Setelah selama dua minggu Erlangga mengurus seluruh dokumen yang menjadi persyaratan untuk kuliah di Perth maka dua hari ini di pakai oleh Erlangga untuk bersama Elena. Di hari Sabtu pagi ini, Erlangga sengaja akan mengajak Elena ke rumah mamanya, Herlina untuk menikmati masakannya sekalian bertemu Jamila sudah dua minggu menikah dan berjanji akan bertemu di rumah Herlina.“Mii.., Pii.., Er ke rumah Mamanya Elena dulu yaa..,” pamit Erlangga bersama Elena ke rumah Herlina.“Pakai mobil saja Er.., biar nggak terlalu keras guncangan pada janinnya Elena,” ucap Tiara pada putranya.“Kemarin Dokter bilang udah semakin bagus Maa, apalagi bulan depan aja sudah tujuh bulan. Udah semakin kuat bayi di kandungnya,” ungkap Erlangga pada Tiara.“Berarti udah bisa dilihat jenis kelaminnya?” tanya Tiara menatap tajam pada Elena yang berdiri di sisi Erlangga.“Sudah Mii.., cowok anaknya. Pasti gantengnya kayak Er.. hehehehe,” jawab Erlangga sedangkan Elena hanya terdiam menunduk dan menelan ludah
Kepergian Erlangga bersama Herlambang dan Tiara ke Perth selama seminggu ini telah membawa kerinduan teramat sangat pada Elena yang ditinggal di rumah Herlina.Seperti hari ini, perbedaan waktu antara Perth dan Jakarta yang hanya satu jam, sering digunakan Erlangga untuk menghubungi Elena pada jam 9 malam waktu Jakarta dimana saat itu waktu di Perth sudah menunjukkan pukul 1O malam.“Er.., kok Mami sama Papi belom pulang..? Sampai berapa lama disana? Apa elo balik lagi ke Indonesia juga?” tanya Elena dengan wajah penuh kerinduan.“Aah.., elo baru ditinggal seminggu aja udah sedih seperti itu, apa lagi setahun, padahal kan gue tiap hari telepon elo,” goda Erlangga pada Elena saat mereka melakukan video call.“Mami sama Papi kemana? Kok kamu sendirian...,” tanya Elena yang sudah selama satu minggu ini sama sekali tidak menerima panggilan telepon dari Herlambang. Sedangkan ia sama sekali tidak berani jika harus menghubungi Herlambang. Maka kerinduannya pada lelaki itu membuat hatinya
Selama satu minggu Elena seperti merasakan Honey Moon bersama Herlambang. Karena selama seminggu lebih, Tiara masih berada di Perth. Hal itu dikarenakan, ibunda Herlambang ingin Tiara yang menemani dirinya saat menjalani perawatan pasca melakukan operasi kecil pada bagian kandungannya.Dan selama satu minggu ini pula, Herlambang tidak pernah ke kantor. Ia hanya berkantor di rumah dengan menjawab email. Bila ada hal yang sangat urgent, maka sekretarisnya akan ke rumah membawa dokumen yang akan ditanda tanganinya. Selebihnya, Herlambang mengajak jalan-jalan Elena ke Mal atau makan di restoran dengan perut yang semakin terlihat membuncit.Seperti di kamis pagi ini, saat jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, Elena masih meringkuk dalam pelukan Herlambang di kamar Erlangga. Herlambang yang melihat Elena begitu lelapnya kasihan bila harus membangunkan dirinya. Diciuminya wajah cantik Elena dengan pipi yang kian tembam.Dielusnya perut Elena dengan rasa cinta dan kasih sayang. Herlam
Dalam perjalanan menuju Bank, Elena yang dasarnya polos dan lugu mengatakan semua hal yang telah diberikan oleh Herlambang sahabatnya. Dan tanpa diketahuinya selama dalam perjalanan menuju Bank, Jamila telah menaruh perekam suara persis di bagian tengah dashboard mobilnya. Seperti layaknya pengakuan dosa, Jamila bertanya atas semua yang dilakukan oleh gadis itu dengan Herlambang.“Berarti elo waktu ada di Er juga ngelakuin hubungan juga sama bokapnya si Er..?” Jamila memancing apa yang ingin dikoreksi usai Elena bercerita tentang deposito, rumah dan uang yang diberikan oleh Herlambang tiap bulan.“Iyaa.., gue tiap pagi bangun dari tidur jam tiga kadang jam empat. Kagak tau juga kok bisa gue langsung terbangun gitu aja. Padahal gue nggak ada pakai alarm. Apa memang pengen nya bayi yang dikandung ketemu bokapnya yaa.”“Kagaklah.., dasar elonya aja yang doyan. Emang sih.., kalau gue baca-baca mayoritas orang hamil nafsunya gede. Mungkin karena nggak mens,” ujar Jamila menimpali sembar
Jamila mengantar Elena pulang ketika jam menunjukkan pukul sembilan malam. Kala itu, Herlambang telah menunggu Elena dengan perasaan gusar, karena ponselnya tidak aktif. Ketika Herlambang tengah duduk di kursi teras menunggu kedatangan Elena, terdengar ada suara mobil di depan halamannya.Dan tak lama kemudian, gerbang rumahnya dibuka oleh sekuriti lalu masuk mobil HRV milik Jamila pada halaman rumah itu. Herlambang berdiri memandang ke arah mobil. Tak lama kemudian, dilihat Elena keluar dari mobil tersebut bersama Jamila yang terlihat membuka pintu mobil di bagian belakang dan terlihat membawa banyak kantung belanjaan.Dimas secepatnya membantu untuk membawa kantung belanjaan bersama dua orang pelayan lainnya. Sedangkan Elena tampak bergandengan tangan bersama Jamila. Saat melihat Herlambang berdiri di atas teras memandang mereka berdua, kedua gadis muda itu tersenyum lebar pada lelaki tampan yang terlihat hatinya tidak sedang baik-baik saja.“Dari mana saja kalian?” dingin Herlam
Dua bulan kemudian, Tiara yang merasa ditipu Elena mengenai usia kehamilannya, menghubungi Eva sahabatnya.“Va.., bisa kamu ke rumah? Aku kok jadi dibuat bingung sama kehamilannya Elena,” ungkap Tiara pada Eva sahabatnya.“Bingung gimana maksudnya Tia..?” tanya Eva, mendengar nada putus asa pada Tiara.“Kemarin aku tanya sama Elena, usia kehamilannya.., dan kata dia kok masih enam bulan. Perasaan waktu Erlangga ke Perth aja udah hampir enam bulan. Erlangga sebulan yang lalu itu kan udah tengokin dia ke Indonesia, karena janjinya kan sebulan sekali pulang.”“Nah.., karena sibuk ngurus bakti sosial, ada reuni, mana arisan keluar. Aku baru nyadar, kalau besok itu, Erlangga sudah datang lagi ke Indonesia.., berarti kandungan Elena kan udah tujuh bulan lebih dong. Benarkan perhitungan aku, Va...,” ungkap Tiara pada sahabatnya.“Iyaa sih.. tapi, apa benar yang dikatakan Elena waktu pertama, dia bilang hamil. Maksud aku begini.., Tia. Bisa aja memang dia baru hamil 6 bulan. Berarti, wak
Erlangga yang selama satu minggu berada di Indonesia memanfaatkan waktunya untuk bertemu dengan teman-teman sekolahnya. Kepulangannya ke Indonesia pun diikuti oleh Bella dan Alexander. Sedangkan Ajeng dan Indra yang kuliah di Universitas swasta menyambut baik, pertemuan yang diadakan sebulan sekali saat kepulangan ketiga sahabat mereka. Mereka bertemu di tempat nongkrong yang biasa mereka sambangi pada saat SMA. Saat mereka sedang berkumpul, beberapa kali Erlangga sibuk dengan ponselnya. Lalu terlihat Erlangga melambaikan tangannya pada pramusaji. “Sore.. Kakak semua.., silakan ini daftar menunya.., mau pesan sekarang..?” tanya seorang pramusaji yang mendekat ke arah Erlangga. “Iya.., Mbak.., pesan.,” jawab Indra namun dibantah oleh Erlangga. “Tunggu.., jangan pesan dululah.., gue lagi tunggu teman kita satu lagi. Mbak.., bisa minta satu bangku lagi?” pinta Erlangga pada seorang pramusaji. Lalu dijawab dengan anggukan dan terlihat pramusaji tersebut meminta seorang lelaki untuk me
Sehari setelah kepergian Erlangga kembali ke Perth.., Herlambang yang tidak ada jadwal ke Surabaya hari ini diminta oleh investornya bertemu mendadak ke Surabaya. Walau pun ia menggunakan tiket pesawat pulang pergi, namun kepergiannya membuat sangat kuatir hingga ia meminta pada Dimas untuk memantau kondisi Elena. Karena hari ini kandungan Elena baru jalan delapan bulan.“Dimas.., Tolong kamu jaga Elena. Saya ada keperluan mendadak ke Surabaya. Tolong Dimas yaa..,” pinta Herlambang.“Maaf, Tuan besar.. kenapa nggak hubungi Elena saja. Supaya dia mau ke rumah Mamanya,” tutur Dimas saat Herlambang sedang menuju Bandara Sukarno Hatta kala jam baru menunjukkan pukul sepuluh pagi.“Tadi sudah saya hubungi, tapi dia nggak mau. Karena saya juga pulang hari ini sekitar jam sembilan malam,” ujar Herlambang.“Ooh...., baiklah Tuan besar. Saya akan berusaha semaksimal mungkin Tuan,” jawab Dimas.Setelah itu, Dimas pun masuk ke dalam rumah, menyelidik suasana rumah. Tampak Tiara dengan pintu
Mobil yang membawa Elena, Tiara dan Herlambang pun sampai di rumah Herlambang. Dan Tiara yang berjanji akan mempertemukan Elena dan Sakti meminta Elena untuk masuk ke kamar Sakti yang telah di dekorasi dengan warna biru. Dan Elena pun masuk ke dalam rumah itu dan mendapati Sakti bersama seorang pengasuh bayi.Melihat kedatangan Elena di kamar itu, Sakti yang telah mengenali Elena pun menangis dan minta di gendongnya seraya menangis. Lalu, Elena pun menggendong balita imut itu dengan perasaan bahagia dan terharu, karena Sakti sangat merindukan kehadiran Elena.Lalu, Elena pun bercengkerama dengan Sakti di saat Tiara tengah mempersiapkan makan siang untuk mereka.Herlambang yang tahu Elena berada di kamar Sakti, akhirnya berjalan ke kamar itu. Sesampai di kamar itu, Herlambang pun duduk pada sofa, sedangkan Elena tengah duduk di lantai yang telah di lapisi permadani. Memandang kehadiran Herlambang, Elena menoleh ke arahnya dan bermain kembali dengan Sakti.Di saat itu, Herlambang pun m
Erlangga, Alexander dan Bella yang tiba dari bandara tepat pukul sembilan pagi langsung menuju Rumah Sakit untuk ikut bersama TPU. Erlangga ikut bersama Bella yang dijemput oleh sopir pribadi dari keluarga Bella, sedangkan Alexander di jemput oleh Ermitha dengan tujuan yang sama menuju Rumah Sakit tempat kelima jenazah dari keluarga Jamila usai diautopsi dan usai di sholati oleh keluarga besar dari suami Jamila, keluarga Elena serta beberapa tetangga dari pemukiman kumuh, merasa kehilangan atas kelima tetangga mereka yang dikenal suka menolong.Mobil yang membawa Alexander, Ermitha, Bella dan Erlangga sampai di Rumah Sakit. Lalu, mereka pun keluar dari mobil yang membawa mereka. Terlihat, Erlangga menggandeng mesra tangan Bella berjalan menuju ruang pemulasan jenazah dan bertemu Jamila yang masih dalam kondisi terpukul dengan kedua mata sembab.“Mila.., gue ikut berduka atas musibah ini. Gue yakin Allah punya rencana besar buat elo. Yakin aja setiap musibah dan duka ada hal yang aka
Kebakaran yang terjadi di gang sempit di lingkungan kumuh tempat tinggal Jamila dan Elena kini tinggal debu. Puing-puing arang berwarna hitam menjadi pemandangan memilukan di area sepanjang gang sempit kumuh tersebut. Pabrik kulit terbesar di Jakarta itu terbakar. Dilingkungan kumuh itu tercatat, ada 5 orang tewas mengenaskan terpanggang di dalam rumahnya. Kelima orang yang tewas dalam kebakaran tersebut adalah keluarga Jamila. Yang terdiri dari Ayah, Ibu serta ketiga adiknya. Elena dan Herlina yang ke lokasi usai membawa Jamila ke Rumah Sakit, melihat rumah peninggalan Papanya Elena pun tinggal debu. Banyak penghuni dilingkungan kumuh itu menangisi kehilangan harta bendanya. Terlebih Jamila yang kehilangan anggota keluarga dan harta bendanya.“Maaa.., akhirnya rumah kesayangan Papa jadi debu.., apa masih boleh kita bangun lagi rumah disini?” isak Elena yang melihat tembok pada rumah peninggalan Sentana tinggal setengah. Yang tampak dalam pemandangan yang ada hanya hamparan puing-p
Elena yang tidak menyangka atas syarat yang dilakukan pada dirinya membuatnya menangis tersedu-sedu. Jamila yang mendengar syarat dari Erlangga, langsung menghubungi lelaki tampan itu lagi, namun tidak sekali pun panggilan Jamila dijawab olehnya. “Lena.., gue sih yakin.., Erlangga cuma gertak elo aja. Seingat gue sih.., Er di Perth nggak deket sama siapa pun. Masa sih elo kagak percaya sama laki elo sendiri. Udah elo tenang aja. Pikirin Er junior.., kasian itu bayi dalam kandungan elo, pasti bawaan si bayi kali.., bokapnya jadi seperti itu,” ungkap Jamila. “Tapi kan nggak usah pakai minta izin gue untuk kawin lagi. Er sengaja mau nyakitin hati gue. Emang sih gue salah. Tapi, semua itu gara-gara nyokap nya juga. Mila, ambil lagi aja Sakti, gue kagak mau kalau sampai Er kawin lagi. Buat apa coba? Mending kagak kenal dari awal sama Er dan keluarganya!” sengit Elena mondar mandir di dalam kamarnya. “Lena, kenapa sih sekarang ini gue liat elo beda sama waktu sekolah dulu. Kenapa sih, elo
Elena yang diminta oleh Herlina untuk menemui Tiara yang berada di ruang keluarga, dengan terpaksa ditemuinya usai selesai menidurkan Sakti. Di dampingi Jamila, Elena pun berjalan menemui Tiara yang kini terlihat seperti musuh mengibarkan bendera putihnya. “Ngapaen sih dia ke rumah lagi. Nyebelin banget,” bisik Elena saat berada di sisi Jamila. “Pastinya bukan berita baik,” ujar Jamila pelan. Setelah mereka duduk dalam satu meja, Tiara mulai menceritakan penyakit dan kesempatan hidupnya di dunia ini. Setelah itu, tanpa di sadari Tiara telah berada di hadapan Elena dan memeluk gadis cantik jelita itu. “Lena.., demi Allah dan atas nama putra pertamaku. Kalau aku tidak akan menyakiti Sakti. Aku akan perlakukan Sakti layaknya Mas Herlambang memperlakukan Erlangga,” isak tangis Tiara memecah ruang keluarga yang hening. Sejenak Elena terdiam, menatap raut wajah Jamila, lalu Elena pun bertanya, “Apa yang bisa saya lakukan, Tante?” “Berikan Sakti pada Mas Herlambang. Karena hanya Sakti k
Saat ini, Herlina, Elena dan Jamila berada di ruang keluarga. Mereka sedang membicarakan masalah Sakti yang diminta oleh keluarga Herlambang. Dan Herlina terlihat membujuk Elena untuk mau memberikan Sakti pada Herlambang.“Lena.., apa nggak sebaiknya kamu kasih aja Sakti ke keluarga Herlambang? Mama kasihan sama Pak Hermansyah dan Ibu Sitoresmi. Lagi pula mengurusi dua bayi sekaligus itu sangat sulit Lena. Apalagi kalau mereka berdua sakit. Juga besok atau lusa Sakti juga tahu siapa ibunya. Anak itu akan mencari ibunya,” nasihat Herlina pada putrinya.“Lena, coba kamu pikirkan lagi..., Mama liat Pak Herlambang serius mau ambil kamu jadi istri dan itu semua demi Sakti dan bayi yang ada dalam kandunganmu. Apa nggak sebaiknya kamu mau terima Pak Herlambang, Mama ikhlas Lena,” ungkap Herlina atas gambaran pikirannya, mengingat Erlangga tampak telah marah dan tak peduli pada Elena.“Maa.., Lena kasihan sama Erlangga. Sekarang ini dia udah nggak mau bicara pada tante Tiara dan putus hubu
Elena yang diminta oleh Herlina untuk menyiapkan teh untuk keempat tamunya pun berjalan ke dapur. Elena yang kini tengah hamil jalan tiga bulan, tidak seperti saat hamil Sakti yang sangat mual dan agak rewel masalah makanannya. Namun, untuk kehamilan saat ini, Elena nyaris tak pernah merasa mual dan lebih energik. “Silakan diminum,” Elena meletakan keempat gelas berisi teh dan dua gelas berisi air mineral. “Silakan Ibu, bapak semua,” Herlina menawarkan minuman. Wajah Tiara masih tegang saat memandang Elena, begitu juga dengan Sitoresmi dan Hermansyah. Namun tidak demikian dengan Herlambang. Ia justru memandangi Elena yang sama sekali tidak ingin melihat ke arahnya. Lalu, mereka berempat pun menikmati teh yang telah disuguhi Elena. “Maaf.., kalau boleh saya tahu.., apa ada hal yang sangat penting sehingga, Pak Hermansyah, Bu Sitoresmi dan Ibu Tiara ke rumah ini, pastinya ada hal yang penting,” tutur Herlina memandang pada keempat tamunya. Sejenak, baik Hermansyah, Sitoresmi bahkan
Herlambang dan keluarganya bertolak dari Perth ke Indonesia, usai Herlambang mengatakan niatnya untuk menjadikan Elena istrinya. Keberanian yang dilakukan oleh Herlambang bukannya tanpa ketakutan. Ia mengalami kestresan pula atas apa yang akan dikatakan kepada Herlina. Karena itu, sesampai di Bandara saat menunggu bagasi, Herlambang berulang kali menghubungi Elena, namun selalu di reject oleh Elena. Sampai akhirnya Herlambang mengirimkan pesan pada Elena.[Pesan keluar Herlambang : Sayang.., angkat teleponnya, aku mau bicara penting]Usai mengirimkan pesan pada Elena, Herlambang kembali menunggu bagasi atas kopernya dan koper keluarganya. Sepuluh menit berlalu, namun Elena tidak juga mengirimkan balasan atas pesan Herlambang.Setelah itu, kembali Herlambang menghubunginya. Walau nada telepon yang dihubungi nyambung, namun Elena sama sekali tidak menjawab panggilan Herlambang.Kemudian, Herlambang kembali mengirimkan pesan pada Elena, dengan memberitahukan kedatangan kedua orang tu
Sitoresmi dan Hermansyah akhirnya memutuskan untuk ke Indonesia bersama Tiara dan Herlambang. Selain ingin melihat darah daging dari anaknya Herlambang, Sitoresmi pun ingin menanyakan langsung pada Elena perihal keinginan Herlambang yang sudah dapat persetujuan dari Tiara. Walau sebenarnya Sitoresmi tidak tega melakukan hal itu pada Erlangga, namun saat mendengar kalau darah daging Herlambang saat ini dikuasai oleh Elena, membuat hatinya tergerak untuk memberikan perhatian pada Sakti, apalagi Sakti adalah keturunan tunggal dari keluarganya usai kedua anak lainnya tidak ingin memiliki anak.“Her.., Tia.., coba kalian bicarakan hal ini pada Erlangga. Ayah dan Ibu tetap tidak tega menyakiti hatinya. Walaupun Ayah, Ibu yakin Er akan lebih mudah dan cepat mencari pasangan baru. Tapi, bicaralah pada Erlangga,” pinta Hermansyah dan diiyakan oleh Sitoresmi.“Yah.., kemarin itu Tia dan saya ke rumah mamanya Elena. Dan Elena ngomong sama Tia.., kalau Erlangga ingin Elena memilih antara Er ata