Catatan kecil yang harus Wijaya ingat adalah Tania menginginkan memiliki anak dengan dirinya dan itu artinya harus memiliki pesawat pribadi, hal yang tidak pernah dilakukannya selama ini karena pastinya perawatan yang sangat mahal tapi demi Tania akan diwujudkan olehnya.
“Aku bercanda nanti kamu benaran beli pesawat pribadi, lagian kalau memang memiliki anak aku nggak mau mereka menjadi manja dengan semua uang kamu.” Tania membuka suara sambil menatap Wijaya dalam.
Mereka kembali ke kursi dengan duduk saling berhadapan, Tania kelaparan dan minta dibuatkan makanan yang tersedia di pesawat. Wijaya hanya diam memandang apa yang wanita itu lakukan, setiap gerakan Tania tidak lepas dari pengamatannya.
“Kenapa lihat aku seperti itu?” tanya Tania dengan mengangkat alisnya.
“Cantik.” Satu kata yang Wijaya katakan dapat membuat pipi Tania memerah dan dirinya semakin menyukainya.
“Sejak kapan kamu mencintaiku?”
Sentuhan Tania membuat Wijaya memejamkan matanya, miliknya seakan ingin dipuaskan kembali dan tidak bisa hanya satu kali permainan. Tatapan Tania yang penuh gairah membuat Wijaya semangat melakukannya dengan miliknya keluar masuk dalam milik Tania, desahan-desahan kecil membuat gerakan Wijaya semakin cepat juga kasar.“Lebih cepat lagi...” Tania mengeluarkan suara desahannya membuat Wijaya semakin mempercepat gerakannya didalam milik Tania disertai remasan pada bukit kembarnya.“Kamu suka, Sayang?” Wijaya membelai lembut rambut Tania yang hanya mengangguk sambil memejamkan matanya “Aku mencintaimu dan nggak akan aku biarkan mereka menyakiti kamu lagi.”Gerakan Wijaya semakin cepat sehingga Tania mengangkat tubuhnya tanda mencapai klimaks, membuat Wijaya melumat bibirnya lembut dan gerakan dibawah semakin cepat dan keras tidak memberikan waktu istirahat pada Tania karena Wijaya belum mencapai klimaksnya. Tania mendorong tubuh W
Meremas tangannya saat mendengar laporan yang diberikan Muklis mengenai perkembangan masalah Tania, keinginan Tania yang tidak ingin memperpanjang membuat Wijaya dilema dimana mereka tidak peduli dengan semua yang terjadi pada Tania.“Tuntut malpraktek karena memberikan obat seperti itu.” Wijaya mengatakan dengan menahan emosinya.[Semua nggak bisa kalau yang bersangkutan tidak melakukannya]Menutup pembicaraannya dengan Muklis yang semakin membuat Wijaya kesal, memukul mejanya dengan sangat keras sambil menggenggam tangannya sampai memutih.“SIAL! Bagaimana bisa aku membujuk Tania membuat laporan itu.” Mengusap wajahnya dengan frustasi “Tania nggak akan mau memperpanjang masalah ini dan aku sudah berjanji akan mengikuti permintaannya.”TOK TOKMenatap pintu yang diketuk dari luar membuat Wijaya sadar siapa yang sedang melakukannya, menarik dan menghembuskan nafas panjang sebelum membukanya. Wijaya akan menc
“Obat ini memang benar untuk mencegah kehamilan dan apabila di konsumsi dalam waktu panjang bisa membuat rahim kering sehingga akibatnya tidak memiliki anak.” Dokter kandungan menjelaskan dengan detail “Apa anda tidak tahu? Ini bisa dilaporkan sebagai malpraktek kalau kalian tidak tahu.”Wijaya menatap Tania yang hanya diam dan masih terkejut dengan kenyataan yang ada, perasaan Tania saat ini tidak bisa dibacanya sama sekali. Mencoba membicarakan hal lain termasuk dengan program kehamilan untuk Tania agar mereka segera memiliki anak, mengganti obat yang diberikan oleh dokter sebelumnya yang Wijaya tunjukkan.“Benar ini vitamin untuk menyuburkan meskipun rahimnya tidak ada masalah hanya saja untuk menormalkan kembali dibutuhkan vitamin, satu lagi sering-sering berhubungan intim agar rahimnya bisa kembali semula, untung anda berdua mengetahui lebih cepat jika tidak dampaknya akan sangat luar biasa buat rahimnya karena kemungkinan terburuk ad
Tania, nama wanita yang Wijaya sukai sejak menjemput anak-anaknya sekolah di bangku putih abu-abu. Saat ini berada dihadapannya sedang menungging dengan milik Wijaya keluar masuk didalam miliknya, suara erangan terdengar beberapa jam yang lalu dengan tangan Wijaya di bukit kembar milik Tania.“Kamu suka, Sayang?” tanya Wijaya yang diangguki Tania.Menundukkan wajahnya dengan mencium punggung Tania, jemari Wijaya selain berada di bukit kembarnya juga memainkan milik Tania yang dimasukinnya. Tania bergerak semakin tidak menentu membuat Wijaya sangat yakin jika akan mencapai klimaks tidak lama kemudian, itu membuat gerakan Wijaya semakin cepat agar bisa bersama melakukan pelepasannya.“Kita keluar bersama, Sayang.”Tepat saat Wijaya mengatakan itu mereka berdua mencapai klimaksnya secara bersamaan dengan Wijaya mendorongnya semakin dalam, sambil berdoa dan berharap akan menghasilkan hasil cinta mereka yang lucu. Melepaskan penyatuan m
Suara erangan terdengar dalam kamar mandi dengan posisi Tania berada diatas tubuh Wijaya dalam bathtube, mereka berdua tadi berendam dengan berbicara satu sama lain sampai akhirnya Tania menggoda Wijaya yang pastinya tidak akan menolak dengan apa yang Tania lakukan.“Kamu luar biasa, Sayang.” Wijaya mengatakan dengan melumat salah satu bukit kembar milik Tania dengan tangannya yang lain meremasnya.Gerakan Tania yang berada diatasnya semakin membuat milik Wijaya didalam tidak bisa menahan diri, tidak lama kemudian mereka mencapai klimaks secara bersamaan membuat Tania semakin menurunkan tubuhnya yang langsung dipegang Wijaya agar semakin dalam miliknya masuk dalam rahim agar mereka segera memiliki anak.“Kamu tidak merencanakan sesuatu untuk merusak karir yang dibangun oleh dia kan?” tanya Tania setelah melepaskan penyatuan mereka membuat Wijaya mengerutkan keningnya “Aku bukan memiliki perasaan sama dia tapi aku nggak mau kamu meng
Wijaya menghembuskan nafas panjang saat Bima memberikan kabar yang baginya sangat mendadak seperti ini, tidak tahu harus bersikap seperti apa karena dirinya sangat tahu bagaimana perasaan Tania pada Yudi begitu juga sebaliknya. Yudi meskipun bajingan sekalipun dengan menjual Tania seperti itu, setidaknya mereka berdua saling mencintai dan menghilangkan perasaan cinta tidak semudah mengembalikan telapak tangan. “Pak, kita tidak bisa melakukan secara langsung bersama-sama karena memang programnya tidak memadai. Kita hanya bisa melakukan dengan satu orang yang berarti bergantian berbicara dengan anda.” Bima menjelaskan yang hanya diangguki Wijaya. Orang pertama yang terhubung adalah Muklis, membahas tentang perceraian Tania yang akan berjalan tidak lama lagi. Wijaya mengeluarkan banyak biaya agar perceraian itu segera terjadi dan secara mengejutkan Yudi tidak menolak sama sekali, tandanya perasaan cinta Yudi pada Tania kalah dengan uang. [Semua berjalan dengan s
“Kamu memberikan aku ijin bertemu dengan Yudi?” tanya Tania memastikan yang dijawab anggukan kepala oleh Wijaya.Wijaya masih dapat melihat tatapan tidak percaya yang Tania berikan saat ini pada dirinya setelah mengatakan hal itu, hal yang membuat dirinya kesal dan tidak semangat dan memang tatapan Tania lebih pada meyakinkan apa yang di dengarnya dan juga reaksi Wijaya.“Kamu yakin?” tanya Tania sekali lagi.“Aku harus menjawab berapa kali?” Wijaya memutar bola matanya malas “Kamu ketemu sama dia makan siang.”“Jadi ini kejutan yang kamu katakan?” tanya Tania memberikan tatapan menyelidik “Kamu nggak lagi merencanakan sesuatu kan?”Menghembuskan nafas panjang mendengar pertanyaan yang dari tadi Tania berikan dan membuat Tari menahan senyum, Wijaya menarik Tania untuk duduk di pangkuannya yang hampir membuatnya teriak.“Baiklah, bagaimana kalau tidak gratis?”
“Dia Rifat, salah satu pegawai kita dan seniornya Tari.” Lila memperkenalkan Rifat membuat Wijaya menatap dalam di kedua matanya.Wijaya bisa melihat bagaimana kepribadian pria muda yang ada dihadapannya, memiliki usia yang tidak beda jauh dengan anak-anaknya termasuk Tania. Membaca berkas lamaran yang ada di tangannya dengan menatap pria muda yang ada dihadapannya berkali-kali, menganggukkan kepala dengan mengalihkan pandangan kearah Lila yang langsung mengerti maksud dari kode yang diberikan.“Baik, Pak Rifat silakan ikut saya ke ruangan.” Lila mengajak Rifat keluar dari ruangan dengan Wijaya menatap kearahnya.Tidak melepaskan tatapan pada Rifat yang membuat Wijaya banyak berpikir mengenai posisi tepat untuknya, menatap Bima yang hanya diam dimana tatapan matanya tampak lelah membuat Wijaya tersenyum kecil.“Apa Via tidak memuaskan?” tembak Wijaya membuat Bima terkejut “Rifat akan menjadi saingan kamu dalam men
“Dalam...lebih keras.” Suara erangan Tania membuat Wijaya semakin dalam dan kasar memasukkan adiknya kedalam rumah, tangan Wijaya tidak tinggal diam dengan meremas bukit kembar milik Tania yang membuatnya semakin semangat bermain didalam sana. Kehamilan Tania kedua ini membuatnya semakin menggairahkan dan Wijaya meminta mereka tidak menggunakan pakaian saat berada didalam kamar. “Aku mau keluar.” Tania membuka suaranya membuat Wijaya bergerak semakin cepat dan kasar sampai akhirnya mereka mencapai klimaks secara bersamaan. Wijaya semakin mendorong adiknya kedalam dengan beberapa kali cairannya keluar dalam jumlah yang banyak, membiarkan sesaat didalam sebelum akhirnya melepaskan penyatuan mereka. Tania mengambil posisi berjongkok membersihkan adik kecilnya dari cairan mereka berdua, tangannya hanya meremas rambut Tania perlahan sebelum akhirnya adik kecilnya benar-benar bersih. “Bagaimana kabar dia?” tanya Wijaya membelai perut Tania pelan. “S
Kabar yang mereka dapatkan membuat semua langsung menuju rumah sakit, perasaan tidak tenangnya benar-benar terbukti. Tania hanya bisa memeluk dan menepuk punggung Wijaya agar bisa tenang, tapi tidak berlangsung lama saat mendengar hal yang membuat Wijaya jatuh.“Aku malu sama Regan dan Mira nggak bisa menjaga putrinya dengan baik.” Wijaya menangis dipelukan Tania.Wijaya harus benar-benar kuat, Devan sendiri benar-benar tidak bisa menahan dirinya. Wijaya tahu apa yang Devan rasakan saat ini, hanya saja harus terlihat kuat depan mereka semua. Memasuki ruangan Via yang selalu menangis merasa bersalah dengan apa yang terjadi, Bima sendiri berada disamping Via tidak berhenti menenangkannya.“Mili sudah masuk penjara.” Nanda memberikan informasi yang hanya diangguki Wijaya “Pasalnya percobaan pembunuhan, hanya saja mereka menggunakan gangguan kejiwaan Mili dan kemungkinan akan dibebaskan.”“Bagaimana bisa?” Wijay
“Perasaanku semakin tidak tenang sama sekali.” Wijaya bergerak bolak balik membuat Tania dan Tari memutar bola matanya malas.“Mereka baik-baik saja, Pa.” Tari menenangkan Wijaya entah sudah ke berapa kali.“Mereka jadi balik?” tanya Wijaya kesekian kalinya yang diangguki Tania dan Tari kembali.“Nanda dan yang lain pasti menjaga Via.” Tania menenangkan perasaan Wijaya.“Aku mungkin terlalu berlebihan.”Wijaya menyandarkan dirinya di sofa dengan Tania yang berada disampingnya dan Tari dihadapannya yang masih sibuk dengan laptopnya. Wijaya tahu bahkan sangat tahu jika perasaannya tidak pernah salah, wanita seperti Mili akan bisa melakukan segala macam cara licik untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.Pengawal yang diminta menjaga keluarganya atau mereka yang menyelidiki Mili tidak memberikan informasi apapun dan itu semua membuat Wijaya semakin merasa tidak tenang. Tep
Menghabiskan waktu di Bali semakin membuat perasaan tidak menentu sama sekali, permasalahan Via belum selesai sama sekali membuat pikirannya menjadi tidak tenang. Ditambah kehamilan Tina yang berada jauh disana juga menjadi beban pikiran Wijaya, Tania berkali-kali mengatakan jika semuanya baik-baik saja tetap tidak membuat semua menjadi tenang.“Mereka ada di Singapore jadi tenang saja, Nanda juga mengecek semuanya. Mili nggak mungkin berbuat aneh-aneh sama Tina, dendam Mili hanya pada Via.” Tania mengatakan itu berulang kali.“Keputusanku tidak salah, kan?” Wijaya menatap Tania meminta persetujuan yang diangguki pelan “Aku meminta mereka mengurus Singapore, Vian sendiri sudah harus memperbaiki yang ada disini.”“Kamu mau memikirkan mereka atau menikmati malam indah kita?” Tania membelai wajah Wijaya pelan dengan mencium bibirnya penuh gairah.Sentuhan Tania membuat Wijaya tidak bisa menahan diri dengan mena
“Kenapa?” tanya Tania saat duduk disamping Wijaya setelah meletakkan minuman “Ada yang mengganggu pikiran kamu?”Wijaya tersenyum dengan menggelengkan kepala, menarik Tania agar duduk dipangkuannya tidak lupa membelai perutnya yang mulai membesar. Wijaya tidak pernah melakukan hal kecil seperti ini pada Vita sebelumnya dan tentu saja Helena, hanya Tania yang mendapatkan perlakuan special dari dirinya.“Memang memikirkan apa? Masalah Via?” Tania membelai wajah Wijaya perlahan yang hanya dijawab dengan gelengan kepala “Lalu?”“Kalau aku meninggal terlebih dahulu apa kamu akan menikah?” pertanyaan Wijaya membuat Tania mengerutkan keningnya “Aku cuman nggak mau kamu kesepian jadinya aku tanya hal ini.”Tania mengangkat bahu “Satu hal yang pasti kalau kamu meninggal terlebih dahulu jangan lupa wariskan semua harta kamu ke aku dan anak-anak kita bukan anak-anak kamu sama Vita.”
Melihat Tania marah adalah hal yang membuat Wijaya pusing, Tania bisa mendiamkannya selama berhati-hati, tidak tahu akan melakukan apa karena apapun yang dilakukannya tidak akan berdampak apapun.“Coba papa ingat-ingat melakukan kesalahan apa.” Tari berkata dengan santai.“Kalian tadi liatin papa itu kenapa sih?” tanya Wijaya penasaran membuat Tari mengangkat bahu.“Pa, sebenarnya kenapa papa bisa bertahan sama mama kalau nggak saling cinta?” Tari mencoba bertanya hal lain agar tidak perlu memikirkan masalah Tania saat ini.“Kalian yang buat kita bertahan.” Wijaya menatap Tari lembut “Kami dulu berjanji satu sama lain, meskipun kita menikah karena dijodohkan tapi kami ingin pernikahan yang normal pada umumnya.”“Papa bahagia sama mama?” tanya Tari penuh selidik.Wijaya tersenyum “Mama kamu adalah teman dan partner yang terbaik pernah ada.”“Papa
Bali adalah tempat untuk menenangkan diri yang terbaik, mengajak semua keluarga ke Bali setelah permasalahan yang dialami Bima dan Via. Kehamilan Tania sendiri berkembang dengan cepat membuat Wijaya harus ekstra hati-hati dalam mengambil keputusan, banyak hal yang menjadi pertimbangannya.“Kamu kapan lulus sih?” Wijaya menatap malas pada Tari.“Sidang aja belum bicara lulus.” Tari menjawab santai dengan mata tetap fokus pada laptop “Kita sampai kapan disini?”“Belum tahu, secara masih banyak yang harus diselesaikan.” Wijaya menjawab santai.“Papa juga kenapa kasih ijin Mbak Via nikah sama Mas Bima, Mas Rifat calon yang ok dibandingkan Mas Bima.” Tari mengalihkan pandangan kearah Wijaya yang menghembuskan nafas panjang.“Kamu tahu kan kalau papa sama mama nggak saling cinta, jadi papa nggak mau kakak kamu atau kamu mengalami hal yang sama kaya kita.” Wijaya menjelaskan pelan mem
“Jangan terlalu keras sama Via.” Tania membelai wajah Wijaya setelah melepaskan penyatuan mereka “Via sendiri belum berpengalaman.”“Andaikan dia menikah sama Rifat pasti semuanya nggak akan begini.” Wijaya mengusap wajah dengan kedua tangannya “Kurang apa sih memang Rifat?”“Cinta, Via nggak cinta sama Rifat.” Tania menjawab santai “Kamu mau mereka hidup tanpa cinta? Seperti kamu sama Vita dulu, lalu Via tetap melakukannya sama Bima.”Wijaya membenarkan perkataan Tania mengenai hal itu, tidak mungkin dirinya membuat sang anak hidup tanpa cinta. Wijaya tidak mau anak-anaknya merasakan apa yang dia rasakan, pengalaman dirinya dengan Vita adalah guru paling berharga.“Devan dan Tina saling cinta?” tanya Tania tiba-tiba yang membuat Wijaya bingung “Aku ngerasa mereka kaya saudara bukan pasangan suami istri, tapi pandanganku aja jadi jangan diambil hati.”Pe
“Kalian harus pergi dari rumah ini.” Muklis berkata dengan wajah seriusnya “Mili tidak terima mereka menikah.”Wijaya hanya diam memandang semua yang ada di ruangan, putrinya Via tampak frustasi dengan Tania dan Tina yang berada disampingnya. Mencoba untuk bersikap tenang dengan memandang Bima yang seakan tidak terpengaruh sama sekali dengan kata-kata yang Muklis katakan.“Kamu sudah menebak semua ini terjadi?” tembak Wijaya membuat suasana sunyi menatap kearah Wijaya dan Bima bergantian.Bima menghembuskan nafas kasar “Sedikitnya sudah, maaf tidak memberitahukan semuanya.”“Lalu apa rencana kamu?” Wijaya bertanya dengan menatap dalam pada Bima yang terdiam “Kalau menikah sama Via nggak ada rencana buat mengatasi ini buat apa?”“MAS! Kamu bisa nggak usah pakai emosi? Kasihan Via juga kalau begini dan seharusnya ini semua tugas kita bagaimanapun kita saudara yang harus sal