Share

Chapter 77 : Teman Akrab

    Richard bersikeras ikut menjemput Wahyu meskipun aku melarang sekuat tenaga bahkan sampai mengancam. Dasar kepala batu. Dia belum merasakan kehebohan maksimalnya Wahyu.

    Aku merengut bersungut-sungut, membuat suasana di dalam mobil keruh seperti selokan mampet. Sesekali Richard melirik tak berdaya. Rasain! Siapa suruh memaksakan kehendak! Sudah tahu aku juga kepala batu.

    Handphoneku berdering memecah keheningan yang mencekam.

    "Gue udah sampai! Lo di mana?" Suara Wahyu begitu keras tanpa memakai speaker.

    "Tunggu di gerbang utama, ntar gue ke sana," jawabku singkat.

    "Oke, Bro!"

    Aku bisa membayangkan Wahyu sedang berlari-lari kecil menuju lokasi yang kusebutkan.

    "Perlu ditemani?" tanya Richard.

    "Nggak usah... Nanti malah bikin heboh di dalam...." gerutuku.

    Turun dari mobil aku langsung menuju bangunan uta
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status