Vic yang terbangun, keluar dari kamarnya. Ia menuju ke kamar Wilson dan membuka pintunya, Klek!" suara buka pintu dilakukan oleh Vic. Ia kemudian melangkah masuk ke kamar mewah dan luas itu.melihat sekeliling dan tidak mendapati Wilson di sana."Pasti belum pulang," gerutu Vic sambil mengucek matanya. Anak itu kemudian berjalan menuju ke lantai bawah."Papa selalu saja menghabiskan waktu bersama paman-paman itu, dan membiarkan anaknya yang imut ini sendirian dan kesepian. Lebih baik aku mencari mama," gumamnya yang tidak puas. Vic berjalan ke koridor dan melihat Viyone berdiri di ujung koridor sambil menatap ke arah jendela.Vic yang penasaran melangkah menghampiri Viyone sambil bergumam," Kenapa malam-malam begini mama tidak tidur. Malah memandang jendela. Apa yang istimewa dengan jendela rumah kami!""Mama, kenapa tidak tidur?" tanya Vic yang berjalan menghampiri Viyone. Viyone menatap anak itu dengan mata berkaca-kaca, ia baru menyadari ternyata dirinya melahirkan anak kembar. "An
Viyone dengan sedikit gugup ia bertanya," Gelang ini milik Anda, bukan?" Viyone menatap pria itu yang terdkam sejenak.Wilson mengambil gelang itu dan menatapnya sambil berkata," Kamu sudah menyadarinya, sejak kapan?" tanya Wilson yang bangkit dan berhadapan dengan Viyone.Mata Viyone berkaca-kaca dan menatap tajam ke arah Wilson. Ia merasa berat dan hampir tak mampu menahan rasa penasaran yang memburu pikirannya, namun ia harus tahu. Dengan suara bergetar, ia bertanya, "Kamu...adalah pria di malam itu, kan?" Wilson merasa tertusuk dengan tatapan mata Viyone yang penuh air mata. Ia menunduk dan menghela nafas panjang, seakan mencoba mengumpulkan keberanian untuk menjawab pertanyaan tersebut. Dengan suara yang berat dan penuh penyesalan, ia akhirnya menjawab, "Benar! Aku adalah pria malam itu!" Dalam seketika, suasana di ruangan tersebut menjadi hening dan tegang. Viyone tak mampu menahan air mata yang membanjiri wajahnya, membuat pipinya basah oleh kesedihan yang tak terkira. Tangan
Viyone terdiam sejenak dan menatap Wilson yang sedang menunggu jawabannya. Beberapa saat kemudian ia menepis tangan pria itu mundur beberapa langkah."Aku akan mengakui Vic, Aku tidak akan melarang kalau kamu ingin mengakui Chris. Tapi jangan pernah memisahkan aku dan anak-anakku!" kata Viyone dengan tegas dan terpaksa.Wilson mengangguk mantap, tatapannya penuh keyakinan. "Aku berjanji padamu, Viyone. Tidak akan memisahkan mereka denganmu. Kamu yang melahirkan mereka. Hanya kamu yang paling berhak menjaga dan merawatnya!" ucap Wilson dengan tegas. Di tengah percakapan serius antara Wilson dan Viyone, tiba-tiba pintu terbuka perlahan. Chris dan Vic, anak kembar mereka, ternyata sudah masuk dan mendengarkan pembicaraan kedua orang tuanya sejak tadi. Mereka berdiri di ambang pintu dengan ekspresi terkejut dan bingung. "Ma," seru Vic yang hampir tidak percaya, suaranya gemetar. "Apakah ini benar? Apakah mama Viyone sebenarnya adalah mama kandungku?" tanya Vic yang hampir menangis. "Ma
Keesokan harinya. Vic yang baru bangun berteriak pada ibunya dan bersikap manja," Mama, Mama, Aku ingin mandi, Tolong mandikan aku dan suapi aku saat sarapan nanti!" Viyone tersenyum dan mengendong putranya berjalan menuju ke kamar mandi," Apakah kamu selalu manja seperti ini?" tanya Viyone melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Ia melepaskan pakaian anaknya itu."Setelah aku 4 tahun, Papa tidak pernah memandikan aku lagi, Kata papa anak laki-laki tidak boleh terlalu manja dan harus bisa jaga diri," jawab Vic."Bagaimana dengan kehidupanmuc selama ini?" tanya Viyone.Vic mengeluh dan sedikit kesal," Banyak bibi yang datang mendekati papa, Aku sebagai anak laki-laki harus mengusir mereka satu- persatu. Mama, kelak kalau masih ada bibi yang menyukai papa. Mama harus mengusir mereka. Papa sangat tidak suka dengan mereka. dan aku yang harus berhadapan dengan mereka!" ujar Vic dengan nada tegas.Viyone sedikit tertawa lucu melihat reaksi anaknya itu," Vic, kamu mengatakan papa tidak suka
Viyone baru saja pulang dari berbelanja, dengan kedua tangannya penuh membawa kantong plastik berisi bahan makanan dan perlengkapan rumah tangga. Begitu memasuki rumah, ia terkejut melihat seorang wanita asing tengah berdiri di ruang tamu bersama Wilson. "Mama!" seru Vic, anak bungsunya, yang langsung berlari mendekati Viyone. Wajah kelelahan Viyone seketika membaik saat melihat putranya. "Vic, kamu sedang menunggu mama?" tanya Viyone sambil tersenyum pada Vic"Iya, Mama. Aku tidak sabar ingin makan masakan Mama, aku juga ingin disuap!" jawab Vic dengan manja, membuat Viyone semakin senang mendengarnya. "Baiklah, mama akan ke dapur dan siapkan makanan dulu ya," ujar Viyone sambil menepuk lembut punggung Vic.Chris menghampiri Viyone dan berkata," Mama, aku akan membantumu!" katanya."Tidak perlu! Kamu temani adikmu saja!" jawab Viyone dengan senyum.Pandangan Viyone tak lepas dari wanita asing yang ada di ruang tamu. Ia merasa penasaran dan ingin tahu siapa wanita tersebut. Lidya
Mata Viyone memerah, emosinya kembali terbakar saat mendengar ucapan Wilson. "Kamu sangat egois, kenapa aku harus patuh padamu?" tanya Viyone sambil menggigit bibir, menahan amarah yang kian memuncak. Wilson menatap Viyone dengan tatapan tajam, lalu kembali menegaskan, "Karena kamu telah melahirkan anak kembar untukku. Oleh sebab itu aku tidak ingin jauh dari mereka. Kalau kamu masih menolak menikah denganku, jangan salahkan aku merebut Chris dari tanganmu. Di saat itu kamu tidak bisa bertemu lagi dengan anak-anak!" Mendengar ucapan pria itu, Viyone semakin kesal. Tubuhnya bergetar, dan tanpa berpikir panjang, ia mengangkat tangannya hendak menampar wajah Wilson. Namun, sebelum tangannya sempat melayang, Wilson cepat menahan pergelangan tangan Viyone dengan erat. "Jangan coba-coba melakukan itu, Viyone!" ucap Wilson dengan nada ancaman. Viyone menatapnya, benci dan kecewa melihat lelaki yang telah membuat hidupnya berantakan. Akan tetapi, di balik kekesalannya, ia sadar bahwa ia h
Wilson melangkah dengan langkah pasti, mendekati Viyone yang berdiri di hadapannya. Ekspresi wajahnya serius, menatap dalam ke mata Viyone, "Apapun syaratmu, katakan saja!" Viyone menatap balik Wilson, menegaskan dengan tegas, "Menikah hanya demi anak-anak. Aku tidak ingin mereka sedih dan terpuruk karena masalah kita!" Wilson mengangguk setuju, wajahnya menunjukkan tekad yang kuat, "Aku akan mengadakan acara pesta pernikahan secara besar-besaran!" ujarnya dengan penuh semangat. Viyone segera membantah, "Tidak perlu! Aku tidak ingin banyak orang yang tahu soal pernikahan kita," balasnya dengan nada tegas. "Kamu adalah mafia, aku tidak berharap orang-orang di luar sana mengenal anak-anak!" Wilson terdiam sejenak dan mempertimbangkan," Baiklah, kita akan mengadakan pesta secara kecil-kecilan."Viyone tetap membantah usul pria itu," Tidak perlu juga, Aku tidak ingin ada yang kalau aku menikah denganmu. aku tidak mau ada yang tahu siapa ayah dari anak-anakku!" jawabnya tegas."Mereka
Nick menatap mereka dan menjawab," Bos dan nona Viyone sedang berbicara, tidak mungkin aku ikut campur."Elvis yang tidak puas dengan sifat rekannya lebih sering diam, ia pun berkata," Setidaknya kamu pikirkan cara yang terbaik agar bos menikah dengan nona Viyone bukan hanya di atas kertas! Aku hanya khawatir andaikan kalau suatu hari nona Viyone meminta cerai bagaimana dengan anak-anak!" "Asalkan bos tidak bermain wanita, Maka tidak akan ada perceraian," jawab Nick."Jangan bercanda! sejak kapan aku bermain wanita," ujar Wilson." Bos harus membuat nona Viyone merasa aman dan nyaman, Percaya pada bos. Jangan sampai ada wanita lain lagi yang datang ke rumah. Kalau tidak, sampai kapan pun nona Viyone tetap tidak akan percaya dengan bos," tegas Nick, matanya menatap tajam Mike, tangan melipat di dada menegaskan keseriusannya. Mike mengangguk, memahami bahwa Nick benar. Dia merasa empati terhadap perasaan Viyone yang baru mengalami kegagalan dalam pernikahannya. Mike menyadari bahwa Vi
Matahari pagi bersinar cerah di langit kota San Fransisco, menandakan awal dari hari baru. Chris dan Vic, si kembar yang baru saja pindah ke kota ini bersama keluarga mereka, bersiap untuk menghadapi hari pertama mereka di sekolah baru. Mereka berdua tidak sabar untuk menjelajahi dunia baru mereka, mengejar cita-cita mereka, dan berteman dengan orang-orang baru. Di sisi lain, Wilson, ayah mereka, merasa lega bisa kembali ke San Fransisco bersama keluarganya. Ia ingin anak-anaknya tumbuh dalam lingkungan yang baik dan mendapatkan pendidikan terbaik. Oleh karena itu, ia mendaftarkan Chris dan Vic ke sekolah yang terbaik di kota ini. Hari demi hari berlalu, Chris dan Vic mulai menyesuaikan diri dengan kehidupan baru mereka. Mereka giat belajar, dan mereka berhasil menjalin persahabatan yang erat dengan teman-teman sekelas mereka. Selain itu, mereka juga berlatih memanah setelah pulang sekolah. Nick dan Ethan, pelatih memanah yang juga bekerja di Markas Dragon, mengajari mereka dengan p
Beberapa bulan telah berlalu sejak Wilson terpilih sebagai pemimpin mafia di seluruh dunia. Kini, ia mengundang para ketua mafia dari berbagai negara untuk berkumpul dalam sebuah perjamuan mewah. Viyone dan kedua putranya yang kini telah menjadi bagian dari organisasi tersebut, juga ikut hadir dan memperkenalkan diri mereka. Chris dan Vic, putra-putra Wilson yang menjadi calon penerus, diwajibkan hadir dalam acara penting tersebut. Di sebuah ruangan mewah dengan pencahayaan yang temaram, suara gelas beradu satu sama lain menggema di seluruh ruangan. Para mafia, yang mengenakan setelan jas hitam rapi, tampak saling bersulang dengan anggur merah di tangan mereka. Tawa dan candaan terdengar di antara mereka, menciptakan suasana yang damai dan harmonis, seolah melupakan sisi gelap kehidupan yang mereka jalani. Wilson, yang duduk di ujung meja dengan kursi yang lebih besar dan mewah, menjadi pusat perhatian para mafia. Ia tersenyum lebar, menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi sebagai
Wilson memandang Markus dengan tatapan dingin sambil melepaskan tembakan."Aahh!" jeritan Markus yang kesakitan terdengar ketika dua tembakan menembus lututnya. Darah keluar mengotori lantai restoran, namun suara pistol yang digunakan oleh Wilson tidak mengeluarkan suara, sehingga tidak mengejutkan pengunjung lainnya.Markus terduduk, berusaha menahan sakit. "Kau...," ujarnya terhenti, menahan rasa sakit yang menyiksa.Wilson mendekat, matanya penuh kebencian yang telah terkubur selama bertahun-tahun. "Putraku telah menyadarkan aku. Aku telah menderita akibat dendam. Kematian kedua orang tuaku adalah sesuatu yang tidak bisa aku lupakan. Aku membiarkanmu hidup supaya kamu menjalani sisa hidupmu dengan penuh penderitaan. Semua anggotamu sudah ditahan oleh orang-orangku. Jangan berharap ada yang bisa menyelamatkanmu."Markus mengerang, keringat dingin membasahi wajahnya. "Kau menggunakan cara ini untuk menyiksaku," ujarnya dengan napas terengah-engah."Aku dan Viyone adalah korbanmu. Dua
"Untuk apa kau memberitahu aku semua ini?" tanya Markus dengan nada marah dan bingung, tatapannya tajam menelusuri setiap gerakan Wilson. "Aku hanya ingin kamu sadar, Sifatmu, yang selalu dianggap tidak peduli, justru dikalahkan oleh seorang anak lima tahun. Dia tahu caranya menyayangi keluarganya. Dia tahu cara menghargai siapapun. Sedangkan dirimu, Markus, ambisimu begitu tinggi sehingga kamu tidak peduli pada orang di sekitarmu. Contohnya adalah istri dan putrimu sendiri. Mereka harus menderita karena keegoisanmu. Dan kini, semua penyesalan itu tidak akan ada gunanya," ucap Wilson dengan suara tegas namun penuh dengan kepedihan.Markus terdiam, kata-kata Wilson menghantamnya seperti palu godam. Ingatan-ingatan tentang istri dan putrinya yang tersisih oleh ambisinya sendiri mulai menghantui pikirannya.FlashbackSehari sebelum Chris dan Vic diculik, suasana di rumah Wilson sangat tegang. Wilson duduk di meja makan bersama istri dan kedua anaknya, membicarakan sesuatu yang sangat se
Dalam perjalanan menuju restoran, kelompok Markus mengalami hambatan serius ketika mereka dihadang oleh anggota kelompok Wilson. Sejumlah mobil diparkir strategis di tengah jalan, menghalangi perjalanan mereka dan menciptakan situasi tegang. Nick, pemimpin kelompok Wilson, berdiri di sana dengan tenang, namun penuh kewaspadaan, sambil memegang senapannya dengan erat. Nick, bersama teman-temannya, dengan cepat menodongkan senjata masing-masing ke arah anggota kelompok Markus. Anggota kelompok Markus, yang tidak menyangka akan dihadang, tampak waspada dan bersiap-siap menghadapi kemungkinan terburuk."Gawat! Mereka sudah merencanakan dari awal. Bagaimana dengan bos kita?" tanya salah satu anggota Markus yang di dalam mobil.Para anggota Markus keluar dari mobil mereka dengan wajah penuh ketegangan. Suasana di sekitar terasa mencekam saat kedua kelompok berdiri saling berhadapan, masing-masing memegang senjata.Nick, dengan tatapan tajam, menodongkan senjatanya ke arah mereka. "Kalian
Markus sambil memikirkan ulang sejak Stuart yang menculik si kembar dan begitu mudahnya bisa lolos, berkata, "Pengawasan wilayah tempat tinggal Wilson tiba-tiba saja dikurangi. Dengan sifat mereka yang begitu teliti, tidak mungkin anak mereka begitu mudah diculik. Sementara si kembar yang baru sadar juga tiba-tiba saja mengakuiku sebagai kakek mereka. Sifat mereka berubah sama sekali dengan pertemuan terakhir sebelumnya. Apakah dua bocah ini sudah permainkan aku sejak awal?" gumam Markus.Markus kemudian melangkah keluar dari ruangan itu dengan langkah mantap. Ia mengeluarkan pistol dari balik jaketnya, merasakan dinginnya logam yang menyentuh kulitnya memberikan ketenangan tersendiri. Matanya tajam menyisir sekeliling ruangan, mencari tanda-tanda bahaya yang mungkin tersembunyi. Dia berjalan menuju ke pintu belakang sambil menghubungi anggotanya melalui ponsel."Hubungi semua anggota kita. Kita sudah masuk perangkap sejak awal!" perintah Markus dengan nada tegas dan tanpa kompromi."
Wilson dan anggotanya melaju dengan tenang di jalan menuju restoran, sementara di dalam mobil, suasana sedikit tegang. Wilson dan Viyone sesekali melihat ponsel mereka, memastikan bahwa Chris dan Vic berada dalam posisi yang aman."Apakah Chris dan Vic akan dalam bahaya setelah Markus tahu rencana kita?" tanya Viyone dengan nada cemas. Ia duduk di samping suaminya, menggenggam tangannya erat."Tenang saja, Viyone. Mereka sangat pintar. Bukankah mereka juga berhasil mengelabui Stuart dan Markus? Jadi, mereka tahu cara menemukan jalan keluar," jawab Wilson dengan yakin, menenangkan istrinya."Aku berharap begitu juga. Aku tidak menyangka mereka sangat berani," ujar Viyone dengan nada khawatir."Karena mereka mirip denganku," ucap Wilson sambil tersenyum, mencoba mencairkan suasana.Sementara itu, di dalam restoran, Vic berlari ke sana ke mari, penuh energi setelah makan."Vic, kamu baru saja selesai makan. Jangan lari-lari!" seru Chris yang mengikuti adiknya dengan cemas.Markus, yang b
"Kakek, apakah kakek tahu betapa jantungku ini sangat merindukanmu siang dan malam, Aku berharap bisa bertemu denganmu selma ini. tapi karena aku selalu diawasi oleh paman-paman sehingga aku tidak bebas," ucap Vic sambil menangis.Chris, dengan tatapan tajam," menjawab, "Yang benar adalah hatimu, bukan jantung," ujarnya sambil mengeleng kepalanya.Markus, yang menyaksikan pertukaran emosi itu, tersenyum dan bertanya, "Ha ha ha...kalian sangat lucu sekali. Chris, Vic, apakah benar kalian merindukan kakek?""Iya," jawab sikembar dengan serentak sambil mengangguk.Namun, Markus menyampaikan pemikirannya, "Anak yang pintar, Kakek mengira selama ini kalian tidak mengakui ku lagi."Dengan jujur, Chris dan Vic menjawab, "Kami hanya berpura-pura di depan papa dan mama."Vic lalu mengajukan pertanyaan yang menggugah, "Apakah kakek dan mama tidak bisa berbaikan lagi?"Sementara itu, Chris menyuarakan kekhawatirannya, "Kakek dan papa apakah harus bermusuhan?"Markus menyadarkan mereka, "Urusan k
"Bertindak ceroboh?" tanya Stuart yang tidak paham."Kau akan segera paham," jawab Wilson dengan senyum.Stuart kemudian dibawa oleh Steven ke tempat kurungan di Markas Dragon. Tempat itu suram dan penuh dengan kegelapan, bau lembap menyengat hidung Stuart saat ia dilemparkan ke dalam salah satu sel. Terdengar suara pintu besi yang berderit saat ditutup, meninggalkan Stuart dalam kegelapan total.Sementara itu, di tempat lain, Chris dan Vic baru saja sadar. Mereka saling memandang bingung, menyadari bahwa mereka berada di kamar yang asing."Kakak, apakah kita pindah alam?" tanya Vic yang melirik sana sini, mengamati semua perubahan di kamar itu."Kita berada di kamar orang lain," jawab Chris sambil mengucek matanya dan mencoba mengingat kejadian terakhir yang mereka alami."Kamar siapa? Kenapa kita bisa ada di sini?" tanya Vic dengan penuh kekhawatiran."Sepertinya tempat dia," jawab Chris yang merujuk pada seseorang, dengan nada suara yang mengisyaratkan bahaya.Si kembar itu kemudia