Mengalihkan perhatian dengan sesuatu hal lain karena semenjak kejadian dirinya mencium Vita sang istri bayang – bayang Tania yang sedang menatapnya tidak pernah hilang sama sekali, dirinya bodoh seharusnya tidak terbawa suasana sama sekali. Ketukan pintu membuat Wijaya menatap sang sumber dimana ada Muklis yang masuk dengan wajah pucatnya membuat Wijaya bersiap diri atas berita negatif, mendengar berita yang Muklis berikan dalam waktu singkat Wijaya langsung keluar ruangan dimana Lila berdiri untuk ikut dengannya yang hanya dijawab anggukan.
Berjalan tergesa menuju rumah sakit yang ramai dan menurut perawat jika mereka berada di dalam ruang operasi, sampai disana dengan pemandangan awal adalah kedua putrinya menangis serta Fenny tampak diam yang langsung didatangi Lila dan memeluknya erat sedangkan Devan menenangkan Tina. Kedatangan Wijaya langsung diserbu oleh kedua putrinya dengan menangis keras, Wijaya hanya bisa menepuk punggung putrinya pelan dan jika sudah begini
Wijaya menatap Tania yang duduk disampingnya dimana tampak dirinya baik – baik saja membuat sedikit bertanya dalam hati untuk apa gadis ini dirumah sakit, melihat lekuk tubuh gadis kecil ini membuat Wijaya seketika tidak nyaman dimana sesuatu yang asing bangkit membuat dirinya harus bisa menahan diri serta jantungnya yang berdetak semakin kencang.“Kamu ada perlu apa disini?” setelah bisa mengatasi diri mencoba untuk berbasa – basi.Tania tersenyum “habis suntik yang buat syarat nikah itu loh, Om” Wijaya mengangguk paham “aku tinggal dulu jangan sedih lagi”Wijaya mengikuti langkah kaki Tania dimana langkah itu mengarah pada sosok pria yang ditemuinya pada saat pesta perusahaan, pria yang tidak baik untuk gadisnya dan rasanya Wijaya ingin menarik wanita itu untuk menjauh dari lelaki tersebut.Ruangan terbuka tidak lama kemudian membuat Wijaya melangkah kearah dokter yang wajahnya tampak kusut dan itu m
Meminta pada Bowo untuk menyelidiki mengenai perkembangan kehidupan percintaan mereka dan juga penjagaan dari jarak jauh untuk Tania, entah kenapa Wijaya merasakan ada sesuatu yang buruk terjadi pada gadis yang membuat jantungnya berdetak kencang. Puas berbicara dengan Bowo dirinya langsung melangkah keruangan Vita namun langkahnya terhenti saat melihat Tania bersama anak kecil dengan senyuman yang semakin membuat jantung Wijaya berdetak sangat kencang.“Adik kamu?” Tania menatap Wijaya lalu menggelengkan kepala membuat dirinya mengangkat alis.Wijaya sendiri tidak tahu kenapa langkah kakinya mengarah pada wanita satu ini, seharusnya bisa saja melangkah masuk ketempat Vita bersama anak – anaknya saling bercerita satu sama lain. Rasa penasaran lebih mendominasi dirinya saat melihat bagaimana wanita muda ini berinteraksi dengan anak – anak dan seketika membayangkan bagaimana jika anak tersebut anak mereka berdua nantinya, Tania masih memandang Wij
Perkembangan kesehatan Vita semakin membaik dimana langsung membawanya pulang karena keinginan sang pasien, Wijaya menatap ketiga putrinya yang membantu dirinya membereskan beberapa pakaian dan tidak tertinggal mengajak Vita bicara. Sampai detik ini belum ada pembicaraan mengenai apa yang Vita lakukan dengan kedua teman mereka sampai kecelakaan terjadi, Wijaya sendiri tidak ingin membuka pembicaraan mengenai hal tersebut karena Bowo sudah mendapatkan jawaban serta orang tersebut telah mempertanggung jawabkan semua.“Kalian jangan buat mama sebagai orang penyakitan karena mama masih kuat”Wijaya menatap Vita yang masih ditemani anak – anak seakan mereka takut jika sang ibu membutuhkan sesuatu dengan begitu bisa langsung membantunya, Wijaya hanya menggelengkan kepala dan tersenyum atas semua yang ada dihadapannya. Dalam hatinya bersyukur karena memiliki anak – anak yang sangat menyayangi orang tuanya dan semua itu tidak lepas dari Vita yang
Hampir saja ketahuan Vita saat baru saja mencapai klimaks menyebut nama wanita lain, langsung membilas dirinya sebelum akhirnya keluar dimana Vita sudah berada di ranjang memainkan ponselnya. Wijaya tidak tahu apa sudah waktunya membahas mengenai kecelakaan atau tidak, mendatangi Vita yang masih sibuk dengan ponselnya dimana tampaknya tidak sadar akan kehadiran Wijaya disampingnya.“Apa kondisi mereka saat di operasi baik – baik saja?” tanpa melepaskan tatapan dari ponsel “aku melihat kondisi mereka terakhir kali dan itu...aku gak bisa berkata apa pun dan saat ini aku...” Vita meletakkan ponsel menatap Wijaya “aku yang mengajak mereka untuk bertemu dengan calon pembeli tapi ternyata...”Wijaya menarik Vita kedalam pelukan “semua sudah berlalu jadi biarkan mereka tenang” membelai pelan punggung Vita yang semakin menangis kencang “kalau kamu seperti ini mereka akan sedih dan anak – anak juga”
Kebersamaan dengan Vita dirumah hanya bertahan beberapa jam saja, menghabiskan waktu berada didalam kamar bersama dengan anak – anak mereka juga tidak terlalu lama. Wijaya tidak tahu harus bagaimana tapi satu hal dirinya harus bangkit karena banyak yang membutuhkan dirinya dan sebab itu tidak ingin terlalu lama larut dalam kesedihan. Wijaya mencoba untuk terlihat kuat dihadapan anak – anaknya agar mereka tetap bisa menjalani hidup tanpa hadirnya Vita, selama beberapa lama semua berhasil dimana kehidupan mereka berjalan sebagaimana mestinya.Wijaya dan Devan dengan bantuan Lila, Muklis serta Bima bisa membuat perusahaan berjalan sebagaimana mestinya, Vian sendiri juga mulai bergabung setelah menyelesaikan urusan di Singapore yang tidak lain adalah perusahaan untuk Via. Mereka berdua berkenalan secara resmi dimana adalah saudara sepupu dan saat ini Vian sendiri sedang berada di perusahaan milik Bobby yang lain untuk menjadi mata – mata dan disana ada wanita ya
Ruang keluarga menjadi tempat sidang anak – anak pada Wijaya, berita mengenai dirinya yang mengawasi Tania sudah didengar langsung oleh mereka. Keempat anaknya ah... ralat maksudnya ketiga anaknya karena Tina sibuk dengan anak – anaknya, mereka menatap Wijaya penuh selidik dan sepertinya ini salah satu cara agar mereka mendapatkan jawaban dari dirinya.“Apa yang kamu tanyakan di kantor” menatap Devan lalu mengangguk pelan “semua benar” mereka bertiga melotot “papa sudah menyelidiki dan mengikuti dia semenjak mama di rumah sakit”“Papa jatuh cinta?” Wijaya menatap Tina yang masih sibuk dengan anaknya sedang menatap dirinya “apa papa gak salah karena usianya tidak jauh dari kita”Wijaya mengangkat alisnya lalu seketika lesu “jadi seusia papa gak boleh jatuh cinta?”“Dia tahu kalau papa suka sama dia?” Wijaya menggelengkan kepala “lantas kenapa papa lakuin h
Mengarahkan beberapa orang termasuk Bowo untuk mengawasi Tania disekitar rumahnya termasuk aktivitas Yudi, dari laporan yang Bowo dapat adalah Yudi sering tidak pulang kerumah dan sepertinya hanya pulang sebagai formalitas pada Tania. Wijaya mendengar semua laporan menjadi emosi, kedua putrinya serta menantunya membantu Wijaya dalam mencari informasi mengenai Tania.Wijaya sendiri tidak menyangka mereka mau membantu sampai sejauh ini bahkan mereka mencarikan tempat tinggal yang aman agar Tania dapat bersembunyi, semua berjalan sangat lancar bahkan keamanan keluarganya juga sudah diperhitungkan. Wijaya sangat tahu bahwa apa yang dilakukannya terlalu berlebihan tapi entah kenapa hati kecilnya menginginkan agar Tania bahagia saat bersamanya, menatap berkas yang berisi kerja sama dengan perusahaan Vian dengan seksama bahkan Wijaya meminta pihak pengacaranya meneliti dan bersiap jika terjadi tuntutan atau lebih baik lagi jika sampai ke meja hijau.“Semuanya berjalan d
Menatap dari jauh apa yang dilakukan oleh Bima dengan Galih namun Wijaya tidak melihat kehadiran Tania, menurut informasi dari Bowo adalah Tania berada didalam kamar dimana pastinya sudah melakukan hal gila dengan pria kurang ajar itu. Galih berjalan balik dan tidak lama anak buah Bowo mengikutinya, Bima sendiri memilih langsung kembali ke kantor setelah mengirim pesan pada dirinya.Menunggu waktu dengan tidak sabar membuat Wijaya melangkah kedalam kamar yang biasanya digunakan jika mereka datang, mereka disini adalah Wijaya dengan sahabatnya serta anggota keluarga mereka. Bayangan Tania melakukan bersama Galih membuat dirinya tidak tenang, berada didalam kamar dengan berjalan mondar mandir lalu duduk seketika berdiri. Ketukan di pintu membuat Wijaya membuka pintu dimana Bowo datang yang berarti memberikan informasi penting, dibawanya ke salah satu ruangan dengan memberikan minuman bersoda pada pria tersebut.“Suaminya tahu mengenai hal ini”Wijaya m
“Dalam...lebih keras.” Suara erangan Tania membuat Wijaya semakin dalam dan kasar memasukkan adiknya kedalam rumah, tangan Wijaya tidak tinggal diam dengan meremas bukit kembar milik Tania yang membuatnya semakin semangat bermain didalam sana. Kehamilan Tania kedua ini membuatnya semakin menggairahkan dan Wijaya meminta mereka tidak menggunakan pakaian saat berada didalam kamar. “Aku mau keluar.” Tania membuka suaranya membuat Wijaya bergerak semakin cepat dan kasar sampai akhirnya mereka mencapai klimaks secara bersamaan. Wijaya semakin mendorong adiknya kedalam dengan beberapa kali cairannya keluar dalam jumlah yang banyak, membiarkan sesaat didalam sebelum akhirnya melepaskan penyatuan mereka. Tania mengambil posisi berjongkok membersihkan adik kecilnya dari cairan mereka berdua, tangannya hanya meremas rambut Tania perlahan sebelum akhirnya adik kecilnya benar-benar bersih. “Bagaimana kabar dia?” tanya Wijaya membelai perut Tania pelan. “S
Kabar yang mereka dapatkan membuat semua langsung menuju rumah sakit, perasaan tidak tenangnya benar-benar terbukti. Tania hanya bisa memeluk dan menepuk punggung Wijaya agar bisa tenang, tapi tidak berlangsung lama saat mendengar hal yang membuat Wijaya jatuh.“Aku malu sama Regan dan Mira nggak bisa menjaga putrinya dengan baik.” Wijaya menangis dipelukan Tania.Wijaya harus benar-benar kuat, Devan sendiri benar-benar tidak bisa menahan dirinya. Wijaya tahu apa yang Devan rasakan saat ini, hanya saja harus terlihat kuat depan mereka semua. Memasuki ruangan Via yang selalu menangis merasa bersalah dengan apa yang terjadi, Bima sendiri berada disamping Via tidak berhenti menenangkannya.“Mili sudah masuk penjara.” Nanda memberikan informasi yang hanya diangguki Wijaya “Pasalnya percobaan pembunuhan, hanya saja mereka menggunakan gangguan kejiwaan Mili dan kemungkinan akan dibebaskan.”“Bagaimana bisa?” Wijay
“Perasaanku semakin tidak tenang sama sekali.” Wijaya bergerak bolak balik membuat Tania dan Tari memutar bola matanya malas.“Mereka baik-baik saja, Pa.” Tari menenangkan Wijaya entah sudah ke berapa kali.“Mereka jadi balik?” tanya Wijaya kesekian kalinya yang diangguki Tania dan Tari kembali.“Nanda dan yang lain pasti menjaga Via.” Tania menenangkan perasaan Wijaya.“Aku mungkin terlalu berlebihan.”Wijaya menyandarkan dirinya di sofa dengan Tania yang berada disampingnya dan Tari dihadapannya yang masih sibuk dengan laptopnya. Wijaya tahu bahkan sangat tahu jika perasaannya tidak pernah salah, wanita seperti Mili akan bisa melakukan segala macam cara licik untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.Pengawal yang diminta menjaga keluarganya atau mereka yang menyelidiki Mili tidak memberikan informasi apapun dan itu semua membuat Wijaya semakin merasa tidak tenang. Tep
Menghabiskan waktu di Bali semakin membuat perasaan tidak menentu sama sekali, permasalahan Via belum selesai sama sekali membuat pikirannya menjadi tidak tenang. Ditambah kehamilan Tina yang berada jauh disana juga menjadi beban pikiran Wijaya, Tania berkali-kali mengatakan jika semuanya baik-baik saja tetap tidak membuat semua menjadi tenang.“Mereka ada di Singapore jadi tenang saja, Nanda juga mengecek semuanya. Mili nggak mungkin berbuat aneh-aneh sama Tina, dendam Mili hanya pada Via.” Tania mengatakan itu berulang kali.“Keputusanku tidak salah, kan?” Wijaya menatap Tania meminta persetujuan yang diangguki pelan “Aku meminta mereka mengurus Singapore, Vian sendiri sudah harus memperbaiki yang ada disini.”“Kamu mau memikirkan mereka atau menikmati malam indah kita?” Tania membelai wajah Wijaya pelan dengan mencium bibirnya penuh gairah.Sentuhan Tania membuat Wijaya tidak bisa menahan diri dengan mena
“Kenapa?” tanya Tania saat duduk disamping Wijaya setelah meletakkan minuman “Ada yang mengganggu pikiran kamu?”Wijaya tersenyum dengan menggelengkan kepala, menarik Tania agar duduk dipangkuannya tidak lupa membelai perutnya yang mulai membesar. Wijaya tidak pernah melakukan hal kecil seperti ini pada Vita sebelumnya dan tentu saja Helena, hanya Tania yang mendapatkan perlakuan special dari dirinya.“Memang memikirkan apa? Masalah Via?” Tania membelai wajah Wijaya perlahan yang hanya dijawab dengan gelengan kepala “Lalu?”“Kalau aku meninggal terlebih dahulu apa kamu akan menikah?” pertanyaan Wijaya membuat Tania mengerutkan keningnya “Aku cuman nggak mau kamu kesepian jadinya aku tanya hal ini.”Tania mengangkat bahu “Satu hal yang pasti kalau kamu meninggal terlebih dahulu jangan lupa wariskan semua harta kamu ke aku dan anak-anak kita bukan anak-anak kamu sama Vita.”
Melihat Tania marah adalah hal yang membuat Wijaya pusing, Tania bisa mendiamkannya selama berhati-hati, tidak tahu akan melakukan apa karena apapun yang dilakukannya tidak akan berdampak apapun.“Coba papa ingat-ingat melakukan kesalahan apa.” Tari berkata dengan santai.“Kalian tadi liatin papa itu kenapa sih?” tanya Wijaya penasaran membuat Tari mengangkat bahu.“Pa, sebenarnya kenapa papa bisa bertahan sama mama kalau nggak saling cinta?” Tari mencoba bertanya hal lain agar tidak perlu memikirkan masalah Tania saat ini.“Kalian yang buat kita bertahan.” Wijaya menatap Tari lembut “Kami dulu berjanji satu sama lain, meskipun kita menikah karena dijodohkan tapi kami ingin pernikahan yang normal pada umumnya.”“Papa bahagia sama mama?” tanya Tari penuh selidik.Wijaya tersenyum “Mama kamu adalah teman dan partner yang terbaik pernah ada.”“Papa
Bali adalah tempat untuk menenangkan diri yang terbaik, mengajak semua keluarga ke Bali setelah permasalahan yang dialami Bima dan Via. Kehamilan Tania sendiri berkembang dengan cepat membuat Wijaya harus ekstra hati-hati dalam mengambil keputusan, banyak hal yang menjadi pertimbangannya.“Kamu kapan lulus sih?” Wijaya menatap malas pada Tari.“Sidang aja belum bicara lulus.” Tari menjawab santai dengan mata tetap fokus pada laptop “Kita sampai kapan disini?”“Belum tahu, secara masih banyak yang harus diselesaikan.” Wijaya menjawab santai.“Papa juga kenapa kasih ijin Mbak Via nikah sama Mas Bima, Mas Rifat calon yang ok dibandingkan Mas Bima.” Tari mengalihkan pandangan kearah Wijaya yang menghembuskan nafas panjang.“Kamu tahu kan kalau papa sama mama nggak saling cinta, jadi papa nggak mau kakak kamu atau kamu mengalami hal yang sama kaya kita.” Wijaya menjelaskan pelan mem
“Jangan terlalu keras sama Via.” Tania membelai wajah Wijaya setelah melepaskan penyatuan mereka “Via sendiri belum berpengalaman.”“Andaikan dia menikah sama Rifat pasti semuanya nggak akan begini.” Wijaya mengusap wajah dengan kedua tangannya “Kurang apa sih memang Rifat?”“Cinta, Via nggak cinta sama Rifat.” Tania menjawab santai “Kamu mau mereka hidup tanpa cinta? Seperti kamu sama Vita dulu, lalu Via tetap melakukannya sama Bima.”Wijaya membenarkan perkataan Tania mengenai hal itu, tidak mungkin dirinya membuat sang anak hidup tanpa cinta. Wijaya tidak mau anak-anaknya merasakan apa yang dia rasakan, pengalaman dirinya dengan Vita adalah guru paling berharga.“Devan dan Tina saling cinta?” tanya Tania tiba-tiba yang membuat Wijaya bingung “Aku ngerasa mereka kaya saudara bukan pasangan suami istri, tapi pandanganku aja jadi jangan diambil hati.”Pe
“Kalian harus pergi dari rumah ini.” Muklis berkata dengan wajah seriusnya “Mili tidak terima mereka menikah.”Wijaya hanya diam memandang semua yang ada di ruangan, putrinya Via tampak frustasi dengan Tania dan Tina yang berada disampingnya. Mencoba untuk bersikap tenang dengan memandang Bima yang seakan tidak terpengaruh sama sekali dengan kata-kata yang Muklis katakan.“Kamu sudah menebak semua ini terjadi?” tembak Wijaya membuat suasana sunyi menatap kearah Wijaya dan Bima bergantian.Bima menghembuskan nafas kasar “Sedikitnya sudah, maaf tidak memberitahukan semuanya.”“Lalu apa rencana kamu?” Wijaya bertanya dengan menatap dalam pada Bima yang terdiam “Kalau menikah sama Via nggak ada rencana buat mengatasi ini buat apa?”“MAS! Kamu bisa nggak usah pakai emosi? Kasihan Via juga kalau begini dan seharusnya ini semua tugas kita bagaimanapun kita saudara yang harus sal