Share

Dia memang begitu

Author: Nvika302
last update Last Updated: 2023-07-27 06:57:09

Setelah mengetuk pintu, tak lama pintu terbuka. Arya segera masuk dan menyerahkan barang bawaannya pada Balin kecuali kantong yang berisi cemilan. Dia memindai seluruh ruangan tapi tidak menemukan Abi disana.

"Mana Abi?" tanyanya masih dengan wajah datar.

"Dikamar Mamanya" jawab Elena sambil menunjuk pintu kamar yang berada paling depan.

Tanpa mengucapkan terima kasih atau basa basi lainnya, Arya mengetuk pintu itu dua kali dan kemudian membukanya.

"Hai Anak Papa yang sedang belajar, boleh Papa masuk?" sapanya dengan mencoba ramah dan tersenyum masih didepan pintu kamar. Sementara Abi tidak bereaksi apapun. Setelah mendekati Abi, Arya melihat sekilas pekerjaan Abi dan menganggukkan kepala karena semua jawaban Abi benar.

"Pintar. Ini Papa bawakan cemilan. Dimakan ya. Papa mau mengobrol sebentar dengan Tante Elena dan Om Balin di ruang tamu" ucap Arya setelah meletakkan dua kantong penuh berisi cemilan yang memang sejak dulu dibatasi oleh Swastika. Abi hanya boleh memakan cemilan-c
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Anak Rahasia Dokter Arogan   Cemburu Bilang Bos

    Tepukan tangan Dimas membuyarkan acara tangis menangis itu. Semua memandangnya heran. "Perhatian semuanya" teriak Dimas diantara kesunyian hinhga suaranya terdengar menggema di seluruh ruangan. Dia kemudian menarik salah satu tangan Swastika dengan paksa untuk berada dekat dengannya. Sehingga mau tidak mau Swastika melepas tangan Abi dan Elena agar mereka tidak ikut terluka karena Swastika dapat merasakan cengkraman tangan Dimas berbeda dengan saat dia menggandengnya di bandara. "Mamaaa" teriak Abi yang tubuhnya ditahan oleh Arya. Dia khawatir Mamanya terluka karena perlakuan kasar Dimas. "Ada apa lagi?" tanya Balin tidak kalah terkejut, dia bahkan siap memukul Dimas kalau saja tidak ditahan oleh Elena dan Arya. Arya tau betul Dimas tidak akan melukai orang lain jadi dia diam saja saat Dimas menarik tangan Swastika. Hanya saja sudah 6 tahun sejak terakhir kali mereka bertemu. Apakah dia masih Dimas yang sama? "Kalian mau dia? Hah, tidak segampang itu. Aku sudah mengeluarkan uang

    Last Updated : 2023-07-28
  • Anak Rahasia Dokter Arogan   Luka yang membekas selamanya

    Arya mengemudi dengan kecepatan tinggi, untung saja saat ini sudah dini hari jadi jalanan tergolong sepi. Dimas yang skill mengemudimya tidak kalah dari Arya bahkan sampai kewalahan mengejarnya. "Dia ya, benar-benar. Kalau ditangkap polisikan bisa gawat" gerutu Dimas didalam mobil sambil celingukan kanan kiri karena akan menerobos lampu merah. Benar seperti dugaannya, Arya pulang ke mansion. Orang-orang di mansion sudah kenal akrab dengan Dimas, jadi mereka semua menyambut Dimas yang sudah beberapa tahun tidak main kesana. Bahkan Dimas berbincang sejenak dengan satpam yang lebih dulu menyapanya. Setelah itu, diapun masuk kedalam rumah mencari Arya. "Hei, apa Mamih sudah bangun? Aku mau menyapa sebentar" ucapnya yang saat berada didepan kamar Mamih Ratna, saat itu pula Arya membuka pintu dan keluar dari sana. "Tidak perlu, Mamih masih tidur" jawab Arya yang berubah ketus tidak seperti saat mereka bertemu di apartemen Swastika. Tanpa mempedulikan omelan Dimas, Arya melenggang masuk

    Last Updated : 2023-07-31
  • Anak Rahasia Dokter Arogan   Berita mengejutkan bertubi-tubi

    Setelah Arya menutup telfonnya, secara bergantian Balin dan Elena juga menelfonnya dan menyarankan hal yang sama. Tak terkecuali Dimas yang justru menyarankannya untuk bedrest total agar lukanya segera sembuh. Karena semua orang menyarankan hal yang sama, Swastika pun menurut. Hingga beberapa minggu berlalu, Swastika masih berdiam diri didalam rumah. Lukanya juga sudah sangat jauh lebih baik tinggal menunggi recovery kulitnya saja. Abi juga sangat membantu dengan tidak mengatakan pada teman-temannya bahwa sang Mama sudah kembali. Selama beberapa hari itu pula, Arya maupun Rama sudah tidak lagi memghubunginya. Dari berita yang beredar di tv atau online, memang perusahaannya saat ini sedang sangat sibuk. Mereka baru saja meliris produk baru yang mendapat respon sangat baik dari masyarakat bahkan penjualannya meningkat setiap harinya. Beberapa kali Dimas masih bolak balik ke apartemennya untuk memantau perkembangan luka Swastika dan memintanya bersabar sedikit lagi hingga semua masalah

    Last Updated : 2023-08-02
  • Anak Rahasia Dokter Arogan   Kejutan Hadiah pernikahan

    Undangan Pernikahan VVIP dari Arya dan Liana berjumlah 4 pcs membuat mereka sampai tak bisa berkata-kata. Dengan sedikit catatan khusus ditulis tangan dikertas note yang berbeda, agar semua barang yang dikirim hari ini berjumlah 6 box dipakai saat acara. "6?" ucap Elena dan Swastika bersamaan. Tak lama terdengar lagi suara bel, jika yang tertera disurat ini benar, berarti bisa dipastikan itu berasal dari kurir yang mengantarkan 3 box kekurangannya. Dengan cepat Elena berlari ke depan pintu. Dan sesuai dengan prediksi mereka, yang memencet bel itu adalah kurir dengan membawa 3 box tambahan yang ukurannya lebih kecil. Elena pun menerimanya dan membawa semuanya ke depan Swastika. Kali ini, warna kertas pembungkusnya berbeda. Mereka berwarna abu-abu dengan pita yang diikat dengan warna serasi. Benar dugaan mereka bahwa itu adalah setelan jas untuk Abi, ukurannya pun sangat pas dibadan Abi beserta sepatu dan peralatan make up dengan lagi-lagi tercetak lambang salah satu luxury brand.

    Last Updated : 2023-08-03
  • Anak Rahasia Dokter Arogan   Membuat Bulu Kuduk Berdiri

    Betapa kagetnya Liana, melihat Brian diapit oleh dua orang anggota berseragam polisi dan dibelakangnya dijaga ketat oleh anak buah Arya. "Ups. Ada yang terlupa" ucapnya tanpa mengindahkan wajah terkejut Liana. "Silahkan diputar" ucapnya dengan lantang. Dan tak lama, disebuah layar besar yang memang disediakan disalah satu sudut dengan angel yang membuat semua tamu melihatnya sedang memutar video bagaimana Liana dengan brutal menyakiti Swastika dan yang pasti dengan beberapa bagian yang sudah disensor karena Arya yakin yang datang kesana bukan hanya orang yang sudah dewasa tapi ada dari mereka yang juga membawa anak-anaknya. Awalnya Liana sama sekali tidak tertarik melihat video itu, matanya terus saja melihat ke arah Brian yang sudah babak belur tapi saat telinga mendengar suara yang tidak asing, dia langsung menoleh dan lagi-lagi dia dibuat terkejut. Tidak hanya dirinya, orang tua dan seluruh keluarga besarnya yang hadir dibuat terdiam dengan video itu. Bahkan managernya langsung

    Last Updated : 2023-08-04
  • Anak Rahasia Dokter Arogan   Apa itu? Aku tidak kenal

    Dengan suara tawa menggelegar dia memilih menjauh dari Swastika yang tampak mengeluarkan tanduk dikepalanya, seolah siap menanduknya. Elena memang paling senang menggoda Swastika jika sudah begini. "Apa-apaan itu? Bagaimana bisa dia membayangkan hal seperti itu?" gumam Swastika sambil memegang kedua pipinya yang terasa panas dan saat dia melihat kekaca, pipinya sudah merona merah muda. "Sudahlah. Akui saja" goda Elena sekali lagi sambil menirukan suara pemeran wanita dalam film bo*** yang tanpa sengaja pernah ditontonnya. "Yaaaa" teriak Swastika yang merasa risih dengan suara yang dihasilkan oleh Elena. Dia memang tidak memungkirinya. Walaupun saat itu memang terasa sangat sakit di awal, tapi lama kelamaan rasa sakit itu berangsur hilang dan berganti dengan nikmat. Dia bahkan tidak ingat sudah berapa kali, berapa lama dan berapa gaya yang mereka coba. Tapi tidak mungkin juga dia ceritakan pada para sahabatnya itu. Karena masih harus satu kamar dengan Elena yang terus saja mengoce

    Last Updated : 2023-08-05
  • Anak Rahasia Dokter Arogan   Usaha Terus Jangan Kasih Kendor

    "Jelas ini. Bapak sedang CEMBURU" goda Rama dengan penekanan pada kata terakhir. "Sok tau kamu" jawab Arya merasa terpojok kemudian memilih untuk meninggalkan ruangannya. "Pak, mau kemana?" "Pergi. Jangan tahan saya" jawab Arya dengan sok formal. "Apaan sih? Siapa juga yang mau nahan. GR banget" gumam Rama setelah melihat Arya benar-benar meninggalkan ruangannya dan tidak ada tanda-tanda kembali lagi. Rama pun mengikuti bosnya dan memilih untuk pulang. Sebenarnya dia tidak terbiasa meninggalkan pekerjaan yang belum selesai, tapi mau bagaimana lagi? pekerjaannya bisa dilanjutkan setelah ada tanda tangan Arya disana, sementara sang Bos sudah pulang jadi dia memilih untuk juga pulang saja. Rama melajukan mobilnya dengan santai, jarang-jarang dia bisa pulang dengan keadaan langit yang masih terang seperti ini. Dia pun memilih jalan memutar dan melewati beberapa pusat kota sebelum terjadi macet yang sangat dia benci. Dengan diiringi lagu bebe rexha I'm good, Rama bernyanyi bahkan samp

    Last Updated : 2023-08-08
  • Anak Rahasia Dokter Arogan   Dia ingin aku Meminangmu

    Karena sudah malam dan sudah saatnya Abi tidur, Rama memutuskan untuk pulang. Tepat saat dia sedang memakai sepatunya, bel pintu berbunyi. "Kamu mengundang siapa lagi?" tanya Swastika pada Elena yang mengantar Rama untuk pulang tapi Elena hanya menggelengkan kepala karena merasa tidak mengundang siapapun. Setelah kunci pintu tekan, demi keamanan Rama yang memutuskan untuk membuka pintunya. "Bos?" ucapnya yang kaget karena Arya yang ternyata berdiri didepan pintu. "Sedang apa Bos disini malam-malam?" sambungnya. "Bukan urusan kamu" jawab Arya jutek padahal dia juga kaget karena bukan Swastika yang membukakan pintu untuknya. Arya justru menggeser tubuh Rama agar dia lebih leluasa untuk masuk. "Sudah malam Bos. Tidak baik bertamu malam-malam" bisik Rama. "Isshh. Bukan urusan kamu. Pergi sana" usir Arya sekali lagi. Bukannya pergi sendiri, Rama justru menggandeng tangan kanan Arya, merebut bawaannya dan meletakkannya disalah satu sudut kemudian berteriak pada Swastika dan Elena ka

    Last Updated : 2023-08-10

Latest chapter

  • Anak Rahasia Dokter Arogan   Sudah tidak tahan

    "Apa kabar Bapak Arya yang terhormat" ucap pria itu setelah melepas topi dan maskernya. Dengan masih memegang lengannya yang terluka. "Masih berani Anda menemui saya?" ucap Arya dengan tenang. "Kenapa saya harus takut? Saya tidak pernah melakukan sesuatu setengah-setengah. Kalau ujungnya saya pasti akan masuk penjara, kenapa tidak sekalian saja saya mengirim Anda menghadap Tuhan Anda?" pria itu tertawa seolah bangga dengan apa yang dia katakan. "Psikopat. Tunggu saja. Sebentar lagi akan ada polisi yang datang" dan benar saja, tidak lama memang ada polisi yang datang kesana. "Biarkan saja. Saya tidak takut" pria itu masih terus tertawa. "Pak Bramanto, apa Anda yakin keluarga Anda sedang dalam keadaan baik-baik saja saat ini?" gertak Arya yang tentu saja langsung membuat Bramanto ciut. Apalagi saat melihat senyum mengerikan yang Arya berikan, sungguh membuat bulu kuduk meremang."Apa yang Anda tau tentang keluarga saya? Mereka sudah berada ditempat yang aman" ucap Bramanto dengan

  • Anak Rahasia Dokter Arogan   Pelaku mulai beraksi

    Pagi harinya, saat semua keluarga tengah berkumpul untuk sarapan, Arya dan David masih belum menampakkan batang hidungnya. "Kemana Arya? Kenapa belum turun?" gerutu Mamih Ratna. "Dia tadi malam sedikit mabuk Mih, mungkin masih tidur" jawab Swastika. "Akan aku coba bangunkan Mih" sambungnya. "Ya sudah. Suruh dia cepat mandi dan sarapan" "Iya Mih" Swastikapun meninggalkan makanannya dan bergegas menuju kamar Arya. Setelah menanyakan pada para pengawal yang berjaga didepan kamar, Swastika segera masuk. Dan benar saja, Arya masih tertidur pulas diatas ranjang dengan kemeja, celana panjang dan kaos kaki yang sudah berserakan dimana-mana. Swastika memunguti semuanya dan meletakkannya didalam paperbag yang semula berisi pakaian bersih untuk Arya berganti baju. "Ayo bangun" Swastika mencoba menarik lengan Arya untuk mengeluarkannya dari dalam selimut. "Hhmm" "Ayo. Mamih menunggu dibawah" "Biarkan saja. Kepalaku pusing sekali" "Makanya jangan mabuk. Kakimu jugakan masih sakit kenapa

  • Anak Rahasia Dokter Arogan   Rasanya seperti de javu

    "Aku tidak ingin pulang. Aku ikut kemana Anda pergi" ucap gadis itu dengan wajah memelas dan air mata yang masih menggenang. "HAH?" Rama yang bingung tidak tau harus membawa gadis itu kemana, akhirnya memilih untuk tetap meninggalkan acara pesta. Sebelum pergi dia mengabari Arya bahwa ada urusan mendesak yang membuatnya harus pergi lebih dulu. "Rama kenapa?" tanya Swastika yang mendapat bisikan mengenai kepulangan Rama. "Tidak tau. Katanya ada urusan mendesak" jawab Arya tidak peduli. Merekapun melanjutkan menikmati rangkaian acara lain dengan Abi yang sudah lebih dulu masuk kedalam kamar hotel. Arya sengaja memesan kamar hotel yang memang berada disatu lokasi dengan gedung tempat acara pernikahan Elena. Dia sudah menduga bahwa acara ini akan berlangsung hingga lebih dari tengah malam. Dia juga sudah memesan untuk yang lain termasuk Rama tapi karena dia sudah pulang lebih dulu, kamar itu hanya akan dihuni oleh David sementara Abi akan tetap bersama Ryan dan dua pengawal lain, da

  • Anak Rahasia Dokter Arogan   Pesta Pernikahan

    Dua jam sebelum acara dimulai, mereka sudah berangkat beriringan menggunakan tiga mobil dan beberapa pengawal yang ada di belakang rombongan mereka. "Jangan cemberut sepert itu dong. Ayo senyum" goda David pada Rama yang kalah dalam tantangan tahan nafas. "Sialan. Ini tidak mungkin. Pasti kalian berdua curang" tuding Rama pada Abi dan David. "TIDAK" sangkal Abi dan David. "Itu hampir 15 menit. Tidak mungkin kalian bisa tahan nafas sampai selama itu terutama kamu" tunjuk Rama pada David. "Lebih baik kita nanti tanyakan pada Pak Arya saja" jawab David yang tertawa bersama Abi. Mereka merasa lucu melihat Rama yang uring-uringan karena tidak terima dengan kekalahannya. Setelah berkendara membelah kemacetan hampir 2 jam akhirnya mereka sampai ke tempat acara. "Wow. Dekorasinya cantik sekali" kagum Swastika yang lekat memandang dekorasi ruangan itu. Pada awalnya Elena menginginkan tema outdoor tapi karena ramalan cuaca yang tidak menentu akhirnya dia harus mengganti tema menjadi indo

  • Anak Rahasia Dokter Arogan   Persiapan Acara

    "Wah, tadi itu benar-benar menyenangkan" ucap Abi kegirangan saat sudah masuk kedalam kamarnya. Tidak pernah dia membayangkan akan berada dalam situasi seperti itu. Sangat mirip dengan adegan perkelahian di film action yang sering ditontonnya. Seketika ponselnya bergetar menandakan ada sebuah pesan masuk. "Waaahhhh" teriak Abi kegirangan sembari joget-joget masuk kedalam kamar mandi. Pesan dari Arya yang berisi perintah untuk mulai belajar pisau dan pedang membuat adrenalin Abi terpacu. "Baru pulang sudah sibuk dengan ponselmu lagi?" Ucap Swastika yang keheranan dengan kelakuan Arya. "Hehe. Maaf. Sayang sini sebentar" "Ada apa?" Swastika mendekat membawa es jeruk dan beberapa cemilan. Arya merogoh sesuatu yang ada didalam sakunya dan menunjukkannya pada Swastika. "Marry Me?" ucap Arya tiba-tiba.Swastika yang kaget hanya bisa menutup mulutnya yang menganga. Jantungnya berdetak cepat sampai dia benar-benar tidak bisa berkata-kata. "Maaf karena tidak ada acara istimewa. Aku buk

  • Anak Rahasia Dokter Arogan   Saat Wanita Marah Lebih Baik Diam

    Sampai dikantornya, Arya segera menuju ruangannya dan meminta Rama dan David untuk segera menemuinya. "Kamu istirahat disini dulu sebentar ya. Aku ada meeting sebentar dengan Rama dan David" ucap Arya setelah mengantar Swastika keruangan pribadinya. "Baiklah. Sepertinya ini perihal rahasia perusahaanmu. Aku akan tunggu disini" jawab Swastika. Sebelum meninggalkan Swastika disana, Arya meninggalkan kecupan dikening dan kemudian menggunakan tongkatnya untuk berjalan menuju ruangannya. Disana Rama dan David sudah menunggu. "Jadi bagaimana? Jelaskan" pinta Arya.Merekapun menjelaskan pada Arya mengenai bukti-bukti temuannya dan siapa saja yang dicurigai sebagai komplotannya. Rama juga menjelaskan bahwa disalah satu cabang perusahaannya, mereka berhasil membawa kabur sejumlah uang. "Kenapa bisa kecolongan lagi?" tanya Arya yang sudah kesal sedari tadi. "Maaf, kami tidak menyangka kalau komplotannya bahkan sudah ada dimana-mana" jawab David. "Untuk sekarang, semua yang ada di kantor c

  • Anak Rahasia Dokter Arogan   Sesuatu yang baru dan menantang

    "Antar ke rumah sakit ya Pak" ucap Abi pada sopir yang mengawalnya. Karena permintaan Arya, untuk sementara Abi tidak diperbolehkan untuk naik sepeda motor sebagai gantinya, dia akan diantar jemput oleh sopir kepercayaan Arya dan beberapa pengawal. Karena hal itu pula, setelah Arya memberi instruksi pada Rama, ada pengawal yang datang kesekolah Abi dan mengambil motor yang dibawanya tadi pagi. "Kenapa harus sebegitunya sih? Kenapa juga tidak boleh naik motor? Dia yang punya musuh kenapa harus aku yang berkorban?" ocehan Abi disepanjang perjalanan. "Tuan Arya hanya mengkhawatirkan Tuan Muda. Karena dibidang yang digeluti Tuan Arya, para musuh tidak akan hanya mencoba menyerang Tuan Arya sendiri tetapi juga orang-orang yang ada disekelilingnya. Jadi saya mohon Tuan Muda untuk tidak berprasangka buruk dulu" ucap Ryan, pengawal pribadi Abi. "Hufh" Abi memutar bola matanya dan memilih untuk kembali fokus pada ponselnya. Setelah menempuh perjalanan yang memakan waktu lama karena terjeb

  • Anak Rahasia Dokter Arogan   Sudut Pandang Arya

    "Bu, saya mau ijin pulang dulu. Sebentar lagi mau masuk jam kantor" pamit Rama. "Iya. Berangkatlah" jawab Mamih Ratna. Setelah berpamitan, Rama diantar Swastika hingga keluar ruangan. "Rama, kalau ada info terbaru tolong kabari ya" pinta Swastika. "Baik Bu. Akan saya infokan kalau ada perkembangan. Saya permisi" Rama pun meninggalkan rumah sakit dan pergi menuju kantornya. Saat Swastika kembali kedalam ruangan dan melanjutkan kegiatannya mengelap tubuh Arya, tiba-tiba dia merasakan jemari Arya bergerak. Cepat-cepat dia berdiri dan memanggil Mamih Ratna dan Swastika meminta tolong pada Luna untuk memanggilkan dokter. Tak berapa lama, kedua mata Arya perlahan terbuka."Arya" "Sayang" "Kamu bisa dengar Mamih?" "Arya" "Arya" panggil Mamih Ratna dan Swastika saling sahut. Mereka terus memberikan afirmasi pada Arya agar segera sadar tetapi Arya tidak merespon apapun. Dia masih berusaha membuka matanya. "Mamih" "Tika" ucapnya tanpa mengeluarkan suara. "Hei, kamu sudah bangun? Tu

  • Anak Rahasia Dokter Arogan   Pencarian Bukti dan Olah TKP

    "Tenang dulu Bu" ucap dokter itu kala melihat Swastika yang menangis. "Bapak Arya mengalami patah tulung kaki sebelah kiri dan beberapa luka luar. Untuk luka luar sudah kami tangani, tetapi untuk luka dikaki kami akan segera melakukan operasi. Mohon Ibu untuk menandatangani dokumen persetujuan ini sebelum kami melanjutkan tindakan" ucap dokter itu. Kemudian salah seorang perawat mendatanginya dan menyodorkan dokumen yang harus ditandatangani. "Tapi dia baik-baik saja kan Dok?" tanyanya sekali lagi. "Sejauh yang kami periksa, tidak ada luka dalam selain pada kaki. Semuanya baik-baik saja Bu" jawab dokter. Setelah dokumen ditandatangani, mereka bergegas membawa Arya menuju ruang operasi dan menyuruh Swastika untuk menunggu didepan ruangan. Disana, Swastika menghubungi Luna untuk mengabarkan apa yang tengah terjadi pada Arya karena setelah mencoba menghubungi Rama dia masih belum mendapat jawaban. Luna yang saat itu masih mengantuk dan setengah sadar tersentak mendengar kabar itu. D

DMCA.com Protection Status