Wilson tersenyum dan menjambak rambut wanita itu dengan erat sehingga membuat Lidya kesakitan."Wilson, Kamu sudah menyakitiku," kata Lidya sambil menahan sakit."Lidya, Sifatmu sungguh mengecewakan aku, Kita sudah lama kenal. Tapi, kau sama sekali tidak memahamiku!" ujar Wilson yang menarik lengan wanita itu dan mendorongnya ke lantai.Tubuh Lidya terhempas ke lantai dan menahan sakit. Sementara Wilson bangkit dan berkata," Kalau kamu masih berharap kita berteman. Jangan coba-coba mengodaku lagi! Gayamu tidak berbeda dengan wanita lain yang selalu mengunakan tubuh mereka untuk mendekatiku. Bukan pertama kali aku melihat tubuh wanita. Jadi, tidak penasaran lagi bagiku!" katanya dengan tegas dan ingin melangkah menuju ke pintu utama.Semua wanita cantik yang mengoda Wilson, akan rela sendiri melepaskan pakaian dan menyerahkan diri pada pemimpin dragon itu. Oleh sebab itu, bagi Wilson sudah biasa melihat tubuh wanita yang balutan apapun sehingga ia tidak tergoda sama sekali.Lidya yang
"Habisi semuanya, Jangan ada yang tersisa!" perintah Wilson yang berjalan menuju ke markas. Dengan serangan mendadak dan persiapan yang matang. Wilson tidak butuh waktu lama untuk bisa menerobos gerbang markas musuhnya.Ethan dan Steven bersama anggota mereka bertarung dengan anak buah musuh mereka yang berjumlah sekitar lebih dari lima puluh orang.Dengan langkah tegap sambil memegang panah, Wilson menghajar satu-persatu lawannya yang masih hidup. Dari sisi kiri, terlihat salah satu lawannya menodong pistol ke arah Wilson. Wilson yang menyadari langsung melepaskan anak panah ke arah lawannya itu.Anak panah yang diluncurkan menancap pada jantung lawan sehingga tewas langsung di tempat.Langkah tegap Wilson terasa begitu ringan dan mantap, mengepakkan semangat yang membara di dalam dirinya. Memegang panah yang kuat dalam genggamannya, Wilson bergerak cepat menghajar satu-persatu lawannya yang masih hidup, seakan tiada rasa takut di benaknya. Tak jauh dari sisi kiri, terlihat salah sa
CaliforniaMeliza yang memilih bersembunyi di hotel sama sekali tidak berani menunjukan dirinya. Ia tidak ingin terlibat dengan kejadian Jeff Hamilton. Selain itu ia juga diawasi oleh seorang anak buah Jeff."Sial sekali sampai terjadi hal seperti ini, Dia sudah cacat dan tidak berguna lagi. Untuk apa lagi aku bersama dengan dia. Selain itu dia juga harus di penjara selama lima tahun," gumam Meliza yang merasa tidak puas.Wanita itu duduk melamun dan menyentuh bagian perutnya," Kenapa di saat ini aku malah hamil? Apa yang harus aku lakukan?" batinnya.***Siang itu, Jeff tampak santai di dalam sel penjaranya yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas mewah. Bahkan, beberapa petugas penjara dan pihak hakim tampak memperlakukannya dengan baik secara diam-diam, seolah-olah Jeff adalah tahanan kelas atas. Dalam keadaan duduk santai di kursi empuknya, Jeff menyaksikan tahanan lain yang sedang bekerja keras mengangkat beban dan membersihkan sel penjara. Tiba-tiba, lima tahanan berbadan teg
Di sepanjang malam, Viyone hanya duduk menatap Vic dengan pikiran yang kusut. Tanpa disadari ia sangat menyukai dan dekat dengan anak itu. Begitu juga dengan Vic yang menyukai dan akrab dengannya. Viyone mengingat kembali kejadian di malam yang di mana ia sedang diperkos4 oleh seorang pria asing. Flash Back on.Malam itu, langit mendung seolah menjadi pertanda buruk bagi Viyone. Ia baru saja keluar dari tempat kerja dan ingin segera pulang ke rumahnya. Namun, takdir berkata lain. Di tengah perjalanan, Viyone dihadang oleh seorang pria tinggi yang menatapnya dengan tatapan mengancam. Sebelum Viyone sempat bereaksi, ia langsung ditarik paksa oleh pria tersebut ke dalam mobil hitam yang diparkir di pinggir jalan. Mobil itu melaju kencang menuju sebuah hotel di pinggiran kota. Ketakutan Viyone semakin menjadi-jadi, namun ia tak bisa berbuat apa-apa. Tangan dan kakinya terikat erat oleh pria itu, membuatnya tak berdaya. Begitu tiba di hotel, Viyone diseret ke salah satu kamar yang sunyi
Wilson meremas kertas tersebut dan melemparnya ke sembarangan arah," Untuk apa kamu ikut campur?" tanya Wilson.Ramos tersenyum dan berkata," Dia adalah satu-satunya wanita yang ingin kamu nikahi di saat itu. Kalau bukan kejadian itu mana mungkin kamu putuskan dia. Setelah putus kamu hanya fokus pada urusan dunia mafia. Kalau bukan karena ingin melupakan dia mana mungkin kamu tidak mencari pengantinya. Viyone Florencia bukan wanita yang kamu cintai. Kamu hanya merasa bersalah atas kejadian itu. Sekarang kamu semakin merasa bersalah karena perpisahan dia dengan suaminya," ujar Ramos.Wilson menatap tajam pada temannya itu yang bicara tanpa berhenti."Apa kamu sudah selesai bicara?" tanya Wilson.Ramos terdiam dan menatap curiga pada temannya," Jangan mengatakan kalau kamu sudah melupakan Sasa?" tanya Ramos yang penasaran."Aku hanya akan menikah dengan wanita yang telah memberiku anak," jawab Wilson."Demi menebus kesalahan?" tanya Ramos yang kurang setuju.Wilson menggenggam erat gela
Viyone berusaha mengungkap informasi lebih jauh dari dokter Anita."Dokter, Apakah saya melahirkan anak kembar saat itu? Saya mohon beritahu saya! Karena ini sangat penting bagi saya!" pinta Viyone sambil memohon.Dokter itu terdiam dan menunduk sejenak. Terlihat raut wajah dokter itu menyembunyikan sesuatu dari Viyone."Saat proses pembedahan dilakukan, Apakah salah satu anak saya dibawa pergi oleh seseorang?" tanya Viyone.Setelah diam sejenak, Anita menatap Viyone dengan perasaan bersalah," Nyonya Hamilton, Apakah bisa memberitahu saya alasannya. Mengapa tiba-tiba saja Anda bertanya seperti itu?" tanyanya.Viyone dengan berat menjawab," Saya bertemu dengan seorang anak yang sangat mirip dengan saya. Selain itu, saya juga menemukan hal lain yang membuat saya semakin yakin kalau ayah dari anak itu adalah orang yang aku kenal."Dokter Anita menghela nafas dan mengatakan," Nyonya Hamilton, kalau begitu saya juga tidak bisa menyembunyikan kebenarannya lagi. Saya juga tidak tahu apakah a
Vic yang terbangun, keluar dari kamarnya. Ia menuju ke kamar Wilson dan membuka pintunya, Klek!" suara buka pintu dilakukan oleh Vic. Ia kemudian melangkah masuk ke kamar mewah dan luas itu.melihat sekeliling dan tidak mendapati Wilson di sana."Pasti belum pulang," gerutu Vic sambil mengucek matanya. Anak itu kemudian berjalan menuju ke lantai bawah."Papa selalu saja menghabiskan waktu bersama paman-paman itu, dan membiarkan anaknya yang imut ini sendirian dan kesepian. Lebih baik aku mencari mama," gumamnya yang tidak puas. Vic berjalan ke koridor dan melihat Viyone berdiri di ujung koridor sambil menatap ke arah jendela.Vic yang penasaran melangkah menghampiri Viyone sambil bergumam," Kenapa malam-malam begini mama tidak tidur. Malah memandang jendela. Apa yang istimewa dengan jendela rumah kami!""Mama, kenapa tidak tidur?" tanya Vic yang berjalan menghampiri Viyone. Viyone menatap anak itu dengan mata berkaca-kaca, ia baru menyadari ternyata dirinya melahirkan anak kembar. "An
Viyone dengan sedikit gugup ia bertanya," Gelang ini milik Anda, bukan?" Viyone menatap pria itu yang terdkam sejenak.Wilson mengambil gelang itu dan menatapnya sambil berkata," Kamu sudah menyadarinya, sejak kapan?" tanya Wilson yang bangkit dan berhadapan dengan Viyone.Mata Viyone berkaca-kaca dan menatap tajam ke arah Wilson. Ia merasa berat dan hampir tak mampu menahan rasa penasaran yang memburu pikirannya, namun ia harus tahu. Dengan suara bergetar, ia bertanya, "Kamu...adalah pria di malam itu, kan?" Wilson merasa tertusuk dengan tatapan mata Viyone yang penuh air mata. Ia menunduk dan menghela nafas panjang, seakan mencoba mengumpulkan keberanian untuk menjawab pertanyaan tersebut. Dengan suara yang berat dan penuh penyesalan, ia akhirnya menjawab, "Benar! Aku adalah pria malam itu!" Dalam seketika, suasana di ruangan tersebut menjadi hening dan tegang. Viyone tak mampu menahan air mata yang membanjiri wajahnya, membuat pipinya basah oleh kesedihan yang tak terkira. Tangan
Matahari pagi bersinar cerah di langit kota San Fransisco, menandakan awal dari hari baru. Chris dan Vic, si kembar yang baru saja pindah ke kota ini bersama keluarga mereka, bersiap untuk menghadapi hari pertama mereka di sekolah baru. Mereka berdua tidak sabar untuk menjelajahi dunia baru mereka, mengejar cita-cita mereka, dan berteman dengan orang-orang baru. Di sisi lain, Wilson, ayah mereka, merasa lega bisa kembali ke San Fransisco bersama keluarganya. Ia ingin anak-anaknya tumbuh dalam lingkungan yang baik dan mendapatkan pendidikan terbaik. Oleh karena itu, ia mendaftarkan Chris dan Vic ke sekolah yang terbaik di kota ini. Hari demi hari berlalu, Chris dan Vic mulai menyesuaikan diri dengan kehidupan baru mereka. Mereka giat belajar, dan mereka berhasil menjalin persahabatan yang erat dengan teman-teman sekelas mereka. Selain itu, mereka juga berlatih memanah setelah pulang sekolah. Nick dan Ethan, pelatih memanah yang juga bekerja di Markas Dragon, mengajari mereka dengan p
Beberapa bulan telah berlalu sejak Wilson terpilih sebagai pemimpin mafia di seluruh dunia. Kini, ia mengundang para ketua mafia dari berbagai negara untuk berkumpul dalam sebuah perjamuan mewah. Viyone dan kedua putranya yang kini telah menjadi bagian dari organisasi tersebut, juga ikut hadir dan memperkenalkan diri mereka. Chris dan Vic, putra-putra Wilson yang menjadi calon penerus, diwajibkan hadir dalam acara penting tersebut. Di sebuah ruangan mewah dengan pencahayaan yang temaram, suara gelas beradu satu sama lain menggema di seluruh ruangan. Para mafia, yang mengenakan setelan jas hitam rapi, tampak saling bersulang dengan anggur merah di tangan mereka. Tawa dan candaan terdengar di antara mereka, menciptakan suasana yang damai dan harmonis, seolah melupakan sisi gelap kehidupan yang mereka jalani. Wilson, yang duduk di ujung meja dengan kursi yang lebih besar dan mewah, menjadi pusat perhatian para mafia. Ia tersenyum lebar, menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi sebagai
Wilson memandang Markus dengan tatapan dingin sambil melepaskan tembakan."Aahh!" jeritan Markus yang kesakitan terdengar ketika dua tembakan menembus lututnya. Darah keluar mengotori lantai restoran, namun suara pistol yang digunakan oleh Wilson tidak mengeluarkan suara, sehingga tidak mengejutkan pengunjung lainnya.Markus terduduk, berusaha menahan sakit. "Kau...," ujarnya terhenti, menahan rasa sakit yang menyiksa.Wilson mendekat, matanya penuh kebencian yang telah terkubur selama bertahun-tahun. "Putraku telah menyadarkan aku. Aku telah menderita akibat dendam. Kematian kedua orang tuaku adalah sesuatu yang tidak bisa aku lupakan. Aku membiarkanmu hidup supaya kamu menjalani sisa hidupmu dengan penuh penderitaan. Semua anggotamu sudah ditahan oleh orang-orangku. Jangan berharap ada yang bisa menyelamatkanmu."Markus mengerang, keringat dingin membasahi wajahnya. "Kau menggunakan cara ini untuk menyiksaku," ujarnya dengan napas terengah-engah."Aku dan Viyone adalah korbanmu. Dua
"Untuk apa kau memberitahu aku semua ini?" tanya Markus dengan nada marah dan bingung, tatapannya tajam menelusuri setiap gerakan Wilson. "Aku hanya ingin kamu sadar, Sifatmu, yang selalu dianggap tidak peduli, justru dikalahkan oleh seorang anak lima tahun. Dia tahu caranya menyayangi keluarganya. Dia tahu cara menghargai siapapun. Sedangkan dirimu, Markus, ambisimu begitu tinggi sehingga kamu tidak peduli pada orang di sekitarmu. Contohnya adalah istri dan putrimu sendiri. Mereka harus menderita karena keegoisanmu. Dan kini, semua penyesalan itu tidak akan ada gunanya," ucap Wilson dengan suara tegas namun penuh dengan kepedihan.Markus terdiam, kata-kata Wilson menghantamnya seperti palu godam. Ingatan-ingatan tentang istri dan putrinya yang tersisih oleh ambisinya sendiri mulai menghantui pikirannya.FlashbackSehari sebelum Chris dan Vic diculik, suasana di rumah Wilson sangat tegang. Wilson duduk di meja makan bersama istri dan kedua anaknya, membicarakan sesuatu yang sangat se
Dalam perjalanan menuju restoran, kelompok Markus mengalami hambatan serius ketika mereka dihadang oleh anggota kelompok Wilson. Sejumlah mobil diparkir strategis di tengah jalan, menghalangi perjalanan mereka dan menciptakan situasi tegang. Nick, pemimpin kelompok Wilson, berdiri di sana dengan tenang, namun penuh kewaspadaan, sambil memegang senapannya dengan erat. Nick, bersama teman-temannya, dengan cepat menodongkan senjata masing-masing ke arah anggota kelompok Markus. Anggota kelompok Markus, yang tidak menyangka akan dihadang, tampak waspada dan bersiap-siap menghadapi kemungkinan terburuk."Gawat! Mereka sudah merencanakan dari awal. Bagaimana dengan bos kita?" tanya salah satu anggota Markus yang di dalam mobil.Para anggota Markus keluar dari mobil mereka dengan wajah penuh ketegangan. Suasana di sekitar terasa mencekam saat kedua kelompok berdiri saling berhadapan, masing-masing memegang senjata.Nick, dengan tatapan tajam, menodongkan senjatanya ke arah mereka. "Kalian
Markus sambil memikirkan ulang sejak Stuart yang menculik si kembar dan begitu mudahnya bisa lolos, berkata, "Pengawasan wilayah tempat tinggal Wilson tiba-tiba saja dikurangi. Dengan sifat mereka yang begitu teliti, tidak mungkin anak mereka begitu mudah diculik. Sementara si kembar yang baru sadar juga tiba-tiba saja mengakuiku sebagai kakek mereka. Sifat mereka berubah sama sekali dengan pertemuan terakhir sebelumnya. Apakah dua bocah ini sudah permainkan aku sejak awal?" gumam Markus.Markus kemudian melangkah keluar dari ruangan itu dengan langkah mantap. Ia mengeluarkan pistol dari balik jaketnya, merasakan dinginnya logam yang menyentuh kulitnya memberikan ketenangan tersendiri. Matanya tajam menyisir sekeliling ruangan, mencari tanda-tanda bahaya yang mungkin tersembunyi. Dia berjalan menuju ke pintu belakang sambil menghubungi anggotanya melalui ponsel."Hubungi semua anggota kita. Kita sudah masuk perangkap sejak awal!" perintah Markus dengan nada tegas dan tanpa kompromi."
Wilson dan anggotanya melaju dengan tenang di jalan menuju restoran, sementara di dalam mobil, suasana sedikit tegang. Wilson dan Viyone sesekali melihat ponsel mereka, memastikan bahwa Chris dan Vic berada dalam posisi yang aman."Apakah Chris dan Vic akan dalam bahaya setelah Markus tahu rencana kita?" tanya Viyone dengan nada cemas. Ia duduk di samping suaminya, menggenggam tangannya erat."Tenang saja, Viyone. Mereka sangat pintar. Bukankah mereka juga berhasil mengelabui Stuart dan Markus? Jadi, mereka tahu cara menemukan jalan keluar," jawab Wilson dengan yakin, menenangkan istrinya."Aku berharap begitu juga. Aku tidak menyangka mereka sangat berani," ujar Viyone dengan nada khawatir."Karena mereka mirip denganku," ucap Wilson sambil tersenyum, mencoba mencairkan suasana.Sementara itu, di dalam restoran, Vic berlari ke sana ke mari, penuh energi setelah makan."Vic, kamu baru saja selesai makan. Jangan lari-lari!" seru Chris yang mengikuti adiknya dengan cemas.Markus, yang b
"Kakek, apakah kakek tahu betapa jantungku ini sangat merindukanmu siang dan malam, Aku berharap bisa bertemu denganmu selma ini. tapi karena aku selalu diawasi oleh paman-paman sehingga aku tidak bebas," ucap Vic sambil menangis.Chris, dengan tatapan tajam," menjawab, "Yang benar adalah hatimu, bukan jantung," ujarnya sambil mengeleng kepalanya.Markus, yang menyaksikan pertukaran emosi itu, tersenyum dan bertanya, "Ha ha ha...kalian sangat lucu sekali. Chris, Vic, apakah benar kalian merindukan kakek?""Iya," jawab sikembar dengan serentak sambil mengangguk.Namun, Markus menyampaikan pemikirannya, "Anak yang pintar, Kakek mengira selama ini kalian tidak mengakui ku lagi."Dengan jujur, Chris dan Vic menjawab, "Kami hanya berpura-pura di depan papa dan mama."Vic lalu mengajukan pertanyaan yang menggugah, "Apakah kakek dan mama tidak bisa berbaikan lagi?"Sementara itu, Chris menyuarakan kekhawatirannya, "Kakek dan papa apakah harus bermusuhan?"Markus menyadarkan mereka, "Urusan k
"Bertindak ceroboh?" tanya Stuart yang tidak paham."Kau akan segera paham," jawab Wilson dengan senyum.Stuart kemudian dibawa oleh Steven ke tempat kurungan di Markas Dragon. Tempat itu suram dan penuh dengan kegelapan, bau lembap menyengat hidung Stuart saat ia dilemparkan ke dalam salah satu sel. Terdengar suara pintu besi yang berderit saat ditutup, meninggalkan Stuart dalam kegelapan total.Sementara itu, di tempat lain, Chris dan Vic baru saja sadar. Mereka saling memandang bingung, menyadari bahwa mereka berada di kamar yang asing."Kakak, apakah kita pindah alam?" tanya Vic yang melirik sana sini, mengamati semua perubahan di kamar itu."Kita berada di kamar orang lain," jawab Chris sambil mengucek matanya dan mencoba mengingat kejadian terakhir yang mereka alami."Kamar siapa? Kenapa kita bisa ada di sini?" tanya Vic dengan penuh kekhawatiran."Sepertinya tempat dia," jawab Chris yang merujuk pada seseorang, dengan nada suara yang mengisyaratkan bahaya.Si kembar itu kemudia