Calvin nampak muram. Awan gelap menyelimutinya. Ia kembali dengan perasaan marah. Proposal yang ia tawarkan pada Mr. Hailey tidak diterima. Mr. Hailey bahkan menghinanya dengan kata-kata sarkas.
Hanya ini yang bisa kau tawarkan untukku? Ckck, kau hanya membuang waktuku.
Calvin telah membuat proposal itu sendiri agar ia bisa memuaskan Mr. Hailey, tapi siapa yang sangka bahwa proposalnya akan ditolak mentah-mentah. Ketika ia ingin menawarkan kesepakatan lain, Mr. Hailey sudah tidak ingin mendengar. Mr. Hailey memang sangat sulit didekati, jika ia berkata 'tidak' maka tidak akan ada yang bisa mengubahnya.
"Kau sudah kembali?" Briella menyambut Calvin. Ia bersiap untuk mengadukan sikap kasar Kenneth padanya.
"Aku sedang lelah. Kita bicara lagi nanti." Calvin melewati Briella begitu saja. Suasana hatinya sedang sangat buruk, ia butuh waktu untuk sedikit menenangkan diri.
Briella terce
Delillah menghubungi Calvin, meminta izin agar Meisie menginap di rumahnya. Delillah dan Moreno membenci Briella, tapi tidak dengan Meisie. Mereka menerima Meisie tanpa mau menerima Briella. Bagi mereka ibu Meisie hanya satu, Aletta.Calvin mengizinkan Meisie menginap di sana, tapi ia tidak mengirim Meisie sendirian melainkan bersama dengan Qyra.Dan sekarang, Meisie serta Qyra sudah berada di kediaman orangtua Calvin.Qyra sangat akrab dengan kediaman itu. Selama dua tahun ia tinggal di sana sebelum akhirnya pindah dan hidup mandiri di kediamannya dan Calvin.Dahulu ia pikir rumah orangtua Calvin adalah rumah hangat kedua setelah rumahnya, orangtua Calvin begitu menyayanginya. Namun, apa yang pikir dahulu ternyata salah. Orangtua Calvin sama saja seperti Calvin. Mereka menyimpan rahasia, menutup rapat perselingkuhan Briella dan Calvin. Membiarkan ia menjadi manusia paling bodoh yang tak tahu apa-apa
Satu minggu sudah Qyra berada di kediaman orangtua Calvin. Tidak ada banyak hal yang bisa ia lakukan di sana selain menjaga Meisie.Orangtua Calvin memperlakukannya dengan baik, tapi Qyra tidak tersentuh sama sekali. Ia terus berpikir bahwa orangtua Calvin sangat munafik. Ia pernah diperlakukan seperti itu, dan ternyata semua palsu.Saat ini Qyra tengah menemani Delillah memasak di dapur, sedang Meisie, ia bermain dengan Moreno."Kau suka memasak?" tanya Delillah sembari mengaduk adonan untuk membuat roti.Qyra yang dulu sangat suka memasak, itu demi Calvin. Ia bahkan menulis menu masakannya sendiri. "Tidak terlalu," balas Qyra. Saat ini bukan orang yang sama lagi. Ia juga tidak menyukai apapun yang ia lakukan demi Calvin."Benarkah? Aku pikir kau sangat suka memasak. Masakanmu rasanya sangat enak."Qyra tersenyum pahit. "Anda terlalu memuji, Ny
Qyra merasa haus di tengah malam. Ia keluar dari kamar dan melangkah menuju ke lemari pendingin. Qyra menggerakan tangan kanannya, ia meringis karena bahunya terasa sakit.Kemudian ia mengambil air dengan tangan kirinya."Perlu bantuan, Qyra?" Kenneth mengejutkan Qyra. Sejak tadi ia ada di mini bar, menikmati wine dalam kesendirian.Melihat Qyra, Kenneth tersenyum tipis. Inilah saatnya mendekati Qyra. Ia yakin Qyra akan semakin tidak menyukainya."Biar aku bantu." Kenneth membuka tutup kemasan air mineral, kemudian memberinya pada Qyra.Qyra tidak membutuhkan bantuan siapapun. Ia meletakan kembali minuman yang dibuka Kenneth, lalu mengambil kemasan lain. Ia memaksa menggunakan tangan kanannya. Meksi sakit ia tetap menahannya. Itu lebih baik daripada menerima bantuan Kenneth.Qyra pergi begitu saja setelah minum. Ia menganggap seolah Kenneth tidak ada di sana.
"Awas!" Qyra berteriak nyaring. Ia segera memeluk melindungi Meisie yang duduk di pangkuannya.Ken menginjak pedal gasnya, membanting stirnya ke arah kanan. Decitan nyaring, asap terlihat karena gesekan ban dan aspal jalanan. Bersamaan dengan itu dua mobil saling bertabrakan. Salah satu mobil teeseret beberapa meter oleh truk trailer, sedang mobil lainnya terbalik.Mobil Kenneth berhasil dikendalikan. Wajah Qyra dan Meisie terlihat pucat. Qyra merasa de javu. Ia seperti pernah mengalami hal ini. Detik selanjutnya Qyra menyadari bahwa itu adalah ingatan pemilik tubuh sebelumnya.Kenneth melihat ke arah Meisie. "Sayang, kau baik-baik saja?" Ia menatap Meisie cemas.Meisie masih merasa shock, ia tidak menjawab pertanyaan pamannya."Meisie?" Kenneth bersuara lagi.Qyra menjawab Kenneth. "Meisie baik-baik saja. Dia hanya terkejut.""Tenangkan
"Qyra, bisa bantu aku antarkan ini ke kamar Kenneth?" Delillah mengangkat nampan berisi sarapan untuk putra bungsunya.Qyra mengernyitkan keningnya. Kenapa harus dia? Rumah ini memiliki banyak pelayan."Para pelayan sedang sibuk bekerja. Kenneth sudah melewatkan satu jam waktu sarapannya. Dan aku masih memiliki kue yang harus aku buat." Delillah memelas. Ini hanya akal-akalannya saja. Ia sengaja membuat para pelayan sibuk agar bisa mendekatkan Kenneth dan Qyra."Baik, Nyonya." Qyra segera mengambil nampan itu dan pergi. Ia tidak melihat sama sekali bagaimana Delillah tersenyum penuh arti."Kau harus jadi menantuku." Delillah mengepalkan tangannya antusias.Qyra mengetuk pintu kamar Ken. Ia berniat untuk pergi setelah mengetuk 3 kali. Saat ia hendak membalikan tubuhnya, pintu sedikit terbuka.Mata Qyra menangkap sosok Ken yang bertelanjang dada. Pria itu berku
"Oh, jadi ini kesibukanmu?" Mata Briella menatap Calvin tajam. Kemudian beralih pada Qyra yang tidak peduli sama sekali pada kedatangan Briella."Jangan mulai, Briella." Calvin memperingati Briella serius.Briella tidak terima. Ia melangkah ke arah Qyra. Meraih cup minuman di meja lalu menyiramkannya ke wajah Qyra."Briella!" Calvin berdiri dari sofa, kilat kemarahan terlihat jelas di matanya."Apa?! Kenapa?!" Briella balik menyalak. "Kau tidak terima aku menyakiti dia, hah!" Briella menunjuk ke Qyra yang saat ini sedang membersihkan wajahnya dengan tangan.Qyra hanya diam, ia harus berakting dengan baik agar Briella semakin meledak-ledak. Ia menjadi sosok yang lemah, yang butuh perlindungan."Kau mulai tertarik pada pelayan sialan ini!" Briella makin tak terkendali."Apa yang ada di otakmu hanya itu?!" sergah Calvin. "Lebih baik kau perg
Angin malam menyapa wajah Qyra. Saat ini ia tengah berdiri di balkon kediaman keluarga Calvin. Dahulu ia sering menghabiskan malamnya di tempat ini. Menikmati keindahan langit luas bertabur bintang.Namun, kali ini berbeda. Qyra tidak sedang menikmati keindahan malam, melainkan menikmati kesunyian. Angin memeluk dirinya, membungkus jiwanya yang telah mati oleh kebusukan Calvin dan Briella. Membekukan hatinya yang telah sirna karena pengkhianatan.Malam ini adalah permulaan penderitaan Briella untuk sisa waktu hidup Briella. Sebuah pembalasan yang bahkan lebih buruk dari kematian.Beberapa hari lalu, ketika Qyra menyusul Ken di rumah sakit, ia bertemu dengan seorang pria yang terkena penyakit HIV/AIDS, pria yang saat ini mungkin tengah menikmati tubuh indah Briella, dan membagikan virus itu pada penyihir licik ituKejam? Qyra memang sudah menjadi seperti itu sejak Calvin dan Briella membunuhnya.
Briella mendatangi kediaman Calvin, kali ini ia datang bukan untuk mencari keributan melainkan untuk meminta maaf pada Calvin. Ia harus mengalah untuk menang."Sayang." Briella masuk ke dalam kamar yang biasa ia tempati bersama Calvin. Kamar yang dahulunya juga dihuni oleh Aletta.Calvin yang baru saja selesai mandi melihat ke arah Briella. Melihat dari nada bicara Briella, Calvin bisa menilai bahwa Briella sudah tenang."Ada apa?" Calvin bertanya datar.Briella memeluk Calvin. Ia mendongak dan menatap mata Calvin. "Maafkan aku. Kemarin aku melakukan kesalahan. Aku cemburu buta, aku menuduhmu macam-macam. Aku sungguh menyesal.""Baguslah jika kau tahu kesalahanmu." Calvin melepaskan pelukan Briella. Ia melangkah menuju ke walk in closed, memilih sendiri pakaian yang akan ia pakai untuk bekerja."Kau mau memaafkanku, kan?" Briella mengekori Calvin. Ia te
Palu telah diketuk. Calvin mendapatkan hukuman berlapis atas kejahatan yang sudah Calvin lakukan. Pembunuhan terhadap Aletta, pembunuhan terhadap Leon, dan percobaan pembunuhan terhadap Qyra, membuatnya mendapatkan hukuman seumur hidup.Delillah yang menghadiri persidangan itu tidak kuasa menahan tangis. Ia tidak menyangka bahwa putra yang selalu ia banggakan telah melakukan kejahatan yang tidak termaafkan. Delillah begitu kecewa terhadap Calvin, tapi mau bagaimanapun Calvin adalah putranya. Ia tidak akan meninggalkan putranya sendirian.Berbeda dengan Moreno yang tidak mau menganggap Calvin sebagai anaknya lagi. Kenyataan bahwa Calvin telah membunuh Aletta begitu menghantam Moreno. Ia tidak pernah berpikir bahwa perjodohan yang ia lakukan membawa petaka. Ia tidak pernah berpikir bahwa anaknya akan begitu tega pada Aletta. Moreno merasa sangat bersalah, ini semua terjadi karena dirinya.Kenneth juga berada di sana, tatapan matanya ber
Calvin mengepalkan kedua tangannya. Ia menerima laporan dari Arion bahwa saat ini Qyra tengah bersama Kenneth.Ia tidak habis pikir bagaimana bisa adiknya masih bersama dengan wanita yang sudah menghancurkan keluarga mereka.Apakah rasa suka Kenneth pada Qyra telah membutakan mata Kenneth? Kenneth bahkan tidak memikirkan bagaimana nasib keluarganya.Tidak tahukah Kenneth bahwa Qyra merupakan wanita berbisa yang tidak pantas sama sekali bersama Ken. Atau jangan-jangan Kenneth menutup mata atas perbuatan Qyra padanya. Calvin tersenyum pahit, bukankah Kenneth sangat kejam padanya?Ckck, Calvin berdecak kesal. Ia tidak akan membiarkan semua berjalan seperti ini."Dapatkan Qyra bagaimanapun caranya!" perintah Calvin pada Arion. Ia tidak peduli jika nanti Kenneth akan menghajarnya lagi. Yang terpenting baginya saat ini adalah mendapatkan Qyra agar tak ada orang lain yang tahu per
Qyra kembali ke kediaman Kenneth setelah menyaksikan bagaimana hancurnya Briella. Setelah ini Briella tak akan bisa lagi bersikap angkuh. Ia yakin Briella akan jijik pada dirinya sendiri.Keempat pria yang menggilir Briella positif mengidap HIV/AIDS, Qyra sengaja meminta pria yang sudah positif mengidap penyakit itu karena jika ia menggunakan pria sehat maka pria-pria itu akan tertular virus HIV yang sudah ada di tubuh Briella sebelumnya. Qyra tidak ingin membahayakan orang yang sudah bekerja sama dengannya.Kenneth melihat ke arah Qyra yang baru saja datang. Ia mengetahui apa yang dilakukan oleh Qyra pada Briella. Ken memerintahkan Dave untuk mengikuti Qyra. Ia melakukannya semata-mata demi menjaga Qyra.Ken tidak menyalahkan Qyra atas kekejaman Qyra pada Briella. Wanita itu memang pantas mendapatkannya atas perbuatannya pada Qyra."Apa yang kau inginkan dariku?" Qyra bertanya tanpa berbasa-ba
Briella tersadar dengan kepala yang terasa sakit. Ia membuka matanya dan menyadari bahwa ia berada di tempat yang sama sekali tidak ia kenali."Di mana aku?" Briella memegangi kepalanya yang sakit dengan wajah bingung.Ia bangkit dari ranjang, bergerak menuju ke pintu kamar itu, mencoba membukanya, tapi tidak berhasil. Pintu itu terkunci."Siapapun di luar, buka pintunya!" Briella menggedor pintu dengan tenaganya yang belum terkumpul.Berkali-kali Briella menggedor, tapi tidak ada yang membukakan pintu untuknya. Briella kembali mengingat kejadian semalam, mungkinkah pria yang bersamanya yang sudah membawanya ke tempat ini?Briella mulai merasa ada yang aneh. Semalam ia tidak terlalu banyak minum, dan seharusnya ia tidak akan mabuk hanya dengan beberapa teguk alkohol. Mungkinkah seseorang mencampur sesuatu ke dalam minumannya? Otak Briella bekerja dengan cepat.
Setelah penolakan kejam Calvin, Briella melampiaskan emosinya dengan bersenang-senang. Ia tidak ingin menjadi wanita idiot yang terpuruk karena dicampakan oleh Calvin.Briella yakin ia bisa mendapatkan pria yang jauh lebih baik dari Calvin. Sudah cukup ia menerima Calvin melukai harga dirinya. Memangnya siapa Calvin sekarang? Pria itu tidak sehebat dulu lagi. Calvin sudah kehilangan segalanya. Memang sudah seharusnya ia meninggalkan Calvin. Untuk apa mengharapkam pria yang sudah tidak punya apa-apa lagi.Briella tidak akan membuang waktunya dengan hidup sengsara bersama Calvin."Hai, boleh aku temani?" Seorang pria tampan dengan pakaian edisi terbatas menyapa Briella dengan ramah."Silahkan." Briella membalas dengan senyuman menawan. Malam ini ia butuh teman melepaskan penat, dan sepertinya pria di sampingnya cocok menjadi temannya."Berdansa denganku?" Pria itu mengulurkan tanga
Ken akhirnya menyelesaikan tugasnya sebagai seorang dokter dengan susah payah. Ia tidak tahu bahwa menahan hasrat jauh lebih menyulitkan dari menghapal buku-buku kedokteran.Sial! Ken bahkan lebih memilih membaca puluhan buku daripada menahan sesak di celananya."Sudah selesai." Ken berdiri dengan cepat. Ia harus segera menjauh dari Qyra agar ia tidak jadi predator ganas yang menerkam mangsa lemah."Istirahatlah." Ken berbalik dan pergi.Qyra mengenakan kembali pakaiannya. Setelah itu ia terjebak dalam rasa sakit dan kemarahan saat mengingat kejadian di gudang. Bukan tentang penyiksaan yang Calvin lakukan padanya, tapi tentang Leon yang tewas mengenaskan karena melakukan pekerjaan darinya.Dada Qyra terasa sangat sesak. Ia telah menyeret teman-temannya mendekat pada kematian. Qyra sangat menyesal, ia merasa bahwa kematian teman-temannya disebabkan oleh dirinya.Air mata Qy
Setelah karirnya hancur, Briella tidak memiliki banyak kegiatan. Ia menghabiskan waktunya dengan mengurung diri di kediamannya. Briella seperti kehilangan hidupnya. Cacian dan makian yang dilayangkan orang-orang padanya membuatnya merasa harga dirinya telah lenyap."Apa yang salah denganmu, Briella?" Kimmy duduk di kursi sebelah putrinya.Briella tak menanggapi ucapan ibunya. Ia hanya menyesap wine yang ada di tangannya."Hidupmu masih harus berjalan, Briella. Karirmu hancur bukan berarti hidupmu juga hancur." Kimmy menasehati putrinya. Saat ini ia kembali mengambil peran sebagai ibu Briella.Briella tersenyum kecut. Ia tidak memiliki sedikitpun kebanggaan lagi dalam hidupnya. Dunia telah mencatatnya sebagai penggoda suami orang. Gambaran dirinya yang selalu terlihat seperti malaikat kini berganti menjadi iblis betina yang licik dan tak tahu malu. Briella bahkan ingin sekali menenggelamkan diri
Qyra menangis dalam tidurnya. Alam bawah sadarnya membawa ia kembali ke hari di mana ia ditenggelamkan ke laut oleh Calvin.Tubuh Qyra berkeringat dingin. Napasnya tercekat seolah saat ini ia berada di dalam air."Tolong! Tolong aku!" Qyra berteriak putus asa. Air matanya mengalir makin deras.Suara Qyra membuat Kenneth yang berada di dalam kamar itu mendekat ke arahnya."Mama, Papa, tolong Aletta. Aletta tidak bisa bernapas. Tolong Aletta."Ken mematung. Apakah baru saja ia mendengar Qyra menyebut dirinya sebagai Aletta?Ia kembali menghadapi sesuatu yang tidak bisa diterima oleh akal sehatnya. Beberapa hari lalu ia meyakinkan dirinya bahwa Qyra hanyalah peniru Aletta, tapi hari ini Qyra menyebut dirinya sebagai Aletta. Kegilaan macam apa yang sebenarnya terjadi saat ini?"Mama, Papa, Aletta tidak bisa berenang, tolong Aletta." Qyr
Lebam memenuhi tubuh Qyra. Kondisinya setelah disiksa oleh orang-orang Calvin sungguh mengerikan. Sekujur tubuh Qyra terasa sakit, tapi Qyra telah mati rasa. Siksaan dari Calvin tidak membuatnya menunjukan kelemahannya. Qyra tidak akan membiarkan Calvin merasa puas.Bahkan jika ia harus mati hari ini, ia tidak akan membiarkan Calvin melihat air matanya. Ia bahkan tak akan memohon pada Calvin untuk sebuah pengampunan.Kebencian dan kemarahan membuat Qyra seperti tak mengenal rasa sakit. Ia menjadikan dendam yang ia miliki sebagai pegangan untuk bertahan dari siksaan Calvin.Apa yang Qyra lakukan membuat Calvin merasa kesal. Ia berharap Qyra akan menangis meraung meminta pengampunan. Akan tetapi, yang terjadi Qyra hanya diam. Bahkan mendengar jeritan Qyra merupakan hal yang mustahil.Calvin terpacu, ia memerintahkan Arion untuk menyiksa Qyra lebih menyakitkan. Namun, sekali lagi, Qyra tidak memberikan