Setelah mengunci pintu, Maria menaruh kunci tersebut di bawah tong sampah besar yang ada di dekat pintu kamar mandi. Kemudian dia pun kembali ke ruang ibadah bergabung dengan yang lain.
Di dalam ruangan, anak-anak dan para Suster berdoa dengan khusyuk. Di akhiri ceramah singkat oleh Madam Julia. “Semoga hari ini yang ikut olimpiade diberikan kemudahan oleh Tuhan. Amen!” tutupnya.
Ternyata Nancy menyadari kalau Ann tidak ikut berdoa, dia pun segera pergi ke kamar untuk memeriksanya. Sayangnya, Ann tidak ditemukan, begitu pula ketika dia memeriksa di ruang makan. Nancy mulai cemas, dia pun segera menemui Madam Julia, “Madam…Madam, Ann hilang! Dia tidak ada?” ujar Nancy terpengap-pengap.
Julia menatap wajah Nancy dan bertanya, “Kamu ini dari tadi pagi sudah tidak beres, tadi bilang kasur dan buku milik Ann hilang, sekarang Ann-nya yang hilang! Kamu ini kenapa?”
Nancy mencoba menstabilkan napas dan berbicara dengan tenang, “Madam, aku merasa yakin dengan kejadian waktu pagi, karena Ann sendiri yang mengatakan dia tidur di lantai, dan buku-bukunya tidak ada.”
Nancy sejenak terdiam. “Sekarang Ann tidak ada. Padahal hari ini dia harus ikut olimpiade matematika. Itu penentuannya untuk bisa masuk SLTP THE YOUTH, kalau dia bisa menang dan aku yakin dia bisa memenangkannya.” Tuturnya sambil memberikan lembaran materi yang Ann tulis semalam, dan Nancy temukan tergeletak di atas meja belajar milik Ann.
Julia memeriksanya dan berkata, “Lalu, kenapa kamu masih di sini? Cepat cari anak itu!”
Baru saja Nancy hendak berbalik, secara bersamaan Ann masuk.
Bump!
“Aduh,” rintih Ann sambil memegang keningnya yang terbentur badan Nancy. Nancy meraih tangan Ann, “Kamu ini ke mana saja?” gertaknya sambil mengusap kening Ann. Pandangan Nancy pun pada pakaiannya yang penuh lumpur, “Ann, kamu dari mana kotor seperti ini?”
Ann yang sudah mengerti akan ketidaksukaan Suster Maria padanya, dia pun mencoba menutupi semua kejadiannya demi hari ini. “Tadi Ann ke luar ke halaman untuk berolahraga, tetapi karena Ann tidak hati-hati, Ann pun terjatuh,” ucapnya berbohong.
Kendati sebenarnya bukan seperti itu kejadiannya. Setelah Ann mandi dan berpakaian, dia pun membuka pintu, namun pintu itu terkunci. Ann berusaha berteriak minta tolong tetapi tidak kunjung ada yang datang. Ann yang sudah terbiasa menyelesaikan masalahnya sendiri, dia pun tidak panik.
Mata Ann ke sekeliling jendela dan kaca, hingga akhirnya ada celah ke luar lewat jendela yang dekat gudang belakang. Begitu kakinya menjulur ke bawah, dari sana ada tangga yang terpasang dan membuat Ann dengan leluasa turun ke bawah tanpa harus menjatuhkan diri. Kalau tidak ada tangga tersebut, Ann akan terluka karena bangunan lumayan sangat tinggi.
Julia yang dari tadi mendengarkan percakapan Ann dan Nancy, dia pun ikut berbicara, “Suster, ambilkan pakaian yang lain. Biarkan dia berdoa dan sarapan karena waktu sudah sangat mendesak.
Julia menatap wajah Ann penuh arti, dia seperti membaca pada sorotan matanya. ‘Bungkam, terkadang jalan pintas untuk damai!’ ucapnya dalam senyap.
Di ruang ganti Nancy memberikan Ann pakaian, setelahnya menuntunnya masuk ke ruang makan. Maria yang sedang menyajikan makanan, dia terkejut melihat kedatangan Ann. Mata Maria melotot dan makanan yang ada di tangannya hampir terjatuh.
Melihat reaksi Maria seperti itu Nancy heran dan bertanya, “Suster Maria kenapa melongo seperti itu?”
Sedangkan Ann semakin yakin kalau yang melakukan itu adalah Suster Maria, namun dia bereaksi seperti tidak terjadi apa-apa. Maria menghampiri Ann dan memberikan satu set sarapan sehat dengan segelas susu. “Terima kasih, Suster.” Ucap Ann lembut.
Tetapi, Maria tidak menjawabnya dia malah tergesa-gesa ke luar dari ruang makan.
Tiba-tiba, tangan Maria ada yang meraihnya dengan sangat kasar, “Suster Maria ini bagaimana? Si miskin itu kok bisa berkeliaran di sini?” tanya Angela dan Belle berdesis bersamaan.
Maria dengan cepat menaruh jarinya pada mulutnya mempertandai bicara jangan keras-keras. Maria pun membawa Angela dan Belle ke ruang kosong tempat meditasi dekat ruang meeting para Suster. Seketika Nancy yang sedang melintas, melihat hal mencurigakan tersebut. Dia pun memelankan langkahnya dan mengendap-endap di belakang pintu ruangan.
Tanpa ragu Maria pun berbicara dengan jelas, “Tadi Suster sudah mengunci Ann di dalam kamar mandi, kalau tidak percaya lihat ke sana! Kuncinya saja Suster taruh di bawah tong sampah!”
Mendengar itu, Nancy dengan cepat pergi ke kamar mandi, dia mencoba membuka pintu dan memang pintu itu terkunci, lalu memeriksa di bawah tong sampah.
Seketika Nancy menggeleng-geleng kepalanya, dia pun segera melaporkan apa yang di dengarnya pada Madam Julia dengan memperlihatkan kunci kamar mandi. Karena Julia sudah tidak percaya pada dirinya, penyebabnya kejadian pagi tadi.
Julia sudah mencium hal yang tidak wajar dari sorotan wajah Ann di ruang ibadah.
Sementara Maria di ruang meditasi sedang dicaci maki oleh anak usia 12 tahun, “Badan saja gede, tapi isi kepala kecil!” ketusnya sambil mendorongnya ke sudut. Lalu, mereka pun meninggalkan Maria begitu saja.
Sedangkan mini bus untuk mengantar anak-anak hebat ini sudah menunggu di halaman asrama. Sebelum mereka masuk ke dalam, Suster mengabsennya satu persatu agar tidak ada yang ketinggalan.
Ann pun sudah berbaris di antara teman-temannya, pandangannya pada Ronald yang berdiri tegak dekat jeepnya. Pandangan mereka beradu, Ann menyimpulkan senyum menawan di bibirnya. Pelan dan ragu Ronald menghampirinya sambil memutar-mutar kumisnya, “Kamu anak kecil! Semoga sukses!” ucapnya sambil mengelus halus rambut coklat Ann.
Tiba-tiba saja Ann memeluknya dengan erat dan membuat lelaki bertubuh kekar ini menyambut pelukannya agak kelagapan. Matanya pun mengeluarkan cairan bening. “Putri Bapak bersama malaikat di surga!” bisik Ann.
“Ann Arthurian!” namanya di panggil agar masuk ke dalam mini bus.
Satu ciuman dilabuhkan di pipi Ronald, lalu Ann pergi meninggalkan Ronald yang terpaku karenanya.
Ann beserta rombongan yang terdiri dari 25 anak pergi ke International Mathematical Olympiade di City Center. Mereka adalah anak-anak andalan yang diberikan kepercayaan untuk mengharumkan Selandia Baru.
Jarak tempuh yang hanya perlu tiga puluh lima menit, mini bus pun sudah ada di depan halaman gedung biru putih.
Kini, 25 anak sudah berada di antara barisan anak-anak dari negara lain, mereka dikawal sangat ketat seperti layaknya presiden.
Setelah screening tubuh demi mencegah dari kecurangan, mereka pun dimasukan ke dalam ruangan yang sangat tenang. Dua orang petugas datang memberikan satu pencil, penghapus dan satu botol kecil air mineral untuk setiap anak dengan tertib.
Ann duduk di jajaran paling depan, membuat dirinya sedikit nervous. Belum lagi dia sama sekali tidak ikut kursus atau persiapan apa pun. 'Kalau Tuhan baik sama aku, maka aku pun akan bisa mengisi soal-soal ini,' ucapnya sambil menyatukan kedua jemari tangannya sebelum dia membuka map yang berisi soal-soal.
Tangan Ann sedikit gemetaran dan dingin ketika membuka map isi soal-soal, setelah membukanya mata Ann berbinar. ‘Tuhan sekarang sangat baik, sangat baik!’ gumamnya, karena yang ada pada lembaran soal sesuai dan hampir sama dengan apa yang Ann pelajari semalam. Kepolosan Ann, dia akan mengira Tuhan baik, jika sedang memberikannya kemudahan, dan akan berpikiran sebaliknya jika sedang dalam kesulitan. Padahal Tuhan itu sangat baik dan bijaksana kepada seluruh umatnya. Oh Ann! Keberuntungan Ann mulai berpihak padanya karena dalam hitungan menit dia sudah bisa menyelesaikan lembar per lembar pertanyaan yang banyaknya lebih dari 100 soal. Santainya Ann menaruh di atas meja pengawas, lalu ke luar dari ruangan. Melihat itu Angela dan Belle terkejut, tepatnya hampir semua anak-anak terkejut. Sedangkan mereka masih belum menyelesaikan kalaupun separuhnya. Di luar pintu masuk, petugas keheranan melihat Ann sudah ke luar sebelum waktu yang telah ditentukan.
Ann hanya tersenyum tanpa menjawab sepatah kata pun, sedangkan pelayan membalasnya dengan sentuhan halus pada rambut Ann. Setelah menikmati makanan yang membuat Ann seperti bermimpi ini, Ann kembali berkata dalam hati, ‘Tuhan baik!’ itu pun disertai dengan menyatukan jemarinya dan menundukan kepalanya. Melihat itu, Ronald tersenyum sambil meyakini kalau Ann adalah gadis kecil yang polos dan cerdas. Kemudian dia pun menuntun Ann dengan jemarinya yang besar dan kasar. Mereka berjalan menyusuri kota. Pandangan Ann menyatu ke arah sebuah tempat bermain modern, dia hanya memperhatikan tanpa meminta atau pun berpikiran memasukinya. Sedangkan Ronald yang sudah menganggap Ann adalah Marsha dia menarik tangannya dengan halus, “Sha, ayo masuk dulu…kita main komedi diputar….” ajaknya tanpa menyadari kalau yang diucapkannya membuat Ann sedikit agak terenyuh sedih. Ann memang tidak pernah mendapatkan itu dari sosok Johan Ayahnya, Johan akan pergi tiap hari dan pulang sore. Terlebih lagi dengan
Julia datang karena diberitahu oleh Nancy, kedua matanya mengarah ke ketiga orang yang sedang bergaduh. "Angela, Belle & kamu Maria! Ikut ke ruanganku sekarang!" ucapnya sangat tegas, dia pun segera berbalik dan diikuti oleh mereka bertiga. Di dalam ruangan, Maria, Angela dan Belle berdiri sejajar. Sedangkan kepala mereka menunduk dan bergeming. Julia beranjak dari tempat duduknya, dia jalan mengitari mereka bertiga, lalu berkata dengan sangat sinis, "Maria! Bukankah kejadian tahun kemarin hingga salah satu siswa bunuh diri karena ulahmu? Dan bagusnya orang tua siswa itu tidak memperpanjang kasusnya. Coba kalau tidak, bukan kamu saja yang akan masuk ke dalam penjara dan yayasan ini pun akan tercemar secara international!" Mendengar kemarahan Julia, Maria bersimpuh dan menukukan kepalanya, "Madam, aku sebetulnya tidak ingin berbuat seperti itu lagi, hanya saja...." Perkataannya terputus karena Angela dan Belle segera meraih kedua tangan Julia dan berkata, "M-madam Julia, sebetulnya ak
Nancy dan Julia segera mengeksekusi Ann dengan beribu tanya dan bahkan mengajaknya ke perpustakaan. Sedangkan Ann segera menenangkan mereka, "Suster Nancy, Madam Julia...Ann bisa menulis dengan hasil imajinasi, tapi tidak seperti ini. Kalau di sini Ann bisa baca-baca buku." Julia semakin tertarik pada Ann ini, dia segera mengambil buku-buku sastra dan memberikannya. "Kamu baca buku-buku ini, Ann" titahnya. "Dan kamu Nancy...bawakan Ann buku tulis dan pencil, biarkan dia sibuk dengan imajinasinya!" titah Julia pada Nancy. Dengan tidak keberatan Nancy langsung ke luar asrama untuk pergi ke stationery. Sedangkan Ann sendiri dia begitu sangat bahagia dengan semua ini, dia pun bergumam, 'Terima kasih Tuhan, kamu begitu sangat baik...baik sekali!' Begitu Natalie hendak ke luar pintu, tangannya ditarik Angela, "Kak...Kak Natalie...." panggilnya dengan membawanya ke pelataran yang sepi. "Hey, kamu ini siapa? Apa maumu?" spontan Natalie sambil menarik
Tetesan air mata jatuh membasahi pipi Ann dan cepat dia mengelapnya dengan punggung tangannya. Para wartawan pun mengambil gambar Ann dari berbagai sudut, sedangkan Andreas menyaksikan lewat layar kaca dia segera turun dan menghampiri Ann yang hendak masuk ke dalam jeep. "Ann...." Panggilnya agak berteriak. Dengan cepat Ann membalikan badannya, dia menatap wajah Andreas sambil menyimpulkan senyum manis. Nancy yang telah mengenal siapa Andreas dengan cepat menjabat tangannya, "Ann, Bapak ini adalah Kepala Dinas Pendidikan Selandia Baru...." ucap Nancy mengenalkan. "Ann, kamu besok datang pada acara penutupan olimpiade, datanglah bersama keluargamu!" kata Andreas sambil tersenyum bangga. Sepertinya Andreas belum mengetahui siapa sebenarnya Ann. Sedangkan Ann hanya menganggukan kepala dan kembali menyimpulkan senyumannya.Kemudian Ann pun masuk ke dalam Jeep diikuti oleh Nancy, mereka pun kembali ke asrama. *** Natalie yang mengetahui kemenangan Ann tanpa kec
Ann kembali ke ruang di mana acara berlangsung dan duduk dekat Nancy yang dari tadi gelisah mencarinya, "Ann,kamu ini dari mana saja?" tanyanya sambil memberikan satu botol minuman rasa buah-buahan. Ann menjawab singkat sambil tertawa kecil, "Menyasar..." *** Di dalam asrama Julia begitu sangat marah dengan kelakukan Angela dan Belle yang sudah sangat keterlaluan, dia pun mulai memberikan beberapa investigasi untuk mengetahui apa penyebab utamanya, "Ann memiliki kesalahan apa pada kalian berdua?" tanya Julia sambil melipat tangannya. Belle dengan tegas menjawab investigasti Julia, "Semua itu hanya karena tidak ingin ada yang mengalahkan kita! Dan kami tahu kalau Ann adalah anak andalan The West...dan ingin setidaknya orang tua kami bangga!" Mendengar pernyataan dari Belle tersebut Julia langsung menghubungi keluarganya dan dengan waktu hitungan menit Amanda dan Adrian datang. Mereka duduk berlima di ruangan tertutup. Mata Adrian pada B
Hari-hari berlalu dengan sangat tenang, kendati Angela sering berbuat ulah kecil-kecilan yang membuat Ann terkadang mengalah. Untungnya mereka berbeda sekolah, setidaknya Ann tidak begitu khawatir untuk dirinya mengerahkan energi dan perhatiannya pada hal tidak berguna. Sebab Ann memiliki misi kehidupan yang sudah lama diimpikan kendati masih belum memastikan ketepatannya. Untuk menjadi seorang penulis yang hebat dan sudah terpatri di dalam isi kepalanya adalah betul-betul cita-citanya dari semenjak dia suka berimajinasi, tetapi pada dasarnya Ann pun sangat memimpikan kehidupan yang layak agar bisa mengambil adiknya Renata dan mengeluarkannya dari rumah yatim piatu. Ambisi menjadi 'Seseorang' tidaklah mudah, Ann yang dibiayai oleh pemerintah pun kembali menelan pil pahit akan tingkat tinggi persaingan kehidupan socialnya bersama teman-temannya di SLTP THE YOUTH. Betul adanya masuk sekolah di sana memang bukan hanya kompetisi dalam hal strata nilai, tapi menyangkut se
Ann tertawa sumringah hanya karena menutupi sakit hati karena tuduhan Alma. "Jadi, Ann masih bisa kembali bekerja?" tanya Ann sambil memasang wajah lugunya. Alma hanya mengangguk pelan, sedangkan perasaaannya sangat malu. Betul, ketika kita melakukan kesalahan pada seseorang, sementara orang tersebut hanya memberikan respon biasa saja dan menganggap itu hanya persoalan sepele. Di sini merasakan bahwa diri ini sedang menyaingi Tuhan. Tuhan disaingi? Apakah anda betul-betul waras? Lalu kenapa kita terlalu mudah menyimpulkan seseorang hanya karena orang tersebut tidak layak menjadi seseorang dan menurut persepsimu? Ann berjalan ke arah perpustakaan, hatinya mulai bersenda gurau, 'Tuhan...suka sekali membuatku nangis!'Ann menghibur hatinya bukan karena tidak punya harga diri, melainkan agar bisa bertahan hidup dari pada berlarut dari perasaan sakit hati. *** Juan Deriel sedang asik membaca biography dari Thomas Alpha Edison.Tiba-tiba Ayahnya Erick Mon
Setelah pamitan pada ibu, ayah serta Renata yang baru pulang dari sekolah. Ann langsung masuk ke dalam mobil milik pribadinya, dan sopir pun sudah duduk di depan stir. Sementara Juan masih bergeming di dekat pintu mobil, "Ann, kamu ikut mobilku, aku mau mengantarkanmu." Pinta Juan sembari menatap wajah gadis yang sudah duduk di atas jok mobil belakang. Ann menggelengkan kepalanya. "Aku sama sopir saja!" singkatnya. "Ayo Pak, kita jalan agar tidak ketinggalan pesawat." Ann menambahkan dengan melirik ke arah sopir. Sementara Juan yang masih terpaku di depan pintu mobil, akhirnya duduk di sebelah Ann. Sopir bergegas melajukan mobil. Sedangkan Juan serta Ann saling membisu di belakang, setelah beberapa saat Juan memiringkan badannya menghadap Ann yang sedang membaca buku. "Yang kamu lihat minggu lalu tidak sesuai penglihatanmu!" jelasnya pelan dengan tangan hendak meraih tangan Ann, akan tetapi ditepis olehnya. Ann pun beraksi sama disertai menatap wajah Juan. Kemudian berbicara ketus,
Pesawat pribadi Erick yang ditumpangi dirinya serta Ann sudah mendarat dengan selamat di kota terkenal akan bangunan bersejarahnya namun berarsitektur kuno ini. Hawa sejuk musim semi serta rintikan hujan menyambut kedatangan dua manusia yang berbeda usia ini. "Selamat datang di London, Sir!" ucap Pengawal dari kolega Erick dengan ramah. Ann semakin tajkub pada sosok Erick ini. Sosoknya bagi Ann adalah inspirasinya. Kemudian para pengawal membawa Erick dan Ann agak jauh dari perkotaan. Selama perjalanan pandangan mata Ann menembus kaca jendela mobil jauh ke luar sana. Ya, jauh tidak karuan, hatinya kini hampa karena di sampingnya tidak ada sosok penguatnya. Akan tetapi berbeda setelah melihat handphonenya penuh dengan pesan dari Juan. Pesan-pesan itu seolah asupan energi semangatnya dia pun akhirnya tersenyum. Mobil berhenti di depan bangunan dengan arsitek paling unik di antara bangunan ataupun rumah lainnya. "Ayo, Ann!" ajak Erick yang sedang memperhatikan gadis belia
Alarm jam yang terdapat di atas nakas Jeanne berdering keras persis di sebelah kuping Ann. Suaranya yang memekakan hingga menusuk genderang telinganya, membuat dirinya dengan cepat meraih jam tersebut serta melihatnya. Di sana terlihat pukul 04:25, Ann pun menoleh ke arah samping dimana Jeanne dan Sylvie tidur. "Ke mana mereka?" ucap Ann pada diri sendiri, karena menampaki teman-temannya memang sudah tidak ada di sampingnya. Ann pun bergegas duduk serta memperhatikan ke seluruh ruangan, ranjang Sylvie pun kosong. Matanya hanya melihat ke arah tempat tidur Rania yang dirinya masih tertidur pulas. "Ke mana mereka sepagi ini?" lagi-lagi Ann berbicara sendiri. Cepat sekali Ann masuk ke dalam kamar mandi dan melakukan aktivitasnya. Setelahnya dia pun dengan segera berjalan ke arah dapur. "Juan? Jeanne? Sylvie?" ucap Ann agak terkejut karena mereka sudah ada di dalam dapur. "Pagi, Ann." Sapa Sylvie sambil memberikan secangkir susu coklat hangat. Ann tak
Natalie beserta kecemburuan dan iri hatinya. Sementara Ruth dan Ann mereka berdua menikmati kebersamaan dengan saling bercanda tawa terkadang diselangi pelukan mesra. "Tante pinjam Ann sebentar!" ucap Juan pada Ruth. Juan melakukan itu agar Ruth tidak mencolok memperlakukan Ann hingga membuat Natalie cemberut. "Nat, temankan Tante Ruth sejenak!" Juan menoleh pada Natalie yang masih berdiri bergeming serta memasang muka tak bersahabat. Ruth sepertinya tidak mengerti dengan gelagat Natalie, dia malah berasumsi kalau Juan bereaksi seperti itu karena dirinya sudah tahu isi hati Juan pada putrinya. Kemudian menoleh pada Ann, "Ikutlah Ann, biar Juan tidak sewot melulu!" godanya. Ann mendelik ke arah Juan serta menghampiri, "Mau apa sih?" Juan tidak menjawab pertanyaan dari Ann, melainkan dengan cepat meraih jemarinya lalu menggenggamnya. Ann bertanya kembali, "Mau ke mana?" Juan berbisik ke petugas yang ada di depan pintu tad
Ann menepuk pipinya pelan serta menggercapkan secara cepat kedua bola matanya."Iya, ini Kakak!" Natalie meyakinkan sambil menghampiri adiknya. Tangan kanannya meraih jemari gadis yang memakai pakaian adat Selandia Baru ini pelan sekali, sedangkan tangan kirinya mengelus halus pipi kirinya. "Kamu sangat cantik memakai pakaian ini, dan kamu memang cantik!" ucap Natalie dengan pandangan menatap tajam wajah adiknya.Ann tersenyum tipis serta langsung memeluk kakaknya ini. "Kakak kok bisa ada di sini?" desisnya tepat di kuping Natalie.Natalie merenggangkan pelukannya, dia menuntun adiknya ke arah sudut ruang ramah tamah yang sebelumnya Natalie memotong tart strawberri coklat dan menaruhnya di atas piring kecil lalu mengguyurkan coklat cair di atasnya. "Nih, dari pada colak colek seperti tadi! Jorok tahu!" sindir Natalie sambil memberikan piring kecil isi kue pada adiknya ini. Sumringah Ann mengambilnya serta langsung memakannya sembari dihayati.&n
Napas Catherine tersengal melihat kesedihan saudaranya itu, dia pun turut merasakan bagaimana perasaan Ruth bertahun lamanya. Memahami kalau Ruth bukanlah seorang ibu yang melepaskan tanggung jawab begitu saja, akan tetapi beberapa alasan hingga membuat dirinya terpaksa melakukan semua, terlebih lagi demi keluarganya.Setegar-tegarnya Ruth, namun malam ini dia nampak rapuh. Air matanya mengalir deras di depan anak kandungnya yang sedang tertidur pulas. Tangan halusnya membelai rambut panjang Ann terhampar di atas bantal berbalut sarung berwarna putih. Satu kecupan hangat pun berlabuh di atas pipi mulus gadis belia ini. Kendati tertidur, Ann masih merasakan kecupan serta belaian dari ibu kandungnya ini. Akan tetapi dia berpura-pura memejamkan matanya.'Aku menyayangi kalian,Bu.' Bisik hati Ann dalam senyap. Ann mengerti semua kejadian ini terjadi karena ujian dari Tuhan. Mariez juga Ruth hanya sekedar korban dari para manusia yang telah dikendalikan hawa naf
Ann masih membaca semua tulisan-tulisan tangan hasil dari nenek Ann. Dia merupakan saksi dimana Ruth melahirkan, serta hanya Ann inilah yang mendukung segala hal akan kelahiran putri dari Ruth ini. Nenek Ann tidak menceritakan kisah cinta Johan dan Ruth karena Ruth saat itu telah dijodohkan pada kerabat suaminya, walaupun akhirnya kandas begitu saja seiring penolakan halus dari Ruth sendiri. Ditambah lagi kisah kaburnya Ruth terdengar ke seluruh keluarga besar Arthurian. Thony bukan tidak tahu kalau putrinya sudah menikah juga telah memiliki putri, akan tetapi dia belum tahu siapa asal usul Johan. Hingga akhirnya Thoby menjelaskan semuanya. Namun, saat itu sudah terlambat. Terlebih lagi diketahui oleh Thony kalau Johan telah memiliki istri, dia tidak ingin jika putrinya disandang perusak rumah tangga orang. Thony sekeluarga seolah tega, walaupun kadang-kadang perasaan tidak tega menyelimuti mereka pada bayi yang putrinya secara paksa ditinggalkan begitu saja.
Johan masih tidak percaya pada pernyataan dari Dean. Akan tetapi setelah dia mengingat ulang sikap Mariez dan tingkah lakunya sewaktu berumah tangga bersamanya. Mariez memang agak keras serta cerewet. Dia pun menyadari cerewetnya Mariez disebabkan oleh kelelahannya. Ya, sekarang perasaan Johan tersayat, menyadari bahwa dirinya tidak pernah memperlakukan almarhum istrinya dengan baik. "Maafkan aku, Mar." Ucapnya pelan sekali. Dean belum puas untuk membuat Johan agar merasa lebih bersalah, "Tahu tidak, Dean? Mariez istrimu itu jangankan mau berselingkuh denganku, kalau berpapasan saja sepertinya kalau ada jalan lain, dia akan menghindariku. Dia wanita luar biasa. Sayangnya, dia mendapat suami bangsat sepertimu!" "Cukup! Hentikan! Atau aku bunuh kamu!" ucap Johan sambil berusaha untuk menerjang Dean. Akan tetapi Antonio dan Erick melerainya, "Cepat pergi kamu Dean! Beritahu Ruth kalau suaminya telah ke luar dari penjara!" "Kamu beruntung Johan dicint
"Kenapa? Karena sudah selingkuh dan membuat Natalie? Entah Renata juga bayi yang dikubur pun itu anakku atau bukan!" jawab Johan sinis. Ann menyolot, "Jadi, aku ini bukan anak ibu? Lantas, aku anak siapa?" Johan nampak meraba sakunya, lalu dikeluarkan dompet dari dalamnya. "Nih, ini ibumu! Ruth Arthurian!" tegas dan ketus Johan menjelaskan sedangkan tangannya memberikan secarik foto. Tubuh gadis ini gemetar tidak berani mengambil foto itu. Dadanya sesak dan tidak ada nyali untuk menghadapi kenyataan. Air matanya sudah deras membasahi pipinya, linangan itu ada karena bercampur antara emosi, sakit hati serta kaget. Seketika Ann pun masuk ke dalam kamarnya dengan cepat. "Kalau sekarang kamu mengatakan omong kosong, aku pun harus tahu semua omong kosong foto-foto yang berasal dari rumah kakek Thoby dan ayah Juan!" pikirnya sembari mengambil foto-foto tersebut dan kembali ke ruang makan. "Aku sudah mendengar omong kosongmu,