjalan melihat Azka yang masih sibuk membuat beberapa makanan sesuai keinginan Putri."Kamu pasti lelah banget, Mas. Maaf ya aku juga merasa aneh nih selama hamil." Putri memeluk Azka dari belang. Kepalanya di sandarkan ke punggung Azka."Enggak kok, aku malah senang kamu selalu butuh aku." Azka mematikan kompor lalu berbalik untuk membalas pelukan Putri. "Aku sayang kamu, Put." Ucap Azka sebelum memberi sebuah kecupan di kening Putri.***Keduanya duduk di bangku rotan yang ada di balkon, Azka sengaja membawa selimut untuk mereka berdua karena ia tahu pasti angin di sana
PoV. Author"Aku nggak maksud begitu, Put." Ujar Azka."Tapi aku merasa kalau kamu sebenarnya nggak percaya sama aku, Mas." Jawab Putri.Saat ini keduanya sedang berada di meja makan, duduk berhadapan dengan penampilan Azka yang masih sama. Mengenakan bokser nya.Azka menghembuskan napasnya gusah, diwajahnya terlihat kegelisahan yang sangat nyata. Dengan perlahan Putri menggapai jari jemari Azka yang sedang menggenggam segelas air."Mas, aku janji nggak akan ada perselingkuhan di dalam rumah tangga kita lagi. Aku cinta kamu mas." Azka menatap Putri. Azka masih tidak menyangka jika hanya dengan melihat senyum gadis barbar yang dulu sangat dia benci, bisa membuatnya setenang ini."Jangan tinggalin aku ya, Put. Maaf kalau aku sering nyakitin kamu." Azka beranjak dari duduk nya lalu memeluk Istrinya dengan erat."Iya Mas
PoV. AuthorPutri masih diam saat mereka sudah sampai di lobi Apartemen. Azka dengan cepat keluar lalu membuka pintu penumpang di sebelah Putri.
PoV. AuthorKeesokan hari nya di kantor. Azka baru saja tiba pukul sepuluh, lebih siang dari biasanya dia datang tidak sendiri melainkan bersama Mona di sebelahnya.
PoV. AuthorJam tujuh malam, Azka pulang saat Putri sedang menyiapkan makanan. Entah apa yang di kerjakan Azka di kantor sampai larut malam begini yang jelas wajahnya sudah terlihat lusuh.