Selesai bertemu klien, Fras memutuskan langsung pulang ke rumah Laura. Tak bisa dipungkiri, bayangan Laura sedang bersama Aagha tadi saat di tempat makan membuat Fras tak tenang. "Guru olahraga berani-beraninya mengajak anak dan istriku makan, dia pikir dia siapa? Motor saja butut," gerutu Fras sambil menyetir. Perasaannya benar-benar tak karuan karena tengah dibakar api cemburu. Titt!Mobilnya sampai di halaman rumah. Fras gegas turun, tapi langkahnya mendadak mati saat ia melihat sebuah motor juga datang memasuki halaman rumahnya."Laura? Dia laki-laki itu lagi?" gumamnya. Mata Fras melotot mengikuti pergerakan motor itu."Hati-hati, Bu." Aagha membantu Laura turun dari motornya. Cepat Fras mendekat."Sayang, ini kamu kenapa?" Laura tak menjawab. Ia memilih berpaling wajah dan menoleh ke arah Aagha."Pak, makasih ya sudah antar saya.""Sama-sama Bu, mari saya duluan.""Enggak mampir dulu sebentar?""Enggak Bu, makasih."Aagha kembali menyalakan motornya dan gegas pergi dari rumah
Esok hari.Pagi-pagi Dewi sudah membawa gayung dan memercikan air pada wajah Zehra. Gadis kecil itu terperanjat karena tahu Dewi pasti akan marah-marah lagi sebab ia tidak bangun pagi-pagi.Kebiasaan bangun tidur jam 6 pagi di rumah Laura membuat Zehra tertidur dengan pulas. Ia lupa kalau hari ini ia tidur bersama Dewi dan harus bangun pagi-pagi seperti yang biasa ia lakukan sebelumnya."Bangun kau anak pembawa sial! Anak gak tahu diri! Aku 'kan udah bilang, pagi-pagi itu harus bangun terus langsung gosok kamar mandi!" sentak Dewi."Iya Maah, iya maafin Cela."Gadis kecil itu gegas pergi ke kamar mandi untuk melakukan apa yang Dewi suruh. Dia menggosok kamar mandi dengan tangan kecilnya, bahkan saat nyawanya belum pulih secara penuh."Gosok yang bener! Dan harus udah selesai sebelum semua orang bangun terutama Mbahmu! Bisa kena omel aku sama dia kalau tahu kamu lagi gosok kamar mandi."Zehra mengangguk. Sementara matanya tiba-tiba mengembun. Gadis kecil itu ingin sekali menangis tapi
Mendadak air mata Laura jatuh berantakan. Kali ini bukan karena ia merasakan kesedihan, tapi karena ia terharu dengan apa yang diucapkan Zehra.Gadis kecil itu memanggilnya 'mama', sebuah panggilan yang selama ini Laura impikan."Apa katamu, Nak?" isaknya.Laura memegang kedua pundak Zehra seraya menatap gadis kecil itu dalam."Cela mau Papa Flas cama Mama Laula yang dadi Papa dan Mama cela. Cela tak mau Mamah Dewi." Zehra mengulangi.Tak kuasa menahan, Laura pun memeluk gadis kecil itu erat-erat."Cela cayang Papa dan Mama."Laura manggut-manggut sambil menyeka air mata bahagianya."Boyeh 'kan Cela panggin Tate Laula Mama?" tanya Zehra lagi, sepasang mata kecilnya berharap penuh.Laura mengangguk, "boleh Sayang, tentu saja boleh.""Aciiik, makacih Mama Laula baikk."Mereka kembali saling memeluk."Ya sudah, ayo mandi, kita harus buru-buru ke sekolah," kata Laura lagi."Laura tunggu." Fras menahan tangan tangan Laura.Laura menoleh tajam."Emm makasih Sayaang. Kamu udah beri aku dan
"Tolong Pak, tolong itu dilap dulu luka saya, terus tolong ditutup perban ya, saya lemes banget enggak kuat," pinta Laura setelah mereka sampai.Aagha mengangguk dan cepat melakukan apa yang Laura perintahkan.Ini luka biasa aja dah, darahnya gak sampe ngocor yang gimana-gimana, tapi kenapa nih emak-emak heboh banget. Phobia sih phobia tapi bisa yang santaian dikit napa? Tahu sendiri kalau emak-emak udah heboh, dunia jadi pada ikutan heboh. Aagha ngoceh sambil cengar-cengir.Sementara kedua tangannya dengan cekatan terus bekerja."Mama Lau. Mama Lau tak apa-apa?" Zehra terisak. Hatinya begitu lembut, gadis kecil itu menangis saat melihat Laura lemes seperti itu."Gak apa-apa Sayang, Mama Laura gak apa-apa kok, ini cuma harus ditutup aja luka supaya Mama Laura gak lemes lagi." Laura mengulum senyum lebar sambil mencoba menghilangkan kecemasan di wajah Zehra."Kacian, Mama bedalah," kata Zehra lagi."Ah cuma sedikit Sayang, segini mah Mama kuat." "Kuat kok lemes," balas Aagha spontan.
"Sabar Bu, sabaar, gak baik marah-marah begitu, takut Ibu kena serangan jantung," ucap Aagha di belakang Laura.Wanita itu berbalik dengan pipi yang sudah basah. Lalu berhambur masuk tanpa bicara apa-apa lagi."Ya udah Cel, Pak Guru mau pulang dulu ya, itu tantenya eh mamanya dijagain, takutnya kenapa-kenapa."Zehra mengangguk. Aagha gegas pulang setelah Fras dan Dewi juga sudah pergi dari sana.Sementara di trotoar jalan Fras berjalan gontai sambil terus memegangi kepalanya."Arggghhhh.""Udahlah Mas, kenapa Mas harus begini? Pergi dari rumah Laura justru menguntungkan buat kita 'kan?" kata Dewi.Wanita itu memaksa sekali ingin Fras kembali kepadanya. Tanpa pernah dia sadar, karena ulahnya bicara sembarangan, hidup Fras sekarang hancur dan benar-benar akan terlunta-lunta di jalanan."Setelah Mas resmi cerai dari Laura, kita akan menikah lagi dan kita akan hidup bahagia seperti dulu lagi, Mas. Jadi Mas gak usah khawatir, karena Adek akan berikan Mas segalanya, Adek janji Adek akan ter
Zehra tersenyum lalu mengangguk.Tak lama, Mbah Asti, Dewi dan Fras juga datang. Dewi mengandeng Fras bak raja dan permaisuri. Dewi memang sengaja, ia ingin menunjukan pada Laura dan pada semua orang yang hadir betapa serasinya mereka. Tapi saat sampai di ruang tamu, Dewi malah tertegun dengan wajah melongo."Zehra?" gumamnya.Dewi melihat gadis kecil itu sudah sangat jauh berbeda. Badannya berisi, kulitnya bersih dan wajahnya terlihat cantik berkali-kali lipat.Itu beneran si Zehra? Ya Tuhan, aku gak nyangka aku punya anak secantik itu. Kata Dewi dalam hati."Ya ampuun cucukuu, berbeda sekali dia." Mbah Asti sama kagumnya saat melihat Zehra."Celaa!" teriak Mbah Asti kemudian.Zehra menoleh dan langsung berlari menghampiri Mbah Asti."Mbah Atiii.""Waah selamat ulang tahun ya Nak, cucu Mbah," ucap Mbah Asti sambil memberikannya sebuah kado."Makacih, Mbah."Lanjut, Zehra menyalami Fras dan Dewi."Makacih Papa cudah datang.""Ya sama-sama Sayang, ini hadiah buat Cela, satu dari Mama D
Selesai acara. Semua tamu pulang satu persatu. Di rumah Laura kini tinggal hanya ada Dewi, Fras, dan Mbah Asti. Malam itu Nyonya Trissy sengaja tidak datang karena ia masih belum mau bertemu dengan Fras, tapi meski tidak datang Nyonya Trissy tetap mengirimkan hadiah untuk Zehra.Dengan wajah yang berseri-seri gadis kecil itu mulai membuka kado-kadonya. "Yee Cela mau buta tado dali Papa," katanya sambil dengan cepat merobek kertas yang membungkus kado berisi tas dari Fras."Aciik Cela dapat tas cekolah aciik aciik aciik." Betapa bahagianya gadis kecil itu saat mendapat hadiah tas sekolah dari Fras."Makacih makacih makacih Papa Flaaas.""Iya Sayang sama-sama." Lanjut, Zehra membuka hadiah dari Nyonya Trissy. "Apa ni yaaa? Waaah boneta Balbieee." Kedua bola mata Zehra yang bulat berbinar-binar saat melihat hadiah dari Nyonya Trissy."Yee Cela cantik cepelti Balbie," katanya lagi seraya bangkit dan berlenggak-lenggok menirukan paras Barbie yang cantik menawan.Semua orang sampai mengg
Cepat Laura membuka kotak kecil itu. Dan didapatinya selembar kertas berisi tulisan di sana.'Hai Bu ....Apa ibu pernah dengar cerita tentang seseorang yang meminta satu tangkai bunga pada Tuhan? Dia berharap dengan setangkai bunga itu pekarangannya yang tandus akan terlihat indah.Tapi satu hari, Tuhan malah memberinya beberapa tanaman kaktus berduri. Awalnya orang itu marah, dia sangat kecewa karena ia tidak mendapatkan apa yang ia pinta. Kaktus-kaktus itu bahkan sampai sering melukai jari-jari tangannya sendiri.Dia pun kembali bertanya kepada Tuhan. Kenapa Tuhan tidak mengabulkan sesuai permintaannya saja? Dia hanya meminta setangkai bunga untuk ia tanam di pekarangan rumahnya, apa itu sulit bagi Tuhan?Dan sampailah ia pada satu hari di mana kaktus-kaktus itu mengeluarkan bunga yang bermekaran indah. Orang itu terkejut sekaligus bahagia karena pekarangannya yang tandus kini terlihat sangat indah bahkan lebih dari yang ia bayangkan sebelumnya.Dari cerita itu kita bisa mengambil
Fras mengangguk. Dia agak merasa heran dengan pertanyaan Nyonya Nagita yang mendadak seperti memperdulikan Dewi."Ya Tuhan Fras bisa-bisanya kamu nyuruh Dewi pulang sendirian. Kasihan dia, ini udah malem. Kalau terjadi apa-apa sama dia gimana?"Fras terbelalak. Antara haru dan tak percaya matanya sampai berkaca-kaca."Sana pergi, antarkan dia pulang," titah Nyonya Nagita.Fras mengerjap dan refleks bangkit mengejar Dewi keluar. Tapi sayang rupanya Dewi sudah pergi naik angkot."Ah udah gak ada pula," dengus Fras.Dia pun terpaksa kembali ke ruangannya Nyonya Nagita."Loh kamu kok balik lagi aja?""Dewi udah pergi, Ma. Dia udah naik angkot kayaknya.""Yaah telat kamu Fras."***Seminggu kemudian. Di hari minggu. Zehra dan Dewi kebetulan sedang libur jadi mereka semua sedang ada di rumah.Tok tok tok."Ceel, bisa tolong bukain pintu? Mama lagi nyapu Sayaang!" teriak Dewi."Ote, Mamah."Zehra gegas berhambur ke depan.Kreet."Papaaa. Opaaa." Gadis kecil itu tersenyum lebar dan langsung b
Nyonya Nagita lalu bangkit. Perutnya terasa lapar. Dia baru ingat dari pagi dia belum makan apa-apa. "Ah meningan aku nyari makan ke jalan raya," katanya.Nyonya Nagita jalan tergesa ke jalan raya. Dan saking tergesanya dia sampai tak memperhatikan lalu lalamg mobil yang sedang ramai hingga akhirnya ia terserempet mobil.Bughh. Gedebussh."Aaaa!"Dalam sekali hantaman Nyonya Nagita langsung tak sadarkan diri. Kepalanya terbentur ke bahu jalan sampai keningnya sobek dan mengeluarkan darah yang tak sedikit.Sontak saja semua orang yang ada di sekitar sana langsung berlari mengerubungi Nyonya Nagita."Eh ada kecelakaan ada kecelakaan.""Ada apa itu Dew?" Koh Liem yang melihat orang-orang berlarian depan tokonya ikutan panik."Gak tahu Koh, mungkin ada kecelakaan. Coba Dewi lihat dulu boleh gak Koh?""Ya udah sana sana."Karena penasaran, Dewi gegas lari ke arah orang-orang yang sedang berkerubung."Bawa aja bawa ke rumah sakit.""Tapi siapa yang bakal tanggung jawab? Mana gak ada yang k
"Ya sudah Pak, boleh. Saya izinkan Bapak menjemput Zehra pulang sekolah tapi itu pun kalau gak merepotkan Bapak.""Terimakasih Dew." Pak Indra mengecup pucuk kepala Zehra.Gadis kecil itu hanya tersenyum membalasnya.***Esok harinya Pak Indra benar-benar menjemput Zehra. Pria itu merasa sangat bahagia sebab impian di masa tuanya terkabul bahkan lebih cepat dari dugaannya. Sepulang menjemput Zehra, Pak Indra juga menyempatkan diri bermain dengan cucu satu-satunya itu sampai lewat tengah hari. Pria itu benar-benar menikmati hidupnya bersama Zehra.Walau sekarang hidupnya kekurangan bahkan cenderung miskin, ia sudah tak peduli lagi. Baginya yang terpenting sekarang adalah dia selalu melihat dan bertemu Zehra setiap hari.Sebab hal itu adalah kebahagiaan yang tak bisa ia dapatkan dari manapun. "Cel ... Opa pulang dulu ya, Cela istirahat 'kan capek main terus dari tadi.""Iya, Opa. Tapi eman Cela tak boyeh itut Opa puyang te lumah Opa?""Nanti ya Nak, sekarang belum saatnya. Nanti kalau
Zehra mengangguk polos."Terus selain ngasih permen Opa Indra ngapain lagi? Dia pasti marahin Mama sama Opa ya?" tanya Fras lagi. Perasaannya mendadak cemas karena kedatangan papanya ke kontrakan Dewi."Eendaa. Opa Indla baik, Opa Indla tak malahin Mamah cama Mbah, Opa cuma main cama Cela," jawab gadis kecil itu apa adanya.Kening Fras mengerut. Ia masih tak percaya. Karena penasaran pria itu pun gegas ke dalam menemui Dewi."Dek, apa bener tadi Papa ke sini?""Iya, Mas.""Mau apa dia? Pasti Papa mau jahatin kamu ya?" tembak Fras.Dewi menggeleng cepat. "enggak Mas, Papamu gak jahatin aku. Beliau ke sini justru mau minta maaf soal kejadian kemarin sore karena aku dimarahin sana mama kamu. Oh ya, papa kamu juga main sama Zehra sampai siang. Aku gak nyangka Mas, ternyata beliau sesayang itu sama Zehra. Papamu mau nerima Zehra sebagai cucunya," jawab Dewi panjang lebar.Fras mengembuskan napas lega."Oh ya? Mas sampe gak percaya, kok bisa tiba-tiba Papa jadi baik sama kamu dan Zehra? Buk
"P-pagi." Dewi langsung gugup. Perasaannya berubah tak karuan."Boleh saya masuk?" Pak Indra tersenyum ramah."Oh ya, ya silakan, Pak," katanya.Pak Indrapun gegas masuk dan duduk di kursi sederhana yang ada di kontrakan Dewi."Ad-da apa ya, Pak?" Dewi makin gugup.Pak Indra mengulum senyuman lebar."Oh iya. Begini. Sebetulnya saya datang ke sini karena saya mau minta maaf sama kamu atas perlakuan istri saya kemarin sore," jawabnya.Dewi menunduk, "gak apa-apa Pak, gak usah dipikirin saya makum kok."Mbah Asti keluar dari dapur."Ada siapa Dew?" tanyanya. Dan keningnya langsung mengerut saat wanita tua itu melihat pria paruh baya tengah duduk bersama putrinya.Sementara Pak Indra menggangguk sopan pada Mbah Asti, "selamat pagi, Bu.""Ya selamat pagi. Maaf Anda siapa ya?" tanya Mbah Asti.Dewi menoleh, "Ibu ini ... ini Papanya Mas Fras," ucapnya.Sama halnya dengan Dewi tadi, perasaan Mbah Asti juga mendadak tak karuan saat tahu yang datang adalah papanya Fras.Mau apa dia datang ke si
"Mas cuma pengen tahu, Dek. Kalau Adek cinta sama Mas, harusnya Adek itu enggak perlu ragu, malu ataupun nolak rencana pernikahan kita."Dewi menarik napas berat, "aku itu bukan ragu, malu ataupun nolak Mas, aku cuma lagi berusaha berdamai aja sama keadaan aku yang baru. Pernikahan itu bukan cuma menyatukan dua insan Mas, kita gak bisa memaksakan kehendak kita sementara orang-orang di sekitar kita kita abaikan begitu aja. Lebih-lebih orang tua kamu. Aku tahu cara mereka mungkin salah, tapi usaha mereka untuk memisahkan kita itu adalah bukti rasa sayang mereka sama kamu Mas, mereka itu gak mau kamu sampai salah langkah dan menikahi orang yang gak tepat," ujar wanita itu panjang lebar.Fras bergeming dengan napas kasar. Kadang ia juga tak percaya wanita di hadapannya itu sekarang sudah berubah banyak sekali. Lebih bijak, lebih dewasa dan lebih pendiam tentunya."Yuk sayang buruan makannya, kita harus pulang, takut Mbah nungguin," ucap Dewi lagi pada Zehra."Ote, Mamah."Selesai makan da
Laura dan Aagha yang tak menyangka akan bertemu dengan Zehra di tempat makan itu langsung salah tingkah. "Pak Gulu ciniii," panggil Zehra lagi.Aagha cengar-cengir dan gegas menghampiri meja Zehra. Laura juga mengekor di belakangnya."Eh Cela kok ada di sini?" tanya Aagha."Iya Pak Gulu, Cela ladi mam cama Papa dan Mama Dewi. Pak Gulu cama Mama Laula mau mam juga?""Hehe iya.""Cini duduk baleng Cela." Gadis kecil itu menepuk kursi di sampingnya."Eh gak usah. Pak Guru sama Mama Laura duduk di sana aja, kalau di sini nanti kami malah ganggu," tolak Aagha.Zehra menggeleng, "endaa. Enda dandu kok, iya tan, Pa?"Fras yang sedang berpura-pura fokus makan refleks megangguk, "ah ya silakan, silakan duduk aja bareng kami," ucap dia sekenanya."Gak usah. Pak kita duduk di sana aja," tolak Laura seraya menunjuk ke meja yang ada di pojok. "Oh oke. Gadis cantik Pak Guru sama Mama Laura makan di sana ya."Zehrapun mengangguk.Baru saja Laura dan Aagha akan beranjak ke meja itu, beberapa oran
"Gak apa-apa, gak usah dipikirin."Dewi diam meski perasaannya mulai diterpa gundah. Orang tua Mas Fras jelas menolakku, dia gak akan menerima aku sebagai menantunya. Terus aku harus gimana? Ujarnya sepanjang jalan."Gimana gimana tadi? Apa calon mertuamu mau nerima kamu, Nak?" tanya Mbah Asti saat mereka sampai.Dewi menggeleng lesu. Raut wajah Mbah Asti yang tadi sangat bersemangat mendadak ikut lesu."Tadi Mamah dimalah-malahin cama Oma, Mbah," ucap Zehra dengan polosnya.Mbah Asti menarik napas berat. Ketakutannya benar-benar jadi kenyataan.Kasihan Dewi. Padahal dia udah berusaha jadi wanita yang lebih baik lagi. Sebelum berangkat dia juga gak henti-hentinya berdo'a tapi dia malah harus menerima kenyataan pahit ini. Ya Tuhan, semoga Dewi gak sampai putus asa lagi."Gak apa-apa Dek, gak usah dipikirin, mereka cuma masih kaget aja karena Mas tiba-tiba datang ngenalin kamu, harusnya Mas emang bilang dulu sama mereka," ujar Fras. Mengelus pundak Dewi."Gak apa-apa Mas, bukan salah k
Sore harinya setelah Fras pulang kerja. Fras benar-benar mengajak Dewi dan Zehra bertemu dengan kedua orang tuanya."Pa, kita mau temana?""Kita mau ketemu sama Oma, Sayang.""Oma? Omana Cela?""Iya Omanya Cela, Papa sama Mamanya Papa." Fras menunjuk dadanya memberi Zehra penjelasan."Ooh aciiik," sorak gadis kecil itu polos."Ini, bawa makanan ini buat mereka Fras." Mbah Asti memberikan kue Adas yang tadi dibuatnya bersama Dewi."Iya Bu, makasih ya. Kalian siap?" Fras bertanya pada Zehra dan Dewi yang terlihat masih ragu-ragu itu."Ciaaap." Zehra bersemangat."Dek?"Dewi terdiam lesu."Loh Nak, kok malah lesu? Ayo sana, temui calon mertuamu," kata Mbah Asti pada putrinya."Dewi kayaknya masih belum siap deh Bu, Mas."Mbah Asti mengembuskan napas kasar, "iya tapi mau sampe kapan toh? Sudah sana pergi, mumpung mereka juga ada di sini 'kan?" Dewi pun akhirnya mengangguk lalu gegas pergi bersama Fras dan Zehra."Mas, aku ragu, meningan jangan sekarang deh ya." Dewi menghentikan langkah