Pada Tahun 2017.Saat itu kakak berteriak, memaki suamiku dengan lantang. Dia di dalam kamar hotel bersama wanita lain.Bajingan kau! Tia hamil, masih sempat kau tidur di hotel bareng perempuan lain!" tamparan kakak mendarat di muka Mas Muchtar. Aku hanya terbujur kaku tak bisa bergerak, hanya menangis. Bulir air mata tak dapat ditahan lagi, kugigit bibir bawah sekuat tenaga hingga berdarah. Ini bukanlah mimpi, ini nyata.Suami berselingkuh saat aku mengandung anaknya. Para penghuni kamar lain mulai berhamburan keluar. Kakak makin gila, mencoba menyerang perempuan yg sekamar dengan suami.
Sepulang dari Bali. Kubawa buah tangan untuk Keluarga. Sepasang sendal dengan motif khas Bali. Serta baju baru untuk Bapak."Aku mana?" canda kakak."Nih," kuserahkan abaya hitam untuknya.Ibu nampak mencari Mas Muchtar. "Suamimu kemana?""Mas Muchtar, langsung ke tempat kerja, tadi dihubungi ada yang perlu diselesaikan katanya," ujarku menjelaskan keberadaan suami.Kupersiapkan beberapa hadiah untuk keluarga suami. Terutama untuk ibu mertua. Beliau sosok yang sabar dan pengertian. Begitu kesan yang didapat dari cerita. Beliau sudah menjadi janda selama empat tahun. Seorang wanita karir, dengan pendidikan tinggi. Almarhum bapak mertua meninggal dikarenakan sakit kanker paru-paru. Setelah melakukan perawatan intensif selama 3 bukan di rumah sakit, tapi yang maha kuasa berkehendak lain. Nyawanya tak tertolong karena sudah stadium empat.
Tok! tok! tok!Hakim telah mengetuk palu di persidangan, sudah sah secara agama maupun negara, aku menjadi janda untuk kedua kalinya. Bukan hanya janda, tapi juga janda miskin. Harus bagaimana lagi, di umur tiga puluh dua tahun, menerima kegagalan pernikahan dua kali. Kenyataan bahwa suamiku, Mas Faiz, bukan lagi menjadi imam di keluarga kecil ini.Dia memilih bersama mantan pacarnya untuk membina biduk rumah tangga yang baru.Lelaki itu, memilih menghancurkan pernikahan yang baru dibangun dan berumah tangga dengan wanita dari masa lalunya. Sungguh singkat, hanya delapan bulan, waktu yang teramat pendek, walaupun suda
Sepulang dari Bali. Kubawa buah tangan untuk Keluarga. Sepasang sendal dengan motif khas Bali. Serta baju baru untuk Bapak."Aku mana?" canda kakak."Nih," kuserahkan abaya hitam untuknya.Ibu nampak mencari Mas Muchtar. "Suamimu kemana?""Mas Muchtar, langsung ke tempat kerja, tadi dihubungi ada yang perlu diselesaikan katanya," ujarku menjelaskan keberadaan suami.Kupersiapkan beberapa hadiah untuk keluarga suami. Terutama untuk ibu mertua. Beliau sosok yang sabar dan pengertian. Begitu kesan yang didapat dari cerita. Beliau sudah menjadi janda selama empat tahun. Seorang wanita karir, dengan pendidikan tinggi. Almarhum bapak mertua meninggal dikarenakan sakit kanker paru-paru. Setelah melakukan perawatan intensif selama 3 bukan di rumah sakit, tapi yang maha kuasa berkehendak lain. Nyawanya tak tertolong karena sudah stadium empat.
Pada Tahun 2017.Saat itu kakak berteriak, memaki suamiku dengan lantang. Dia di dalam kamar hotel bersama wanita lain.Bajingan kau! Tia hamil, masih sempat kau tidur di hotel bareng perempuan lain!" tamparan kakak mendarat di muka Mas Muchtar. Aku hanya terbujur kaku tak bisa bergerak, hanya menangis. Bulir air mata tak dapat ditahan lagi, kugigit bibir bawah sekuat tenaga hingga berdarah. Ini bukanlah mimpi, ini nyata.Suami berselingkuh saat aku mengandung anaknya. Para penghuni kamar lain mulai berhamburan keluar. Kakak makin gila, mencoba menyerang perempuan yg sekamar dengan suami.
"Saya terima nikahnya dan kawinnya Tia Karuniawati bin Zainudin dengan emas kawin dan seperangkat alat sholat dibayar tunai," ucapnya didepan penghulu dengan disaksikan kedua orang tua sebagai wali.12, Februari 2013. Pernikahan kami berlangsung cukup sederhana. Keluarganya membangun rumah tinggal tetap yang tak jauh dari kampung halamanku. Diapun kembali dengan membawa harapan untuk meminangku secepatnya. Banyak hal yang berubah darinya, bertambah gagah dan lebih maskulin.Setelah akad nikah dan acara selesai kami memutuskan untuk menginap di hotel yang telah dipesan. "Tolong kamar 201," ucap Mas Muchtar di resepsionis.
Tok! tok! tok!Hakim telah mengetuk palu di persidangan, sudah sah secara agama maupun negara, aku menjadi janda untuk kedua kalinya. Bukan hanya janda, tapi juga janda miskin. Harus bagaimana lagi, di umur tiga puluh dua tahun, menerima kegagalan pernikahan dua kali. Kenyataan bahwa suamiku, Mas Faiz, bukan lagi menjadi imam di keluarga kecil ini.Dia memilih bersama mantan pacarnya untuk membina biduk rumah tangga yang baru.Lelaki itu, memilih menghancurkan pernikahan yang baru dibangun dan berumah tangga dengan wanita dari masa lalunya. Sungguh singkat, hanya delapan bulan, waktu yang teramat pendek, walaupun suda