Home / Romansa / Antara Mantan dan Selingkuhan / 36. Panggilan Pembawa Luka

Share

36. Panggilan Pembawa Luka

Author: Hilda Wardani
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Mone merebahkan tubuhnya di atas kasur tanpa mengganti pakaiannya terlebih dahulu ataupun melepas sepatunya. Seharian ini terasa melelahkan. Mone harus mengunjungi kantor bea cukai di Tanjung Priok untuk mengurus beberapa barangnya yang tidak bisa keluar.

Ini semua karena supplier sialan yang memuat quantity barang tidak sesuai dengan yang ada di dokumen. Ia jadi harus menemui beberapa pejabat bea dan cukai untuk memberi pernyataan terkait kesalahan itu.

Ringtone panggilan masuk ponselnya membuyarkan kesadaran Mone yang nyaris terlelap sejenak. Ia mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya, lalu membaca nama pemanggil yang tertera di layar ponselnya.

Rasa lelah bercampur kantuk seketika sirna saat Mone membaca nama pemanggil di ponselnya. Ia membiarkan ponsel itu terus berdering untuk beberapa detik, sebelum tangannya mengusap ikon berwarna hijau untuk mengangkatnya.

Mone meletakan ponsel itu di telinganya, tangan kirinya meremat seprai, matanya terpejam untuk beberapa detik, ia berusaha m
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Antara Mantan dan Selingkuhan   37. Rintihan Rasa Sakit

    Setengah jam kemudian, Pandu masuk ke dalam rumah dengan menenteng beberapa kantong plastik hitam. Ia meletakan bungkusan itu pada meja ruang tamu yang fungsinya merangkap sebagai ruang makan dan ruang-ruang lainnya."Tukang sate udah pulang, Pak. Yang masih buka cuma warung padang. Pandu beli rendang buat Bapak, buat Mone ayam bakar," kata Pandu, yang bersiap untuk ke dapur mengambil perlengkapan makan.Mone segera berdiri saat menyadari hal itu. "Aku aja yang siapin, Mas."Pandu menoleh pada Mone. Ia mendapati mata Mone yang masih sembap. Mata yang biasa berbinar, kini kembali meredup, persis seperti saat pertama kali ia melihat Mone datang ke rumahnya bersama ibunya.Mone segera mengalihkan pandangan saat bersitatap dengannya. Pandu mengembuskan napasnya, jika bukan karena kedatangan Bapak, ia tidak akan menghubungi Mone. Ia tahu persis seberapa sulit bagi Mone untuk menghadapinya kembali setelah aksi berengseknya malam itu."Dapurnya masih berantakan, Mon. Kamu duduk aja temenin B

  • Antara Mantan dan Selingkuhan   38. Tak Pernah Mudah

    Rafka keluar dari kamarnya. Ia mendapati Retha dan Mama yang sedang menonton tayangan layanan streaming dari televisi yang hanya ada di ruang tengah. Keduanya menonton sambil berbaring di atas permadani berbulu halus yang khusus dipesan adiknya itu agar ia dapat menonton dengan nyaman.Entah sejak kapan keduanya—Retha dan Mama—mampu berdamai perihal tayangan televisi, dengan Retha yang memenangkan pilihan tayangan berupa series yang ada pada layanan streaming tersebut. Rafka sampai berdecak melihatnya, Mama yang tetap ikut menonton dan berkali-kali menanyakan seputar jalan cerita pada Retha."Jaket gue yang kemaren lo pinjem mana, Tha?" tanya Rafka yang kini ikut duduk di ruang tengah."Belakang pintu kamar gue. Cari aja." Retha menyahut singkat, matanya tak teralihkan dari layar televisi."Kamu mau ke mana, Raf? Udah malem loh." Mama menoleh ke arah Rafka, melihat gelagat anaknya yang hendak keluar rumah."Mau cari makan, Ma.""Lah, bukannya tadi kamu udah makan?" Mama berusaha memfo

  • Antara Mantan dan Selingkuhan   39. Perselisihan Mantan dan Mantan

    "Din, ke toilet dulu yuk!"Rafka menoleh ke asal suara yang dikenalnya. Ia melihat sekelompok karyawati yang hendak melintas untuk makan siang.Itu Fara, bersama teman-teman kantornya yang sedang berjalan beriringan di lobi gedung kantornya. Jam makan siang seperti ini biasanya mereka menuju kantin atau warung-warung makan yang berada di sekitar gedung ini."Ikut doong." Laely yang berjalan di belakang mereka kini menyejajari langkahnya dengan Fara dan Dini.Rafka yang sedang berdiri di ujung koridor untuk memasuki toilet di lantai ini, kini berpapasan dengan gerombolan Fara.Rafka dapat melihat Laely yang menyikut Fara sambil melirik ke arahnya, yang sukses membuat Fara kini benar-benar menoleh ke arahnya. Ia tidak mungkin berpura-pura tidak melihat. Saat matanya bertemu pandang dengan Fara, ia tersenyum ramah.Fara tidak tersenyum sama sekali, sorot matanya masi menampakkan kilat amarah begitu jelas. Alih-alih melihat wajahnya, Fara menjatuhkan pandangannya pada sesuatu yang berada

  • Antara Mantan dan Selingkuhan   40. Ciuman Di Tengah Hujan

    Setelah menghabiskan tiga loyang piza hanya untuk mereka berdua, Enand kini menerima dua box piza lagi dari pelayan, untuk dibawa pulang.Mone tidak menyangka bahwa masa pertumbuhan remaja bisa menghabiskan makanan sebanyak itu, sementara dirinya hanya menghabiskan satu loyang piza berukuran medium, itu pun dimakan berdua dengan Rafka."Kak Mone, makasih banget loh ini. Tapi, kalo misal lo gak ikhlas karena ini kebanyakan, remburs aja ya, ke Arsen." Enand mengangkat dua box piza di tangannya, menunjukan benda itu pada Mone."Iya, habisin! Kalo gak habis, bagiin ke tetangga kos kamu.""Siap, Kak!"Waktu sudah menunjukan pukul setengah dua siang. Mereka segera bergegas untuk meninggalkan restoran piza dan kembali pada aktivitas masing-masing. Namun, saat keluar dari restoran tersebut, mereka disambut derasnya hujan yang semula hanya berupa gerimis.Restoran piza yang memiliki lahan sendiri ini, membuat parkirannya terletak di belakang. Sehingga untuk mencapai ke mobil, mereka harus mele

  • Antara Mantan dan Selingkuhan   41. Lipstik Di Acak-Acak

    Mone memasuki ruangan divisinya setelah mengganti kemejanya yang sedikit basah, akibat kehujanan tadi. Beruntung ia selalu menyiapkan kemeja cadangan di dalam loker, untuk berjaga-jaga apabila ada pertemuan penting di luar jam kerja. Ia tidak suka menggunakan pakaian kerja yang sudah dipakai sejak pagi.Para karyawan divisinya segera menyapa saat Mone melintas. Ia membalas sapaan mereka dengan senyuman. Paska kejadian peneguran itu, sikap mereka kembali normal, atau setidaknya kembali profesional. Untuk kedekatan mereka, tidak ada yang kembali. Sekat antara dirinya dengan staff divisinya kini kian terasa."Bu, ini ...." Laely bangkit dari kursinya, untuk berjalan sedikit menghampiri Mone yang melintasi mejanya. Ia membawa sebuah dokumen yang ingin ia tunjukan pada Mone."Iya, itu apa?" Mone menyambut satu lembar kertas yang diulurkan Laely."Debit note dari PRX buat claim yang kemaren. Ini mau dipake potong kontrak buat kontrak dia yang baru, Bu?"Mone memperhatikan lembar kertas yang

  • Antara Mantan dan Selingkuhan   42. Menempel Seperti Cicak

    Huruf-huruf besar yang menyala membentuk tulisan 'Sky Life Resto & Bar' terpampang di bagian atas bangunan berlantai dua ini. Pada lantai dua sebuah resto dan bar yang terletak di bilangan Jakarta Selatan itu, malam ini disewa untuk melangsungkan acara reuni kampus untuk satu angkatan fakultasnya.Sayangnya, jumlah alumni yang malam ini hadir tidak lebih dari lima puluh orang. Sekian tahun berlalu sejak mereka lulus dan menyandang gelar sarjana, membuat beberapa dari mereka kehilangan kontak, ataupun sudah berdomisili di luar kota, serta kesibukan-kesibukan lainnya.Mone melangkah menaiki anak tangga untuk bergabung dengan acara reuni kampus pertama kalinya. Secara ijazah, ia memang tidak lulus dari sana. Ia hanya sempat menghabiskan waktu beberapa tahun menuntut ilmu di kampus tersebut, lalu pindah mengikuti pekerjaan bapaknya."Yang biasa nyelenggarain reuni gini siapa, Raf?" tanya Mone disela-sela langkahnya menaiki anak tangga."Tiap tahun sih penggeraknya Hilman, paling dibantuin

  • Antara Mantan dan Selingkuhan   43. Mantan Posesif

    Mone : all you can eat yukFarel : sekarang?Mone : yes!Bagas : skip. Gue sibuk. Cewek gue rumahnya lagi kosongDika : nanem saham terosssBagas : cuannya nikmat bgt nihMone : Dika? Farel? Deni? Fando?Deni : kok Rafka gak diabsen?Mone : Rafka kan udah sama gueDika : berduaan muluMone : sirik ajaFando : di mana, Mon? Gue bawa bini gue ya, dari kemaren dia pengen ayce, tapi gue belom sempet ngajakMone : GI, Ndo. Tar kabarin ya kalo udah otwFando : oke, gue lagi deket situ jugaFarel : gak ikut dulu. Mau lemburDeni : gak ikut juga. Gak punya duit, tengah bulanDika is typing...Mone : Dika gak punya pacar, kerjaan udah kelar, duit banyak. Mau alesan apa, lo?Dika : sialan!Dika : iyaa otwMone tertawa kecil melihat isi chat terakhir dari Dika. Sejak jalan-jalan ke Dufan, Mone memutuskan untuk bergabung ke dalam grup chat berisi teman-temam SMA-nya untuk memudahkan komunikasi."Kenapa?" tanya Rafka yang duduk di sebelah Mone. Keduanya sudah berada di depan restoran all you can e

  • Antara Mantan dan Selingkuhan   44. Demi Anak

    "Kau dan aku saling membantu, membasuh hati yang pernah pilu, mungkin akhirnya tak jadi satu, namun bersorai pernah bertemu...." - Sorai, Nadin Amizah____________Mone berjongkok, untuk menyamai tingginya dengan Naka. "Naka, kok sendirian? Emang ke sini sama siapa?" tanyanya lembut, meski mati-matian ia berusaha mengatur detak jantungnya, khawatir akan orang yang menemani Naka. Entah Anggika atau Pandu, Mone jelas tidak menginginkan keduanya."Ama Papa," sahutnya dengan suara yang terdengar menggemaskan.Mone mematung seketika, mendengar satu nama meluncur dari mulut kecil Naka. Namun, ia segera tersadar Naka tampak masih di hadapannya."Papanya mana?""Gak tau," jawab Naka polos.Mone mengembuskan napasnya yang mulai terasa berat, kemudian ia tersenyum untuk menghadapi Naka."Naka mau main ama Aunty. Papa kenapa gak ajak Aunty buat maen sama Naka?"Senyum Mone luntur seketika, mendengar ucapan Naka. Anak itu menganggapnya yang kerap kali berdalih mengajak Naka main untuk mencuri wak

Latest chapter

  • Antara Mantan dan Selingkuhan   Epilog

    "Cause all of me. Loves all of you. Love your curves and all your edges. All your perfect imperfections. "Give your all to me. I'll give my all to you. You're my end and my beginning. Even when I lose I'm winning. 'Cause I give you all of me. And you give me all of you." - All Of Me, John Legend __________ Sebuah ruangan 2x3 yang terletak di sayap gedung, menjadi ruang privat antara perias dan calon mempelai wanita. Bagai ratu, mempelai wanita ditangani khusus oleh pemilik usaha riasan pengantin itu. Para pendamping sudah lebih dulu dirias bergantian oleh beberapa asisten di ruangan sebelah. Riasan pemeran utama jelas sakral dan memakan waktu lebih lama. Mata Mone mengerjap-ngerjap usai perias memasangkan bulu mata. Meski ia minta riasan sederhana, faktanya ia tetap harus memakai entah berapa lapis bulu mata yang membuatnya sulit untuk mengedip. Untuk sentuhan terakhir, Riani, pemilik bisnis perias pengantin itu menyemprotkan hairspray pada rambutnya yang sudah ditata. Setelahnya,

  • Antara Mantan dan Selingkuhan   48. Mengikat Tanpa Cincin

    "Ketemu!" Hilman setengah berteriak, ia membuka gulungan tali tersebut, lalu menyuruh Mone untuk sedikit menyingkir.Dikaitkannya tali tersebut pada batang pohon yang terlihat kokoh, yang berada di dekat situ. Hilman khawatir jika hanya mengandalkan tenaga mereka, yang ada malah yang lainnya ikut terseret. Kemudian, ia melemparkan tali tersebut pada Rafka, agar lelaki itu dapat memanjat dengan berpegangan pada tali tersebut."Tangan Rafka berdarah!" Mone memberitahu pada Bagas yang kini ada di dekatnya."Tenang, Mon. Rafka pasti bisa naik." Bagas menggenggam sebelah tangan Mone yang bergetar ketakutan, berusaha menenangkan sahabatnya itu.Rafka menggapai tali yang bergelantungan di sampingnya. Ia menoleh ke bawah sekilas, berusaha menelaah seberapa dalam tempat itu jika tak mampu menarik dirinya dengan tali itu. Namun, gelapnya malam seolah mengubur pandangannya. Ia tak dapat melihat ke bawah dengan jelas, tertutup oleh pekat.Kedua tangannya kini sudah menggenggam tali. Perlahan, ia

  • Antara Mantan dan Selingkuhan   47. Lamaran Di Tepi Jurang

    Mone merapatkan mantel tebal yang melekat di tubuhnya. Hawa dingin semakin terasa merasuk ke tulangnya saat pendakian semakin mendekati puncak. Terlebih karena hari sudah mencapai petang, membuat sinar matahari perlahan memudar, berganti tugas dengan rembulan yang mulai menampakkan kehadirannya.Kakinya terus melangkah mengikuti teman-temannya yang berjalan di depannya. Mereka tampak mengejar waktu sebelum hari semakin malam, untuk setidaknya sampai pada pos berikutnya, lalu akan mendirikan tenda untuk bermalam sebelum melanjutkan perjalanan menuju puncak.Jalan berbatu dengan kanan-kiri jalan yang dipenuhi semak belukar, membuat langkahnya kesulitan. Terlebih karena pencahayaan yang mulai meremang, beberapa senter sudah mulai dinyalakan untuk membantu penerangan."Gara-gara si Rafka nih kebanyakan minta istirahat, jadi kesorean, kan!"Terdengar suara Alvin yang berjalan di belakangnya mengeluh, menyalahkan Rafka yang entah sudah berapa kali mengajak beristirahat karena kelelahan."Gu

  • Antara Mantan dan Selingkuhan   46. Hubungan Dewasa

    Minggu sore, bagian luar stadion Gelora Bung Karno tampak ramai pengunjung. Di akhir pekan, tempat itu menjadi salah satu favorit warga Ibu Kota dalam melakukan aktivitas kebugaran jasmani. Sejak pagi hari yang dibarengi dengan car free day, sampai nyaris tengah malam, tempat itu tidak pernah sepi oleh pengunjung yang datang dan pergi silih berganti.Mone menghentikan aktivitas larinya yang sudah mencapai putaran kedua. Wanita itu kini hanya melangkah seperti biasa, diikuti Rafka yang sudah berjalan sejak menuntaskan lari satu putaran."Kamu gak lari!" protes Mone saat Rafka sudah berjalan di sebelahnya."Capek, Mon! Ini ngiterin GBK, bukan lapangan RPTRA*." Rafka mengulurkan air mineral yang ada di tangannya, yang segera disambut Mone.(RPTRA : Ruang Publik Terpadu Ramah Anak)Diteguknya air mineral sampai isinya nyaris separuh, lalu ia melanjutkan langkahnya, yang mulai berjalan santai. Namun, tetap mengitari stadion."Lagi, kamu kesambet setan apaan ngajak lari gini? Kamu mana mung

  • Antara Mantan dan Selingkuhan   45. Sorai Perpisahan

    "Aku bersyukur kamu bisa hidup dengan baik. Bisa main lagi sama temen-temen kamu, jalan-jalan setelah pulang kerja, dan Rafka? If you two get back together, I'm really happy for you." Pandu mengatakannya dengan tulus. Sesekali ia melambaikan tangannya ke arah Naka yang berteriak memanggilnya.Tidak ada sahutan dari Mone, hal itu membuat Pandu penasaran dan menolehkan kepalanya kembali pada wanita itu. Matanya terbelalak melihat Mone yang kini sibuk menghapuskan air mata yang membasahi pipinya."Mon, kamu ...." Tangan Pandu setengah terangkat, berniat merengkuh tubuh Mone, yang kemudian diurungkannya. Hal itu membuatnya hanya dapat meremat tangannya sendiri. "Seumur hidup, aku belom pernah sebenci ini terhadap apa pun. Tapi sejak pertama kali lihat kamu nangis, demi apa pun aku benci lihat itu. Kenapa hidup kamu harus sesakit ini? Dari sekian banyak pilihan takdir, kenapa Tuhan memilihkan takdir yang kayak gini buat kamu. Sejak saat itu, aku selalu berharap gak akan ada hal buruk lainn

  • Antara Mantan dan Selingkuhan   44. Demi Anak

    "Kau dan aku saling membantu, membasuh hati yang pernah pilu, mungkin akhirnya tak jadi satu, namun bersorai pernah bertemu...." - Sorai, Nadin Amizah____________Mone berjongkok, untuk menyamai tingginya dengan Naka. "Naka, kok sendirian? Emang ke sini sama siapa?" tanyanya lembut, meski mati-matian ia berusaha mengatur detak jantungnya, khawatir akan orang yang menemani Naka. Entah Anggika atau Pandu, Mone jelas tidak menginginkan keduanya."Ama Papa," sahutnya dengan suara yang terdengar menggemaskan.Mone mematung seketika, mendengar satu nama meluncur dari mulut kecil Naka. Namun, ia segera tersadar Naka tampak masih di hadapannya."Papanya mana?""Gak tau," jawab Naka polos.Mone mengembuskan napasnya yang mulai terasa berat, kemudian ia tersenyum untuk menghadapi Naka."Naka mau main ama Aunty. Papa kenapa gak ajak Aunty buat maen sama Naka?"Senyum Mone luntur seketika, mendengar ucapan Naka. Anak itu menganggapnya yang kerap kali berdalih mengajak Naka main untuk mencuri wak

  • Antara Mantan dan Selingkuhan   43. Mantan Posesif

    Mone : all you can eat yukFarel : sekarang?Mone : yes!Bagas : skip. Gue sibuk. Cewek gue rumahnya lagi kosongDika : nanem saham terosssBagas : cuannya nikmat bgt nihMone : Dika? Farel? Deni? Fando?Deni : kok Rafka gak diabsen?Mone : Rafka kan udah sama gueDika : berduaan muluMone : sirik ajaFando : di mana, Mon? Gue bawa bini gue ya, dari kemaren dia pengen ayce, tapi gue belom sempet ngajakMone : GI, Ndo. Tar kabarin ya kalo udah otwFando : oke, gue lagi deket situ jugaFarel : gak ikut dulu. Mau lemburDeni : gak ikut juga. Gak punya duit, tengah bulanDika is typing...Mone : Dika gak punya pacar, kerjaan udah kelar, duit banyak. Mau alesan apa, lo?Dika : sialan!Dika : iyaa otwMone tertawa kecil melihat isi chat terakhir dari Dika. Sejak jalan-jalan ke Dufan, Mone memutuskan untuk bergabung ke dalam grup chat berisi teman-temam SMA-nya untuk memudahkan komunikasi."Kenapa?" tanya Rafka yang duduk di sebelah Mone. Keduanya sudah berada di depan restoran all you can e

  • Antara Mantan dan Selingkuhan   42. Menempel Seperti Cicak

    Huruf-huruf besar yang menyala membentuk tulisan 'Sky Life Resto & Bar' terpampang di bagian atas bangunan berlantai dua ini. Pada lantai dua sebuah resto dan bar yang terletak di bilangan Jakarta Selatan itu, malam ini disewa untuk melangsungkan acara reuni kampus untuk satu angkatan fakultasnya.Sayangnya, jumlah alumni yang malam ini hadir tidak lebih dari lima puluh orang. Sekian tahun berlalu sejak mereka lulus dan menyandang gelar sarjana, membuat beberapa dari mereka kehilangan kontak, ataupun sudah berdomisili di luar kota, serta kesibukan-kesibukan lainnya.Mone melangkah menaiki anak tangga untuk bergabung dengan acara reuni kampus pertama kalinya. Secara ijazah, ia memang tidak lulus dari sana. Ia hanya sempat menghabiskan waktu beberapa tahun menuntut ilmu di kampus tersebut, lalu pindah mengikuti pekerjaan bapaknya."Yang biasa nyelenggarain reuni gini siapa, Raf?" tanya Mone disela-sela langkahnya menaiki anak tangga."Tiap tahun sih penggeraknya Hilman, paling dibantuin

  • Antara Mantan dan Selingkuhan   41. Lipstik Di Acak-Acak

    Mone memasuki ruangan divisinya setelah mengganti kemejanya yang sedikit basah, akibat kehujanan tadi. Beruntung ia selalu menyiapkan kemeja cadangan di dalam loker, untuk berjaga-jaga apabila ada pertemuan penting di luar jam kerja. Ia tidak suka menggunakan pakaian kerja yang sudah dipakai sejak pagi.Para karyawan divisinya segera menyapa saat Mone melintas. Ia membalas sapaan mereka dengan senyuman. Paska kejadian peneguran itu, sikap mereka kembali normal, atau setidaknya kembali profesional. Untuk kedekatan mereka, tidak ada yang kembali. Sekat antara dirinya dengan staff divisinya kini kian terasa."Bu, ini ...." Laely bangkit dari kursinya, untuk berjalan sedikit menghampiri Mone yang melintasi mejanya. Ia membawa sebuah dokumen yang ingin ia tunjukan pada Mone."Iya, itu apa?" Mone menyambut satu lembar kertas yang diulurkan Laely."Debit note dari PRX buat claim yang kemaren. Ini mau dipake potong kontrak buat kontrak dia yang baru, Bu?"Mone memperhatikan lembar kertas yang

DMCA.com Protection Status