PoV. Author
Setibanya di Parkiran kantor, Azka menatap Putri aneh saat ia merasa Gadis itu mengikutinya sejak tadi. Ia menoleh kebelakang menatap Istrinya itu dengan dahi berkerut.
"kamu ikuti saya dari tadi ada apa?"
"nggak kok, aku juga mau masuk lewat sini kenapa nggak boleh gitu?" balas Putri dengan kaku berjalan mendahului Azka dengan sesekali menengok. Azka yang melihat tingkah aneh itu mengernyit bingung.
Putri yang sedang berjalan di lobby kantor menghentikan langkahnya begitu melihat Rubbi yang baru saja masuk berjalan menuju lift petinggi perusahaan. Putri mendengus saat melihat penampilan sepupunya itu. "awas ajah kamu!" gumamnya penuh kebencian.
"awas apa? Jangan berbuat ulah lagi kamu." Ujar suara di belakangnya yang sangat mengejutkan. Saat ia berbalik Azka sudah melotot menatapnya.
Putri yang awalnya berniat marah segera mengurungkan niatnya. Ia dengan gay
PoV. AuthorPukul sepuluh malam, Azka dan Putri masih berbaring berpelukan di sofa ruangan Azka lengkap dengan pakaian yang berserakan dan beberapa barang yang jatuh. keduanya tertidur setelah proses kejar-kejaran yang cukup lama, bahkan karyawan kantor yang lembur pun sudah pulang sejak dua jam yang lalu.berbeda dengan Azka dan Putri, Rama justru sedang menenggak minuman nya di depan meja bartender. ia terlihat sangat kacau malam ini, Rama yang biasa terlihat rapih dan berkarisma kini tidak terlihat, tenggelam bersama hatinya yang hancur. hari ini, ia sadar jika perasaan nya pada Raya harus terkubur, sudah tidak ada kesempatan lagi."Tequila!" seru seorang gadis di sebelahnya cukup keras pada sang bartender.Rama menatap gadis itu dengan alis berkerut, sesekali ia akan cegukan membuat tubuhnya sedikit berguncang. gadis yang tadi sedang sibuk melihat kesekeliling nya perlahan menole
PoV. AuthorAzka masuk kedalam apartemennya, namun merasa aneh saat melihat keadaan apartemen yang masih gelap. Ia menghidupkan lampu dan menemukan Putri di sofa depan televisi yang mati."Kamu ngapain gelap-gelapan? Bikin kaget saja," ujar Azka mendekat pada Putri yang mendiaminya."Kita harus bicara." Ucap Putri."Ya bicara saja, bukan nya dari tadi pagi kamu yang ngehindar dari aku?" Balas Azka yang sekarang duduk di singgel sofa sebelah Putri."Apa kamu bisa cinta aku, mas?" Tanya Putri dengan datar."Maksud kamu apa tanya gitu, Put?" Azka menatap Putri penuh tanya."Kalau emang kamu nggak bisa cinta sama aku, ada baiknya kita pisah."Azka terdiam, ia merasa seperti di sambar petir. Hatinya mencel
PoV. AuthorAzka mengikuti rapat dengan tatapan tajam kearah Rama yang berada di sebelah Ayahnya. Azka masih kesal dengan ulah Rama yang mendekati istrinya. Tadi saat Putri memberikan dokumennya pada Azka ia sempat bertanya atas keberhasilan Rama yang mau mengantar anak nakal itu.Dan sialnya berhasil."Bagaimana Pak Azka? Apa ada yang perlu di perbaiki" tanya salah seorang manajer.Azka terlihat linglung dan bingung, ia menggaruk tengkuk nya yang tak gatal. Sang Ayah menatap putranya itu penasaran, apa yang membuat anak nya yang gila kerja itu bisa tidak fokus dalam pekerjaan nya."Saya ikut Ayah saya dan Rama saja," jawab Azka yang membuat semua orang menatapnya bingung.Ayahnya dan Rama hanya mengangguk dengan senyum tipis yang dipaksakan. Rapat ditutup setelahnya, Azka berdiri bersiap berlalu namun Ayahnya menahan
PoV. Author"Ayah, Ibu? Ada apa datang kesini? Kenapa gak bilang Azka saja biar Azka sama Putri yang kesana" ujar Azka sambil melangkah mendekat.Bug!Satu pukulan sang Ayah mendarat mulus di pipi kirinya. Membuat Putri dan Ibunya memekik takut.////"Ayah! Udah Yah. Kasian Azka." Seru Ibu Azka sambil memeluk Putri yang terisak di dekapannya.Azka memegangi pipinya yang terasa kebas karena pukulan sang Ayah. Ia menatap bingung Ayahnya."Sebenarnya ada apa, kenapa Ayah begini?" Tanya Azka.Ayahnya mengambil sebuah map cokelat yang ada di atas meja lalu melemparnya ke Azka dengan kasar. Azka mengambil dan membukanya dengan cepat.Matanya membola melihat isi dari amplop ditangannya."Kamu nggak usah ngomo
PoV. AuthorPutri bekerja seperti orang kesetanan, tidak seperti biasanya dia lebih banyak diam dan terlalu memforsir dirinya. Mitha yang melihat itu merasa takut, takut jika Putri pingsan. Mereka harus turun di lapangan untuk memasarkan produk baru mereka.Dibawah sinar matahari Putri masih menyebarkan brosur bersama beberapa sales."Put, Makan siang dulu yuk." Ajak Mitha yang sudah merasa lapar."Kamu duluan saja aku belum laper." Ujarnya sambil mengusap peluh di dahinya."Ih jangan gitu dong, sekalian sama aku juga nggak ada teman makan," Mitha merengek agar Putri mau makan bersamanya, setidak nya mengistirahatkan diri.Akhirnya Putri mengiyakan ajakan itu, walaupun ia hanya memesan es krim. "Kamu lagi ada masalah ya, Put? Cerita saja aku nggak comel kok." Ujar Mitha.
PoV. Author"Ayah akan bantu kamu, besok Ayah dan Ibu akan ke sana untuk menanyakan langsung pada Rubbi." Azka menatap Ayahnya. Dia mengangguk yakin, setidaknya masih ada yang membelanya.Di apartemen Azka, Putri tidak jauh berbeda dari Azka. Dia memilih tetap tidur di sofa, otak nya selalu memikirkan bagai mana jika ia harus benar-benar bercerai dengan Azka? jika baru malam ini saja Azka tidak pulang ia sudah mersa hidupnya bagai di dalm sumur yang letaknya di tengah hutan.Lamunan nya buyar saat mendengar getaran dari ponsel yang ia letakan di meja di sebelahnya. Ia menatap layarnya dengan sedikit rasa seneng menggelitik hatinya."Halo,"
PoV. AuthorIbu Azka yang mendengar Rubbi terus berbicara di belakang mereka menarik lengan suminya untuk berhenti, ia berbalik menatap Rubbi.“kalau kamu memang keberatan, gugurkan saja anak itu dan tinggalkan Azka. saya semakin yakin jika anak itu bukan anak Azka.” Ucap Ibu Azka dengan tegas dan berani.Rubbi terdiam seperti di siram es, ia baru sadar akan tindakannya yang membuat semuaorang mentapanya anek termaksud sang Ayah. Salman menarik Rubbi mendekat padanya.“baik sampai anak ini lahir. Sementara ini aku akan membawa Rubbi ke tempat lain.” Ujar nya yang membuat Rubbi terkeju bukan main , semua rencana yang sudah dia susun anak berantakan jika ti
PoV. AuthorRama kembali setelah menerima panggilan di ponselnya, ia melihat Putri yang sedang melihat pemandangan diluar jendela. Harusnya melihat keadaan ini dialah yang sangat diuntungkan, melihat dia akan lebih sering bersama dengan Putri dan Putri mungkin akan berpisah dengan Azka. Tapi yang Rama rasakan justru sebaliknya, ia seperti ikut merasakan pahitnya kehidupan gadis yang ia cintai itu.Rama berjalan mendekat kearah Putri membuat gadis itu menoleh padanya."Sudah selesai? Karena aku ingin menegosiasi harga sewa rumah ini," ucap Putri."Oke, silahkan duduk dan nikmati pemandangannya aku akan buatkan teh terlebih dulu." Ucap Rama sambil mengangguk puas.Putri menunggu sambil memperhatikan Rama meracik teh dengan peralatan membuat teh yang terlihat sangat asing baginya. Saat sudah selesai Rama
PoV. AuthorAzka benar-benar kecewa dengan sikap Putri kali ini. Azka tahu jika dirinya pernah melakukan sebuah kesalahan yang fatal dan mungkin sulit untuk bisa di maafkan. Tapi kali ini Putri membuatnya takut dengan pemikiran-pemikiran yang sangat abu-abu."Bagai mana bisa aku selingkuh. Saat ini aku sudah kalah Put.. aku sungguh-sunggun jatuh cinta." Ujarnya Azka saat melihat anaknya yang ada di dalam ruang NOCU."Ka, kamu kenapa? Ada masalah sama Putri?" Tanya Mona."Aku juga nggak paham sama keadaan ini." Jawab Azka."Apa nggak bisa dibicarakan ini kan hari bahagia kalian, masa harus ada salah paham gini." "Aku akan bicara dengan nya saat dia sudah lebih tenang." Azka menjawab."Baiklah, kalau begitu aku pamit pulang ya, sekali lagi aku ucapkan selamat ya atas kelahiran putra kal
PoV. AuthorAzka menatap Putri. Dia terkejut dengan respon dari istrinya itu."Put, aku ada salah sama kamu? Tolong jangan gini, Put." Azka kembali mencoba mendekat pada Putri yang terlihat semakin kesakitan."Nggak!! Aku bilang nggak ya nggak!!" Seru Putri sambil mengatur napasnya."Salah aku apa, Put?""Kamu selingkuh!!" Azka terkejut bikan main mendengarnya."Kamu ngomong apa si Put? Aku nggak pernah seperti itu." Azka mendekat tak mengindahkan Putri yang mendorong dan memukuli dadanya yang Azka lakukan hanya memeluk istrinya."Awwhh sakit, Mas sakit perutku!" Putri meremas kerah baju Azka dengan keras saat rasa sakit sudah tidak bisa terbendung.Beberapa dokter, memasuki ruangan persalinan itu membuat Azka berubah pias. Ini merupakan hal pertama yang m
PoV. AuthorUsia kandungan Putri sudah melewati 9 bulan. Putri mengalami perubahan sikap, dia tidak lagi manja dan sensitif seperti sebelumnya. Putri bersikap sangat dewasa, seperti selayaknya ibu dan itu membuat Azka semakin mencintainya."Kali ini kamu masak apa untuk aku?" Tanya Azka yang baru saja memasuki dapur. Dilihatnya Putri tengah sibuk menyiapkan bekal makan siang Azka untuk dibawa ke kantor pagi ini seperti biasanya."Kentang balado sama kikil kecap, Mas" Putri menjawab sambil menutup Tupperware yang sudah berisi makanan. Kemudian diletakan nya diatas meja makan.Saat memasuki delapan bulan kehamilannya Putri selalu gigih belajar masak. perlahan akhirnya Putri pun bisa memasak."Kamu sarapan ya, aku ke kamar dulu ya," ucap Putri yang diangguki Azka. Putri pun kekamarnya untuk mandi pagi, satu lagi kebiasaan baru Putri yaitu mandi pagi dua kali sehar
PoV. AuthorPutri berjalan bersebelahan dengan Rama seraya memasuki ballroom hotel tepat diadakannya pameran produk baru perusahaan mereka diselenggarakan. Putri terus melihat kesekeliling nya memperhatikan keberhasilan berlangsung acara."Itu Azka," Rama menunjuk kearah tengah ballroom."Oh iya, yuk kesana!" Putri berseru berniat mendekati Azka namun ditahan oleh Rama."Tunggu dulu," ujar Rama menatap kearah Azka. "Itu bukannya Mona? Kamu lihat kan, Put?" Tanya Rama."Iya, memangnya kenapa, Mas?""Apa perlu aku buat Mona menjauh dari Azka, aku takut kamu cemburu dan sedih lagi." Putri menatap Rama dengan haru."Nggak perlu, aku bisa tanganin ini sediri Mas Rama tenang saja. Cukup jadi penonton." Putri tau perasaan Rama terhadapnya, dia juga tidak mun
PoV. AuthorLangit sudah berubah warna menjadi hitam. Sinar bulan terang menderang di temani bintang untuk menghalau hujan. Putri sudah bersiap dengan kue coklat buatannya, dia akan mengajak Azka untuk duduk sambil melihat bintang di atas balkon kamar mereka. Putri berjalan melihat Azka yang masih sibuk membuat beberapa makanan sesuai keinginan Putri."Kamu pasti lelah banget, Mas. Maaf ya aku juga merasa aneh nih selama hamil." Putri memeluk Azka dari belang. Kepalanya di sandarkan ke punggung Azka."Enggak kok, aku malah senang kamu selalu butuh aku." Azka mematikan kompor lalu berbalik untuk membalas pelukan Putri. "Aku sayang kamu, Put." Ucap Azka sebelum memberi sebuah kecupan di kening Putri.***Keduanya duduk di bangku rotan yang ada di balkon, Azka sengaja membawa selimut untuk mereka berdua karena ia tahu pasti angin di sana
PoV. Author"Aku nggak maksud begitu, Put." Ujar Azka."Tapi aku merasa kalau kamu sebenarnya nggak percaya sama aku, Mas." Jawab Putri.Saat ini keduanya sedang berada di meja makan, duduk berhadapan dengan penampilan Azka yang masih sama. Mengenakan bokser nya.Azka menghembuskan napasnya gusah, diwajahnya terlihat kegelisahan yang sangat nyata. Dengan perlahan Putri menggapai jari jemari Azka yang sedang menggenggam segelas air."Mas, aku janji nggak akan ada perselingkuhan di dalam rumah tangga kita lagi. Aku cinta kamu mas." Azka menatap Putri. Azka masih tidak menyangka jika hanya dengan melihat senyum gadis barbar yang dulu sangat dia benci, bisa membuatnya setenang ini."Jangan tinggalin aku ya, Put. Maaf kalau aku sering nyakitin kamu." Azka beranjak dari duduk nya lalu memeluk Istrinya dengan erat."Iya Mas
PoV. AuthorPutri masih diam saat mereka sudah sampai di lobi Apartemen. Azka dengan cepat keluar lalu membuka pintu penumpang di sebelah Putri.
PoV. AuthorKeesokan hari nya di kantor. Azka baru saja tiba pukul sepuluh, lebih siang dari biasanya dia datang tidak sendiri melainkan bersama Mona di sebelahnya.
PoV. AuthorJam tujuh malam, Azka pulang saat Putri sedang menyiapkan makanan. Entah apa yang di kerjakan Azka di kantor sampai larut malam begini yang jelas wajahnya sudah terlihat lusuh.