Share

30. Musuh Korporat

Penulis: Hilda Wardani
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Tiga hari pasca kejadian di kantin, kehidupan kantor Mone berubah seperti di neraka. Setiap hari seolah sama, dari mulai lobi sampai ke ruangannya, Mone dapat mendengar kasak-kusuk orang lain membicarakannya.

Ada berbagai tatapan yang menyertainya, tapi yang paling mendominasi adalah tatapan jijik. Sisanya, ada tatapan kasihan yang jumlahnya dapat dihitung jari. Selama itu Mone harus bersikap muka tembok, tetap berjalan tanpa peduli banyak mata mengintai. Belum lagi yang membicarakannya secara diam-diam hingga terang-terangan.

Sikap karyawan divisinya juga ikut berubah. Mone sampai tidak tahu, itu karena fakta ia menjalin perselingkuhan dengan suami orang, atau karena kandasnya hubungan Fara dan Rafka yang tentu saja dikaitkan juga dengannya. Mendadak, sikap hangat seluruh karyawan di divisinya menghilang. Berubah menjadi kecanggungan dan berkomunikasi secukupnya. Bahkan seharian mereka berusaha meminimalisir berkomunikasi dengan Mone.

Hal itu membuatnya kini lebih memilih memfotokopi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Antara Mantan dan Selingkuhan   31. Adik Sayang, Cinta Terlarang

    Meeting dengan divisinya baru saja selesai. Mone membahas terkait permasalahan barusan yang telah diselesaikannya. Ia memberikan teguran pada seluruh karyawannya yang menyembunyikan permasalahan ini. Ia juga membahas terkait kejadian di kantin tempo hari, setelah sekian hari ia diam saja, akhirnya ia angkat bicara agar permasalahan itu jangan sampai lagi mempengaruhi kinerja mereka barang satu persen pun."Yang lain boleh keluar, saya mau bicara dengan Fara."Fara melotot saat mendengar itu. Apa-apaan ini? Dirinya akan disidang seorang diri. Hell. Siapa yang tadi mengatakan jangan melibatkan permasalahan pribadi? Jadi, untuk apa Mone ingin berbicara dengannya jika bukan menyangkut urusan pribadinya?Fara berdecak. Ia muak melihat Mone. Ia membenci fakta bahwa wanita di hadapannya itu atasannya, membuatnya tidak mampu berkutik bahkan saat hatinya ingin memaki Mone yang sudah menghancurkan masa depannya."Aku tau ini pasti berat buat kamu." Mone kembali dalam mode menyebut dirinya 'aku'

  • Antara Mantan dan Selingkuhan   32. Perusak Kebahagiaan

    "Wes, yang pulang honeymoon mukanya cerah amat."Mone dapat menangkap suara Laely yang meledek seorang karayawan yang baru saja memasuki pantry. Widi, karyawan divisi penjualan yang baru kembali dari masa cutinya, menarik kursi di sebelah Fara yang sedang menikmati sarapannya."Iyaa dong, berasa terlahir kembali." Widi membuka cerita dengan suaranya yang antusias, membuat beberapa orang yang sedang berada di pantry tertarik untuk mendengarkan.Mone membuka laci pada kitchen set yang tersedia di pantry, mencari gula untuk menyeduh kopinya. Keperluannya di sini hanya untuk menyeduh kopi, sebab perkumpulan di pantry ini pasti lebih senang saat Mone pergi, karena banyak yang bisa dibicarakan tentangnya."Far, gimana? Lo jadi pake WO gue yang kemaren gak? Orangnya nanyain ke gue tuh." Widi mencomot gorengan yang ada di meja entah milik siapa. Saat sedang asik mengunyah gorengannya, Widi baru sadar beberapa tatapan mengarah padanya, seolah ada yang salah dengan Widi. "Kenapa?" tanya Widi bi

  • Antara Mantan dan Selingkuhan   33. Seperti Tulang

    "Kecil, aku pun meraut sedih. Semua karena tak lagi bisa. Memelukmu sempurna. Menertawakan hari. Sampai dirimu lupa. Tak sepenuhnya pernah sembuh. Dari luka... Seperti tulang yang patah .... Dan tumbuh tidak sempurna." - Seperti Tulang, Nadin Amizah___________Dahi Rafka mengerut, matanya memicing. Ia menatap Mone bingung. Apa yang berkelebat di kepala Mone saat ini?"Setelah aku mampu berpikir dengan jernih, nyatanya kamu gak salah, Raf. Kamu gak pernah salah sejak mutusin buat ninggalin aku.Ya, ngapain juga si kamu harus tahan sama aku—""Mon!" Rafka menyela ucapan Mone. Ia mulai paham arah pembicaraan Mone, juga arti tatapan Mone.Saat ini, Mone tidak lagi menatapnya dengan kebencian. Alih-alih begitu, Mone sedang menyalahkan dirinya sendiri."Aku berengsek banget kan, Raf? Maaf. Karena aku terus-terusan nyalahin kamu, untuk sesuatu yang emang seharusnya kamu lakuin saat itu. Kalo kamu ngelakuin semua ini karena rasa bersalah, kamu gak salah, Raf. Ini bukan tentang kamu, ini semua

  • Antara Mantan dan Selingkuhan   34. Mulai Memaafkan

    "Lo gimana sih, Raf? Tadi, kan, Mone sama lo!" omel Bagas setelah setengah jam Mone tidak kunjung kembali dari toilet, seperti kata Rafka.Farel masih berusaha menghubungi ponsel Mone yang aktif, tapi tidak diangkat. Hal itu terus dilakukannya berulang kali, meski kegiatan yang dilakukannya setengah jam terakhir itu berakhir sia-sia."Lo yakin dia ke toilet? Lo apain si di bianglala?" desak Dika, menatap Rafka tidak percaya. Terlebih saat melihat wajah Rafka yang keruh setelah menaiki wahana tersebut.Mata Rafka yang semula menjelajah keramaian sambil terus berjalan diikuti yang lainnya, mengalihkan perhatiannya pada Dika."Ngobrol doang." Rafka menjawab sekenanya, malas untuk menjelaskan panjang pada teman-temannya.Bagas berdecak mendengar ucapan Rafka. "Ngobrol doang, setelah seharian lo berdua diem-dieman? Masalah lo apa lagi sih sama Mone?""Mone!"Pertanyaan Bagas teralihkan oleh terikan Fando yang melihat Mone sedang berjalan ke arah mereka. Fando berjalan cepat menghampiri Mone

  • Antara Mantan dan Selingkuhan   35. Bebek Perdamaian

    Rafka mengetuk-ngetuk kemudi setirnya sambil menimang keputusannya. Nyaris setengah jam mobilnya terparkir di basement apartemen Mone, dan selama itu ia hanya berdiam diri di dalam mobilnya.Kejadian di Dufan kemarin sukses menyita pikirannya. Sialan, hanya melihat Mone tersenyum ke arahnya, hari minggu yang biasanya ia lakukan tertidur sampai siang, lalu bangun sebentar, dan tidur lagi, berubah jadi hari yang membuatnya tidak tenang.Sekelebat bayangan Mone tersenyum beserta serentet pertanyaan tentang arti dalam senyuman Mone terus mengganggu alam bawah sadarnya. Pukul sembilan malam, ia menyerah untuk sekadar uring-uringan di kamarnya. Hal itulah yang mampu menggerakan dirinya untuk sampai di tempat ini. Kini, ia tidak tahu harus melakukan apa?Mengetuk pintu apartement Mone? Menemui wanita itu? Reaksi apa yang akan didapatinya? Mone mengusirnya? Atau, menyambutnya? Sialan! Untuk apa juga Mone menyambutnya?Rafka tidak mungkin terus berdiam diri di sini tanpa melakukan apa pun, bis

  • Antara Mantan dan Selingkuhan   36. Panggilan Pembawa Luka

    Mone merebahkan tubuhnya di atas kasur tanpa mengganti pakaiannya terlebih dahulu ataupun melepas sepatunya. Seharian ini terasa melelahkan. Mone harus mengunjungi kantor bea cukai di Tanjung Priok untuk mengurus beberapa barangnya yang tidak bisa keluar.Ini semua karena supplier sialan yang memuat quantity barang tidak sesuai dengan yang ada di dokumen. Ia jadi harus menemui beberapa pejabat bea dan cukai untuk memberi pernyataan terkait kesalahan itu.Ringtone panggilan masuk ponselnya membuyarkan kesadaran Mone yang nyaris terlelap sejenak. Ia mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya, lalu membaca nama pemanggil yang tertera di layar ponselnya.Rasa lelah bercampur kantuk seketika sirna saat Mone membaca nama pemanggil di ponselnya. Ia membiarkan ponsel itu terus berdering untuk beberapa detik, sebelum tangannya mengusap ikon berwarna hijau untuk mengangkatnya.Mone meletakan ponsel itu di telinganya, tangan kirinya meremat seprai, matanya terpejam untuk beberapa detik, ia berusaha m

  • Antara Mantan dan Selingkuhan   37. Rintihan Rasa Sakit

    Setengah jam kemudian, Pandu masuk ke dalam rumah dengan menenteng beberapa kantong plastik hitam. Ia meletakan bungkusan itu pada meja ruang tamu yang fungsinya merangkap sebagai ruang makan dan ruang-ruang lainnya."Tukang sate udah pulang, Pak. Yang masih buka cuma warung padang. Pandu beli rendang buat Bapak, buat Mone ayam bakar," kata Pandu, yang bersiap untuk ke dapur mengambil perlengkapan makan.Mone segera berdiri saat menyadari hal itu. "Aku aja yang siapin, Mas."Pandu menoleh pada Mone. Ia mendapati mata Mone yang masih sembap. Mata yang biasa berbinar, kini kembali meredup, persis seperti saat pertama kali ia melihat Mone datang ke rumahnya bersama ibunya.Mone segera mengalihkan pandangan saat bersitatap dengannya. Pandu mengembuskan napasnya, jika bukan karena kedatangan Bapak, ia tidak akan menghubungi Mone. Ia tahu persis seberapa sulit bagi Mone untuk menghadapinya kembali setelah aksi berengseknya malam itu."Dapurnya masih berantakan, Mon. Kamu duduk aja temenin B

  • Antara Mantan dan Selingkuhan   38. Tak Pernah Mudah

    Rafka keluar dari kamarnya. Ia mendapati Retha dan Mama yang sedang menonton tayangan layanan streaming dari televisi yang hanya ada di ruang tengah. Keduanya menonton sambil berbaring di atas permadani berbulu halus yang khusus dipesan adiknya itu agar ia dapat menonton dengan nyaman.Entah sejak kapan keduanya—Retha dan Mama—mampu berdamai perihal tayangan televisi, dengan Retha yang memenangkan pilihan tayangan berupa series yang ada pada layanan streaming tersebut. Rafka sampai berdecak melihatnya, Mama yang tetap ikut menonton dan berkali-kali menanyakan seputar jalan cerita pada Retha."Jaket gue yang kemaren lo pinjem mana, Tha?" tanya Rafka yang kini ikut duduk di ruang tengah."Belakang pintu kamar gue. Cari aja." Retha menyahut singkat, matanya tak teralihkan dari layar televisi."Kamu mau ke mana, Raf? Udah malem loh." Mama menoleh ke arah Rafka, melihat gelagat anaknya yang hendak keluar rumah."Mau cari makan, Ma.""Lah, bukannya tadi kamu udah makan?" Mama berusaha memfo

Bab terbaru

  • Antara Mantan dan Selingkuhan   Epilog

    "Cause all of me. Loves all of you. Love your curves and all your edges. All your perfect imperfections. "Give your all to me. I'll give my all to you. You're my end and my beginning. Even when I lose I'm winning. 'Cause I give you all of me. And you give me all of you." - All Of Me, John Legend __________ Sebuah ruangan 2x3 yang terletak di sayap gedung, menjadi ruang privat antara perias dan calon mempelai wanita. Bagai ratu, mempelai wanita ditangani khusus oleh pemilik usaha riasan pengantin itu. Para pendamping sudah lebih dulu dirias bergantian oleh beberapa asisten di ruangan sebelah. Riasan pemeran utama jelas sakral dan memakan waktu lebih lama. Mata Mone mengerjap-ngerjap usai perias memasangkan bulu mata. Meski ia minta riasan sederhana, faktanya ia tetap harus memakai entah berapa lapis bulu mata yang membuatnya sulit untuk mengedip. Untuk sentuhan terakhir, Riani, pemilik bisnis perias pengantin itu menyemprotkan hairspray pada rambutnya yang sudah ditata. Setelahnya,

  • Antara Mantan dan Selingkuhan   48. Mengikat Tanpa Cincin

    "Ketemu!" Hilman setengah berteriak, ia membuka gulungan tali tersebut, lalu menyuruh Mone untuk sedikit menyingkir.Dikaitkannya tali tersebut pada batang pohon yang terlihat kokoh, yang berada di dekat situ. Hilman khawatir jika hanya mengandalkan tenaga mereka, yang ada malah yang lainnya ikut terseret. Kemudian, ia melemparkan tali tersebut pada Rafka, agar lelaki itu dapat memanjat dengan berpegangan pada tali tersebut."Tangan Rafka berdarah!" Mone memberitahu pada Bagas yang kini ada di dekatnya."Tenang, Mon. Rafka pasti bisa naik." Bagas menggenggam sebelah tangan Mone yang bergetar ketakutan, berusaha menenangkan sahabatnya itu.Rafka menggapai tali yang bergelantungan di sampingnya. Ia menoleh ke bawah sekilas, berusaha menelaah seberapa dalam tempat itu jika tak mampu menarik dirinya dengan tali itu. Namun, gelapnya malam seolah mengubur pandangannya. Ia tak dapat melihat ke bawah dengan jelas, tertutup oleh pekat.Kedua tangannya kini sudah menggenggam tali. Perlahan, ia

  • Antara Mantan dan Selingkuhan   47. Lamaran Di Tepi Jurang

    Mone merapatkan mantel tebal yang melekat di tubuhnya. Hawa dingin semakin terasa merasuk ke tulangnya saat pendakian semakin mendekati puncak. Terlebih karena hari sudah mencapai petang, membuat sinar matahari perlahan memudar, berganti tugas dengan rembulan yang mulai menampakkan kehadirannya.Kakinya terus melangkah mengikuti teman-temannya yang berjalan di depannya. Mereka tampak mengejar waktu sebelum hari semakin malam, untuk setidaknya sampai pada pos berikutnya, lalu akan mendirikan tenda untuk bermalam sebelum melanjutkan perjalanan menuju puncak.Jalan berbatu dengan kanan-kiri jalan yang dipenuhi semak belukar, membuat langkahnya kesulitan. Terlebih karena pencahayaan yang mulai meremang, beberapa senter sudah mulai dinyalakan untuk membantu penerangan."Gara-gara si Rafka nih kebanyakan minta istirahat, jadi kesorean, kan!"Terdengar suara Alvin yang berjalan di belakangnya mengeluh, menyalahkan Rafka yang entah sudah berapa kali mengajak beristirahat karena kelelahan."Gu

  • Antara Mantan dan Selingkuhan   46. Hubungan Dewasa

    Minggu sore, bagian luar stadion Gelora Bung Karno tampak ramai pengunjung. Di akhir pekan, tempat itu menjadi salah satu favorit warga Ibu Kota dalam melakukan aktivitas kebugaran jasmani. Sejak pagi hari yang dibarengi dengan car free day, sampai nyaris tengah malam, tempat itu tidak pernah sepi oleh pengunjung yang datang dan pergi silih berganti.Mone menghentikan aktivitas larinya yang sudah mencapai putaran kedua. Wanita itu kini hanya melangkah seperti biasa, diikuti Rafka yang sudah berjalan sejak menuntaskan lari satu putaran."Kamu gak lari!" protes Mone saat Rafka sudah berjalan di sebelahnya."Capek, Mon! Ini ngiterin GBK, bukan lapangan RPTRA*." Rafka mengulurkan air mineral yang ada di tangannya, yang segera disambut Mone.(RPTRA : Ruang Publik Terpadu Ramah Anak)Diteguknya air mineral sampai isinya nyaris separuh, lalu ia melanjutkan langkahnya, yang mulai berjalan santai. Namun, tetap mengitari stadion."Lagi, kamu kesambet setan apaan ngajak lari gini? Kamu mana mung

  • Antara Mantan dan Selingkuhan   45. Sorai Perpisahan

    "Aku bersyukur kamu bisa hidup dengan baik. Bisa main lagi sama temen-temen kamu, jalan-jalan setelah pulang kerja, dan Rafka? If you two get back together, I'm really happy for you." Pandu mengatakannya dengan tulus. Sesekali ia melambaikan tangannya ke arah Naka yang berteriak memanggilnya.Tidak ada sahutan dari Mone, hal itu membuat Pandu penasaran dan menolehkan kepalanya kembali pada wanita itu. Matanya terbelalak melihat Mone yang kini sibuk menghapuskan air mata yang membasahi pipinya."Mon, kamu ...." Tangan Pandu setengah terangkat, berniat merengkuh tubuh Mone, yang kemudian diurungkannya. Hal itu membuatnya hanya dapat meremat tangannya sendiri. "Seumur hidup, aku belom pernah sebenci ini terhadap apa pun. Tapi sejak pertama kali lihat kamu nangis, demi apa pun aku benci lihat itu. Kenapa hidup kamu harus sesakit ini? Dari sekian banyak pilihan takdir, kenapa Tuhan memilihkan takdir yang kayak gini buat kamu. Sejak saat itu, aku selalu berharap gak akan ada hal buruk lainn

  • Antara Mantan dan Selingkuhan   44. Demi Anak

    "Kau dan aku saling membantu, membasuh hati yang pernah pilu, mungkin akhirnya tak jadi satu, namun bersorai pernah bertemu...." - Sorai, Nadin Amizah____________Mone berjongkok, untuk menyamai tingginya dengan Naka. "Naka, kok sendirian? Emang ke sini sama siapa?" tanyanya lembut, meski mati-matian ia berusaha mengatur detak jantungnya, khawatir akan orang yang menemani Naka. Entah Anggika atau Pandu, Mone jelas tidak menginginkan keduanya."Ama Papa," sahutnya dengan suara yang terdengar menggemaskan.Mone mematung seketika, mendengar satu nama meluncur dari mulut kecil Naka. Namun, ia segera tersadar Naka tampak masih di hadapannya."Papanya mana?""Gak tau," jawab Naka polos.Mone mengembuskan napasnya yang mulai terasa berat, kemudian ia tersenyum untuk menghadapi Naka."Naka mau main ama Aunty. Papa kenapa gak ajak Aunty buat maen sama Naka?"Senyum Mone luntur seketika, mendengar ucapan Naka. Anak itu menganggapnya yang kerap kali berdalih mengajak Naka main untuk mencuri wak

  • Antara Mantan dan Selingkuhan   43. Mantan Posesif

    Mone : all you can eat yukFarel : sekarang?Mone : yes!Bagas : skip. Gue sibuk. Cewek gue rumahnya lagi kosongDika : nanem saham terosssBagas : cuannya nikmat bgt nihMone : Dika? Farel? Deni? Fando?Deni : kok Rafka gak diabsen?Mone : Rafka kan udah sama gueDika : berduaan muluMone : sirik ajaFando : di mana, Mon? Gue bawa bini gue ya, dari kemaren dia pengen ayce, tapi gue belom sempet ngajakMone : GI, Ndo. Tar kabarin ya kalo udah otwFando : oke, gue lagi deket situ jugaFarel : gak ikut dulu. Mau lemburDeni : gak ikut juga. Gak punya duit, tengah bulanDika is typing...Mone : Dika gak punya pacar, kerjaan udah kelar, duit banyak. Mau alesan apa, lo?Dika : sialan!Dika : iyaa otwMone tertawa kecil melihat isi chat terakhir dari Dika. Sejak jalan-jalan ke Dufan, Mone memutuskan untuk bergabung ke dalam grup chat berisi teman-temam SMA-nya untuk memudahkan komunikasi."Kenapa?" tanya Rafka yang duduk di sebelah Mone. Keduanya sudah berada di depan restoran all you can e

  • Antara Mantan dan Selingkuhan   42. Menempel Seperti Cicak

    Huruf-huruf besar yang menyala membentuk tulisan 'Sky Life Resto & Bar' terpampang di bagian atas bangunan berlantai dua ini. Pada lantai dua sebuah resto dan bar yang terletak di bilangan Jakarta Selatan itu, malam ini disewa untuk melangsungkan acara reuni kampus untuk satu angkatan fakultasnya.Sayangnya, jumlah alumni yang malam ini hadir tidak lebih dari lima puluh orang. Sekian tahun berlalu sejak mereka lulus dan menyandang gelar sarjana, membuat beberapa dari mereka kehilangan kontak, ataupun sudah berdomisili di luar kota, serta kesibukan-kesibukan lainnya.Mone melangkah menaiki anak tangga untuk bergabung dengan acara reuni kampus pertama kalinya. Secara ijazah, ia memang tidak lulus dari sana. Ia hanya sempat menghabiskan waktu beberapa tahun menuntut ilmu di kampus tersebut, lalu pindah mengikuti pekerjaan bapaknya."Yang biasa nyelenggarain reuni gini siapa, Raf?" tanya Mone disela-sela langkahnya menaiki anak tangga."Tiap tahun sih penggeraknya Hilman, paling dibantuin

  • Antara Mantan dan Selingkuhan   41. Lipstik Di Acak-Acak

    Mone memasuki ruangan divisinya setelah mengganti kemejanya yang sedikit basah, akibat kehujanan tadi. Beruntung ia selalu menyiapkan kemeja cadangan di dalam loker, untuk berjaga-jaga apabila ada pertemuan penting di luar jam kerja. Ia tidak suka menggunakan pakaian kerja yang sudah dipakai sejak pagi.Para karyawan divisinya segera menyapa saat Mone melintas. Ia membalas sapaan mereka dengan senyuman. Paska kejadian peneguran itu, sikap mereka kembali normal, atau setidaknya kembali profesional. Untuk kedekatan mereka, tidak ada yang kembali. Sekat antara dirinya dengan staff divisinya kini kian terasa."Bu, ini ...." Laely bangkit dari kursinya, untuk berjalan sedikit menghampiri Mone yang melintasi mejanya. Ia membawa sebuah dokumen yang ingin ia tunjukan pada Mone."Iya, itu apa?" Mone menyambut satu lembar kertas yang diulurkan Laely."Debit note dari PRX buat claim yang kemaren. Ini mau dipake potong kontrak buat kontrak dia yang baru, Bu?"Mone memperhatikan lembar kertas yang

DMCA.com Protection Status