"Memang apa yang harus aku ceritakan?" tanya Vesa polos.
"Berhenti bercanda, Vesa Araya," ujar Derrick sambil memukul bahu temannya itu.Vesa mengaduh dan merasa Derrick White ini tak cocok dengan wajah marah. Baginya, karena terbiasa dengan wajah Derrick yang sering melawak, Vesa tak tahan dengan wajah serius Derrick."Oke, baiklah. Baiklah. Aku sudah menceritakannya sebagian di kantor tadi kan? Bagian mana yang membuatmu masih bingung?" tanya Vesa berubah lebih serius, tak ingin membuat Derrick ngambek tidak jelas. Sahabatnya yang satu itu memang terkadang bersikap d luar nalar hingga membuatnya kebingungan.Derrick duduk di sebuah sofa kosong dan menjawab, "Boleh aku tebak dulu, kau itu mencurigai Paman Ruslan?""Apakah sangat terlihat dengan jelas?" tanya Vesa balik."That's so obvious. Katakan kenapa kau mencurigainya?" tanya Derrick penasaran.Vesa tak tahu harus bagaimana memulainya tapi akhirnya dia berkata, "SesHari berikutnya Vesa benar-benar menjalankan ide yang berputar-putar di dalam benaknya. Pria muda itu di sore hari, usai dirinya bekerja di perusahaan ayahnya, langsung dengan sengaja pergi ke kediaman Stefan Aditama.Dia berhadapan langsung dengan Stefan yang saat itu baru saja selesai berolah raga. Vesa Araya mengernyit heran saat melihat Stefan yang masih kuat melakukan olahraga berat padahal usianya sama dengan sang ayah. Dia pun sekarang tak heran jika Stefan memiliki tubuh yang lebih bugar dan nampak lebih muda dari pada usia aslinya. Vesa bahkan yakin di usia Stefan saat ini masih banyak wanita yang tertarik pada pesona Stefan. Dia akan dengan mudah membuat semua perempuan bertekuk lutut untuknya."Apa yang kau lakukan di sini, anak muda?" tanya Stefan sambil memicingkan matanya ke arah pemuda itu."Saya ingin berbicara dengan Anda, Tuan Stefan," jawab Vesa yang sebenarnya sedikit gentar melihat tatapan Stefan yang begitu tajam itu.
Stefan tergelak mendengarnya. "Menurutmu aku akan membunuhmu atau tidak?" Stefan malah balik bertanya.Vesa tentu tidak tahu pasti tentang hal itu. Saat dia datang ke kediaman salah satu musuh masa lalu ayahnya itu, dia hanya mengandalkan keberuntungannya saja. Berharap Stefan tidak akan langsung bertindak gegabah, Vesa menjawab, "Saya rasa Anda tidak mungkin membunuh saya. Anda bukan seorang pembunuh."Stefan tersenyum tipis, sejujurnya dia malah lega karena Vesa tak berpikiran buruk mengenai dirinya."Ya. Lagi pula tak ada gunanya membunuhmu, anak muda. Saat itu aku sudah menyerahkan diriku pada ayahmu dan ayahmu melepaskan aku jadi kalau dipikir-pikir masalah antara aku dan ayahmu sudah selesai. Kami bahkan tidak pernah berkomunikasi atau ketemu secara tidak sengaja selama dua puluh tahun ini," jelas Stefan.Vesa juga tahu tentang hal itu, dia semakin yakin jika musuh yang mencoba mencelakainya bukanlah Stefan Aditama serta
"Tidak, Paman."Tiba-tiba saja terdengar suara wanita muda dari luar. Inka Kalina masuk ke dalam ruang kerja pamannya dengan pandangan sebal.Stefan langsung saja balas melotot kesal, "Jadi kau mau membantah Paman?"Inka mendekat, "Bukan seperti itu. Ayolah, Paman. Aku lelah sekali jika harus terus menerus pindah ke sana ke mari. Lagi pula sebentar lagi aku akan lulus. Akan buang-buang waktu kalau harus pindah lagi."Stefan mendesah, "Tapi kau tidak tahu betapa berbahayanya dekat dengan anak ini." Dia menunjuk Vesa dengan jarinya.Vesa hanya bisa terdiam."Astaga, Paman. Aku tidak akan apa-apa. Paman bisa meminta anak buah untuk menjagaku sepanjang waktu," ucap Inka berusaha meyakinkan pamannya.Stefan mulai melunak, "Jadi kau tidak akan protes jika Paman mengawasimu lebih dari biasanya?"Inka meremas tangannya dan dengan berat hati menjawab, "Tidak. Terserah Paman saja."Stefan mengangguk puas, "Oke. K
Sebelum Ruslan sampai ke pintu, tiba-tiba saja Vesa mengeluarkan suaranya kembali, "Kenapa Paman membiarkan Agusta mati?"Ruslan terkejut tapi dengan tegar dia berbalik menatap Vesa, "Itu kecelakaan. Benar saat itu saya mengetahui dia keluar tapi dia berjanji tidak akan lama dan tak pernah kami sangka akhirnya dia terbunuh. Kematian Tuan Agusta adalah salah satu pukulan terberat saat itu, Tuan Muda."Tanpa mengucapkan apa-apa lagi, Ruslan benar-benar pergi dari apartemen itu. Vesa jatuh terduduk di sofanya. Derrick mendekat ke arahnya."Seharusnya kau tidak begitu tadi," ujar Derrick pelan.Vesa menjawab, "Bukankah kau memintaku untuk menanyakan langsung kepadanya?"Derrick menggelengkan kepalanya, "Tapi bukan dengan cara seperti itu. Tadi kau tidak bertanya melainkan langsung menuduhnya.""Bukankah itu sama saja?" kilah Vesa.Derrick bersikeras, "Bertanya dan menuduh jelas dua hal yang berbeda, Vesa. Kau bahkan tadi tak
Derrick memungut ponselnya yang terjatuh itu dengan tangan gemetar. Keringat dingin mulai mengalir hingga dia harus menyeka dahinya yang basah akan keringat.Dengan mencoba menguatkan hatinya, dia menghubungi nomor ponsel Ruslan dan sayangnya nomor ponsel itu tidak aktif."Sial, kenapa malah tidak aktif?" gerutu Derrick.Pria muda itu berbalik dan berniat kembali keluar dari kamarnya. Dia berpikir harus segera memberi tahu Vesa. Namun, begitu dia berjalan menuju kamar Vesa, dia melihat si kembar yang sedang mengetuk kamar Vesa. Derrick sontak bersembunyi di balik dinding agar mereka tidak terpergok.Apa Paman Ruslan benar? Tapi kenapa dan bagaimana bisa? pikir Derrick bingung.Dengan berat hati, Derrick mengurungkan niatnya untuk menemui malam itu dan malah kembali ke kamarnya. Dia langsung mengunci kamarnya itu.Dengan ragu, Derrick melihat isi pesan itu kembali dan membaca ulang. Benar. Dia tidak salah baca. Ruslan benar-benar
Derrick menghela napas lelah sebelum akhirnya dia membukakan pintu kamarnya untuk Lucas.Dia berpura-pura memasang wajah mengantuk dan berkata, "Jangan lama-lama!" Lucas terkekeh sebelum menjawab, "Tidak akan. Aku juga tak punya waktu banyak karena pasti Lay akan segera mencariku."Derrick memasang wajah seolah dia tak mengerti meskipun dalam hati dia mencoba menebak arti dari perkataan Lucas itu."Oke. Cepatlah!" desak Derrick tak sabar.Lucas malah berjalan ke arah pintu, seolah merasa sedang diawasi dan menutup pintu kamar Derrick lalu menguncinya.Derrick terkesiap, "Kenapa kau menguncinya?"Lucas menjawab, "Ssst. Jangan berteriak!"Wajah Lucas terlihat takut akan sesuatu.Derrcik yang sudah sangat penasaran tak mau menunggu lagi, "Cepat katakan, ada apa?"Lucas mengangguk. Dia mengambil napas dalam-dalam sebelum berbicara, "Aku tahu siapa yang mencelakakan Vesa saat di kampus."D
Selepas pengakuan Lucas yang mengejutkan itu, Derrick benar-benar terjaga semalaman. Dia tidak sabar menunggu pagi tiba agar dia bisa langsung menceritakan segalanya pada Vesa mengenai fakta yang baru saja dia dapatkan itu.Pada pukul empat pagi, Derrick bahkan sudah merapikan tempat tidurnya sendiri dan akan masuk ke dalam kamar mandi tapi kemudian dia mendengar pintu kamarnya lagi-lagi diketuk.Dengan malas dia menjawab, "Siapa?""Lay," jawab orang itu pelan.Derrick terkejut dan otomatis melangkah mundur.Apa yang dilakukan Lay di sini pagi-pagi buta begini? Apa jangan-jangan Lucas telah ketahuan? Apa Lay menangkap basah Lucas yang telah mengatakan tentang apa yang dilakukannya pada Derrick?Kepala Derrick mendadak pusing. Kalau itu yang terjadi, ini artinya Lay sedang marah karena rahasianya terbongkar.Lalu apa yang harus dia lakukan sekarang? Dia belum memiliki bukti tentang kejahatan yang telah dilakukan Lay, dia
"Percayalah padaku, Lucas hanya membodohimu," ucap Lay kemudian.Derrick sebenarnya bimbang namun saat dia melirik sekali lagi luka yang didapat oleh Lay, dia memantapkan pilihannya. Dia menjatuhkan kepercayaannya pada Lay. "Kau yakin tak mau aku obati lukamu?" tanya Derrick kemudian.Lay menggeleng, "Tak usah. Ini kan bisa jadi bukti betapa brutalnya Lucas saat menyerangku. Kita bisa buat Vesa percaya pada kita jika saudara kembarku itu bisa mencelakai siapa saja, termasuk aku."Derrick tak setuju tapi tak bisa memaksa Lay untuk mengobati lukanya itu.Setelah Lay keluar dari kamarnya, Derrick mempersiapkan dirinya untuk berbicara pada Vesa pagi itu. Dia bahkan turun ke ruang makan pertama kali dan menunggu di sana.Derrick menghabiskan waktunya dengan melihat-lihat berita mengenai negara yang saat ini menjadi tempat tinggalnya. Kalau dia pikir-pikir, dia tidak terlalu banyak tahu dan pengetahuannya masih minim sekali mengenai n